HADITS TARBAWIY DAN AKHLAK
By ; zaharuddin
CAT :
ANDA JUGA DAPAT MELIHAT MATERI LAIN DI SITUS BARU KAMI
BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT, DAN TERLEPASNYA KETIKA MELAKUKAN MAKSIAT
حديث
أبي هريرة أن النبى صلى الله عليه وسلم قَالَ :" لاَ يزني الزاني حين يزني
وهو مؤمن, ولا يشرب الخمر حين يشربها وهو مؤمن, ولا يسرق السارق حين يسرق وهو
مؤمن."
وَزَادَ
في رواية : "وَلاَ يَنْتَهِب نهبة ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ
أَبْصَارَهُمْ فِيهَا حين يَنْتَهِبها وهو مؤمن".(أخرجه البخارى ومسلم).
Artinya : Abi
Hurairah berkata : Nabi Saw bersabda :”Tidak akan berzina seorang pelacur di
waktu berzina jika ia sedang berzina, dan tidak akan minum khamer di waktu
minum jika ian sedang beriman, dan tidak akan mencuri di waktu mencuri ia
sedang beriman”.
Di lain riwayat :”dan tidak akan
merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata
kepadanya, ketika merampas ia sedang beriman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagaimana yang kita ketahui bersama
bahwa devenisi umum iman adalah :
القول باللسان والتصديق بالقلب والعمل بالأركان
“Mengucapkan dengan lidah, dan
dibenarkan di dalam lubuk hati yang paling dalam, dan dibuktikannya dengan
mengamalknnya.”
Sebagai manusia biasa, kita tidak pernah lupuh dari
kesalahan da kehilapan, Khususnya pada masalah tentang iman. Maka dari itulah
sebagai awal dari pembahasan kami ini bahwasannya : Seorang Imam
Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal Rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan
apakah bisa bertambah dan berkurang beliau menjawab: “Iman bertambah sampai
puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh.” Beliau
juga berkata: “Iman itu ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang. Apabila
engkau mengamalkan kebajikan maka ia bertambah dan apabila engkau
menyia-nyiakannya maka ia pun akan berkurang.”
Umair bin Hubaib Al Khithami RA berkata: “Iman itu
bertambah dan berkurang.” Dia ditanya: “Apa yang menyebabkan bertambah dan
berkurangnya?” Dia menjawab: “Apabila kita berdzikir kepada Allah Azza wa
Jalla, memuji-Nya dan bertasbih kepada-Nya maka itulah bertambahnya iman. Dan
apabila kita lalai, menyia-nyiakan dan melupakan-Nya maka itulah berkurangnya
iman.” Oleh karena itu sangat penting bagi setiap Muslim untuk mengetahui
sebab-sebab yang menjadikan keimanan bertambah dan berkurang atau yang
menguatkan dan melemahkan (membatalkannya).
Kalau
kita hendak kembali melihat keadaan di saat sekarang ini, kalau kita cuma mengandalkan
iman saja tanpa disertai dengan pengamalan lantas kita mendekati dan masuk ke
tempat maksiat ditambah dengan godaan syaitan yang membara maka yakin dan
percaya iman kita akan minim sekali bahkan dapat menyebabkan hilangnya iman
tersebut dalam waktu sekejab. Maka oleh karena itulah mari kita bersama-sama
menjauhi segala tempat-tempat maksiat karena dapat menimbulkan mara bahaya yang
tak diinginkan.
Salah
satu bukti nyata yang dapat kami ambil sebagai contoh yaitu :
Dikisahkan
“Bahwasannya ada seorang imam mesjid dipanggil oleh seorang keluarga penjudi
dan pemabuk untuk membantu dalam mengurus mayat suaminya yang telah meninggal
dunia. Pada saat itu tak ada seorang pun yang pergi membantunya kecuali imam
mesjid tersebut. Setelah dikafaninya, ibu itu mengeluarkan air minum dan
beberapa macam kue yang hendak diberikannya pada imam tersebut, akan tetapi di
dalam rumah tersebut yang ada cuma minuman yang beralkohol dan ibu itu juga
tidak mau kalau imam tersebut tidak mencicipinya, tapi sebenarnya imam itu
tidak mau karena beralkohol. Semakin ibu itu membujuk dan pada akhirnya imam
tersebut tergoyahkan imannya dan langsung mencoba setengah gelas, setelah
mencoba setengah gelas akhirnya bertambah juga menjadi 1 gelas. 1 gelas
tersebutlah yang membuat pikirannya menjadi tak terkontrol dan imam tersebut
jadi mabuk.
