KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

download TAFSIR AL-NASAFIY


By : Zaharuddin
TAFSIR AL-NASAFIY

            Sebagai awal dalam memasuki tulisan kami dari hasil penelitian terhadap seputar kitab An-Nasafiy, bahwasannya nama lengkap kitab ini yakni مدارك التنزيل وحقائق التأويل” yang biasanya diringkas dengan nama “Tafsir An-Nasafiy” yang dikarang oleh “Hafizh ad-Din abu Al-barakat Abd. Bin ahmad bin Mahmud An-Nasafiy Al-Hanafiy.
A.  BIOGRAFI, PROFIL IMAM AN-NASAFIY
·      Beliau lahir di Nasaf, kota sind yang terletak di antara Jihun dan Samarqand. Beliau adalah ahli tafsir kenamaan yang merupakan salah satu di antara sekian ulama dari kalangan Hanafiah, di mana mereka membidangi fiqih, ushul fiqih, akidah dan tafsir.[1]
·      Beliau hidup di kalangan ulama ahli fiqih, ushul fiqih, akidah dan tafsir, sehingga beliau mempunyai peluang dalam membentuk dan memcari potensi yang ia miliki, oleh karena itulah beliau berhasil merangkum pelbagai metodologi riset yang ada. Dengan menggunakan rasionalitas ulama kalam, dialektika ahli ushul dan konklusi sarjana fiqih.Bedanya, Nasafiy mempunyai karakter metodologi yang independen dalam karya-karyanya.[2] Dan di samping itu juga ada beberapa informasi yang didapatkan oleh gur-gurunya seperti ; Syams Al-‘Aimmah Al-Kurdi, Ahmad bin Muhammad Al-‘itabi, dll.
·      Karena keuletannya, beliau sudah mencetak beberapa buku di antaranya : “Umdah Al-Aqaid fi al-alkalam, Al-I’timad, Syarh Umdah Al-Aqaid, Manar Al-Anwar Fi ushul Al-Fiqih, Al-Kafi fi Syarh Al-Wafi fi Al-Fiqh Al-Hanafi, Dan Kanz Al-daqaiq Fi fiqh Hanafi. Sebagian besar karyanya telah dicetak hingga ia dikenal sebagai ahli tafsir, faqih, pakar dalam bidang teologi dan ushul fiqh.[3]
·      Imam An-Nasafiy tidak begitu beda dengan ulama kebanyakan, sosok yang zuhud, saleh dan taqwa, di samping itu aktif dalam kegiatan ilmiah, pengkajian dan penelitian, ia merupakan pakar kenamaan di masanya dan masa sesudahnya.[4]
·      Imam An-Nasafi wafat pada tahun 710 H di kota ‘Aidzaj yang terletak di antara Khuzistan dan Asfahan.

B.  SEPUTAR KITAB TAFSIR AN-NASAFI
·      Imam An-nasafiy menyebut tafsirnya مدارك التنزيل وحقائق التأويل. Tafsir ini merupakan di antara sekian tafsir yang dikategorikan sebagai tafsir ilmiah yang cermat, tidak berbelit hingga membosankan dan tidak terlalu ringkas hingga memiliki banyak kekurangan.
·      Tentang latar belakang yang mensettingi penulisan tafsir ini, Nasafi mengungkafkan, “Adalah seorang yang pintanya sangat sulit bagiku untuk tidak memperkenankannya menulis sebuah buku yang netral tentang penakwilan. Di samping menghimpun bentuk-bentuk I’rab, qiraat, badi’ dan penunjukan-penunjukan yang tersirat. Sarat dengan pendapat ahlu sunnah dan tidak dimuati kekeliruan ahli bid’ah dan kesesatan.[5]
·      Tafsir ini merupakan ringkasan dari Al-Kassyaf dan Al-Baidhawiy beliau meringkasnya dari segi kebahasaan, I'rab balagah dari segi badhi'nya dan ma'aninya.
·      Beliau menafsirkan Al-Qur’an secara ijmaliy yaitu menafsirkan Al-qur’an sesuai dengan urutan mazhab yang dijelaskan dalam penjelasan secara global.
·      Kebanyakan dari penjelasan beliau menggunakan ra’yu atau yang biasa dikenal dengan tafsir bil ra’yi. Dan sebagian kecil menyebutkan menjelaskan dengan menggunakan hadis Nabi Saw, meskipun dalam penjelasan beliau terdapat penafsiran ayat secara ma’tsur itupun hanlasan beliau terdapat penafsiran ayat secara ma’tsur itupun hanya sedikit.
·      Beliau bermazhab Hanafiah.[6] Hal ini dapat dibuktikan dalam contoh sebagai berikut :
            Seperti ayat yang berbunyi وامسحوا بِرُؤُوسِكُم “ : “Imam hanafi mewajbkan membasahi seperempat kepala, atau cukup dengan memasukkan kepala ke dalam air atau menuangkan air di atas kepala.[7] Begitu pula dalam kitab An nasafi sebagai berikut :

(وامسحوا بِرُؤُوسِكُمْ)  المراد إلصاق المسح بالرأس ، وماسح بعضه ومستوعبه بالمسح كلاهما ملصق للمسح برأسه
“yang dimaksud dengan membasuh kepala yaitu membasahi seluruh rambut di kepala, sebagian ataukah secara keseluruhan semua kepala dibasahi”[8].

{وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ } مجامعين أو ولا تقربوا مجامعتهن { حتى يَطْهُرْنَ } بالتشديد كوفي غير حفص أي يغتسلن
"Kata Taqrabuhuna ditafsirkan dengan menggauli istri dan mendekatinya karena ingin menggaulinya, sampai mereka bersuci yaitu setelah mereka mandi dan bersuci[9]"
·      Beliau cenderung pada pemikiran ulama ahlu sunnah, dengan itu beliau  mempunyai sikaf yang tegas dan jelas terhadap setiap penyimpangan dalam penafsiran Al-Qur’an, Khususnya terhadap tafsir Al-kassyaf, dirinya tidak hanya mengkritis pemikiran mu’tazilah dalam tafsir Al-kassyaf, namun seluruh buku-buku teologis karyanya.[10] Adapun contoh sebagai bukti dari ungkapan di atas adalah :
            Menurut pendapat Al-Asy'ary "setiap yang dapat dilihat dan menyebabkan dapt dilihat dari sisi keberadaannya. Dalam Firman Allah bahwa setiap orang yang beriman dapat melihat Zat Allah pada hari kiamat.[11] Sebagaimana Firman Allah Swt :

وُجُوهٌ  يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ . إلى رَبّهَا نَاظِرَةٌ . (القيامة : 22-23)
Artinya :"Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri, kepada tihan mereka melihat." (Al Qiyamah : 22-23).

{ وُجُوهٌ } هي وجوه المؤمنين { يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ } حسنة ناعمة { إلى رَبّهَا نَاظِرَةٌ } بلا كيفية ولا جهة ولا ثبوت مسافة . وحمل النظر على الانتظار لأمر ربها أو لثوابه لا يصح لأنه يقال : نظرت فيه أي تفكرت ، ونظرته انتظرته ، ولا يعدى ب «إلى» إلا بمعنى الرؤية مع أنه لا يليق الانتظار في دار القرار { وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ } كالحة شديدة العبوسة وهي وجوه الكفار .[12]
·      Beliau mengadopsi kedalaman makna, pemahaman yang rasional, pengarahan yang tepat dan kelugasan yang focus yang di dapati dalam tafsir Al-Baedawiy di samping dirinya juga mendebat pendapat Zamakhsyari dan menyatakan pendapatnya, bedanya Nasafi tidak terkungkung dalam fanatisme aliran mu’tazilah seumpama yang dilakukan Zamakhsyariy dalam Al-kassyaf. Nasafiy justru bersebrangan Dirinya membantah setiap pendapat yang menyalahi Al-Asy’ariy dengan menggunakan metode Zamakhsyari.[13]
·      Volume cerita dan hadits isra’iliyyat yang sangat kecil merupakan nilai plus bagi An-Nasafiy, beliau berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menyentuhnya.[14] Begitupula dalam kitab tafsir Walmufassirun mengungkafkan bahwa :

ومما نلحظه على هذا التفسير أنه مُقِل جداً فى ذكره للإسرائيليات، وما يذكره من ذلك يمر عليه بدون أن يتعقبه أحياناً، وأحياناً يتعقبه ولا يرتضيه.[15]
·      Dan terbukti pula Nasafiy tidak menyebutkan Hadis-hadis palsu yang berkenaan dengan keutamaan surah-surah dalam Al-qur’an.[16]
·      Begitu pula di dalam kitab An-Nasafiy, beliau tidak banyak berbicara tentang I’rab.[17] Sebagaimana dalam tafsir walmufassirun :

أنه من ناحية الإعراب لا يستطرد كثيراً. ولا يزج بالتفاصيل النحوية فى تفسيره كما يفعل غيره.

Sebagaimana contoh dalam kitab tafsirnya :

فمثلاً عند تفسيره لقوله تعالى فى الآية [217] من سورة البقرة: {يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ} .. الآية. يقول ما نصه: "والمسجد الحرام": عطف على "سبيل الله"، أى وَصَدّ عن سبيل الله وعن المسجد الحرام