Ketika seseorang mabuk, banyak
kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Singkat cerita, Pada saat
melihat ke perempuan itu imam itu tergoda dan akhirnya memerkosa ibu tersebut.
Setelah memperkosa ibu itu, teriakan sang anak dari dalam kamar didengarnya dan
imam tersebut masuk dan membunuh anak tersebut. Na’udsubillahi min dsalik.
Beberapa dosa telah terjadi ; meminum alkohol menjadi mabuk sehingga memerkosa
perempuan lantas membunuh jiwa seorang anak kesemuanya dilarang oleh Allah Swt.
Dari
cerita di atas dapat di ambil hikmah bahwa iman bisa saja menjadi hilang ketika
kita mendekati tempat dan perbuatan maksiat.
Janganlah
kita mengambil contoh dari cerita lain, marilah kita bersama-sama melihat
kesehari-harian kita masing-masing. Seorang yang islam yang sudah mumayyis
ataukah sudah meranjak dewasa, tentunya sudah dapat membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.
Masa
puber yang bagi seorang remaja merupakan suatu ujian yang berat bagi orang
tersebut, ditambah dengan kenakalan remaja dari lingkungan bebas dapat membuat
iman menjadi berkurang ketika mendekati suatu maksiat. Pacaran dan kencan
bersama dengan seorang cewek hingga makin melakukan pendekatan yang akhirnya
sampai berdua-duan di suatu tempat, untung saja kalau iman masih kuat, tapi
kalau iman mudah goyang, yakin dan percaya besar kemungkinan batas pacaran yang
islami akan diabaikan. Karena mereka tidak memiliki peluang dalam teman
kencang, lantas fikiran negative membawa kita
membeli film BF yang sudah merajalela di Indonesia.
Mata
sudah tak terjaga lagi yang pada akhirnya dari mata turun ke hati, dan
menjadilah nafsu seks tak tertahankan sehingga muncul pertanyaan, ke mana lagi
kau akan melampiaskan nafsu syaitan tersebut?? Bukankah jawaban dari pertanyaan
ini mengarah kepada berbuat dosa, dan adapun jawabannya marilah kita menemukan
dan menjawabnya sendiri sesuai dengan aktivitas kita.
Contoh-contoh
tersebut di atas menggambarkan kehati-hatian kita dalam mendekati maksiat dan
sebaiknya menjauhinya. Karena ketika iman kepada Allah kita menurun dan sudah
lupa akan ancaman-Nya, banyak perbuatan maksiat yang mungkin terjadi sama kita,
alangkah baiknya sebagai seorang yang beriman selalu menyediakan payung sebelum
hujan dalam hal ini menjauhi tempat dan perbuatan maksiat sebelum terjadi
apa-apa.
Menjauhi tempat-tempat yang haram
adalah sebuah keharusan karena ia mengandung bahaya yang banyak, seperti menimbulkan
gejolak syahwat. Hal ini dapat mengakibatkan hal negative seperti keguncangan
dan kegelisahan jiwa, terjatuh kepada kemaksiatan, menimbulkan prasangka buruk
orang lain, terjatuh kepada perbuatan melihat yang diharamkan oleh Allah Swt, Melemahkan
iman dan kehilangan kebencian kepada kemaksiatan, terancam meninggal dalam su’ul
khatimah. Dan argument ini sesuai yang terjadi pada kisah tersebut di atas.
Yang dimaksud dengan tempat-tempat yang
haram adalah tempat-tempat yang dijadikan sarana perbuatan maksiat, atau di
sana diperjualbelikan barang-barang yang haram baik secara terang-terangan
maupun tersembunyi, legal maupun illegal, seperti: tempat pelacuran, perjudian,
bioskop yang memutar film-film haram, tempat penjualan atau penyewaan
barang-barang haram dan sejenisnya. Hamba Allah yang beriman selalu berusaha
untuk menjaga kadar dan kualitas imannya agar tidak melemah dan terkikis,
sebaliknya ia senantiasa melakukan amal-amal yang dapat meningkatkan iman. Allah
Swt berfirman tentang salah satu sifat hamba-hambaNya yang beriman:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا
بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Al-Furqan: 72).
Bila perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaidah saja harus ditinggalkan, apalagi dengan perbuatan-perbuatan yang
haram.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً
وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra: 32).
Allah Swt mengharamkan mendekati zina
yakni melakukan perbuatan yang dapat menjerumuskan kita kepada zina seperti
berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram, melihat aurat lawan jenis
baik langsung atau melalui media, atau mendekati tempat-tempat perbuatan zina.
Dapat dipahami juga secara tersirat bahwa mendekati tempat-tempat yang
dipastikan dapat menjerumuskan kita kepada perbuatan haram lainnya hukumnya
adalah haram.
Tentunya kita tidak hanya ingin mati
sekadar tetap berstatus muslim, namun kita ingin meninggalkan dunia ini sebagai
muslim yang sedang melakukan ketaatan kepada Allah Swt. Hal ini tidak mungkin
dapat kita wujudkan selain berusaha untuk mengislamkan kehidupan kita yakni
mengambil ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan kita, tinggal dan mencintai
tempat-tempat yang baik, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dan tempat-tempat
yang haram. Ingatlah terus ayat ini dan hadits Rasulullah berikut ini:
لَا
يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ
يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
"Tidaklah
beriman orang yang berzina tatkala ia berzina, tidaklah beriman orang yang
minum khamr tatkala ia meminumnya dan tidaklah beriman orang yang mencuri
ketika ia mencuri… (Bukhari Muslim).
Dosa-dosa
yang disebabkan kita selalu memandang perbuatan yang haram di tempat-tempat
haram tak pelak lagi akan mengikis iman kita secara langsung. Karena iman itu
bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat dan dosa seperti yang
disebutkan oleh para ulama. Agar tidak terkikis imannya, Islam mewajibkan
muslim yang melihat kemunkaran untuk melakukan nahi munkar sesuai dengan
kesanggupannya, sehingga kebencian terhadap kemunkaran itu tetap ada dalam
hatinya.
Sebagai kata penutup, ada hadis
Rasulullah Saw yang berbunyi:
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
الْإِيمَانِ(رواه مسلم عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه(.
Siapa
di antaramu melihat kemunkaran, maka ubahlah (cegahlah) ia dengan tangannya,
jika tidak sanggup maka dengan lisannya, dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya
(tetap membencinya) dan itulah selemah-lemah iman. (Muslim dari Abu Sa’id
Al-Khudri ra).
Rasulullah juga bersabda:
إِيَّاكُمْ
وَالْجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ)) فَقَالُوا: مَا لَنَا بُدٌّ إِنَّمَا هِيَ
مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا. قَالَ: ((فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا
الْمَجَالِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهَا)) قَالُوا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ؟
قَالَ: ((غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الْأَذَى وَرَدُّ السَّلَامِ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ
Jauhilah
duduk-duduk di (pinggir) jalan! Mereka menjawab: Kadang kami tak bisa
menghindarinya ya Rasulullah karena harus berbicara di sana. Rasul bersabda:
Jika kamu tidak dapat menghindarinya, maka berikan hak-hak jalan! Mereka
berkata: Apakah hak jalan itu? Sabda Rasulullah Saw: Menundukkan pandangan,
menahan diri (dari menyakiti orang lain), menjawab salam dan amar ma’ruf nahi
munkar.” (Bukhari & Muslim).
Perintah menundukkan pandangan untuk
mencegah kita melihat kecantikan atau aurat lawan jenis, perintah menahan diri
agar kita terhindar dari ghibah atau menggunjing orang lain, perintah menjawab
salam agar kita menghormati orang-orang yang lewat, dan amar ma’ruf nahi munkar
agar kita menegakkan yang disyariatkan dan mencegah hal-hal yang diharamkan.
Dengan demikian kita tetap memiliki
kecintaan kepada kebaikan dan kebencian terhadap kemaksiatan, karena itulah
ciri orang-orang yang beriman.
Dan ketahuilah olehmu bahwa di
kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan
benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’
kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-hujurat: 7).
Comments
Post a Comment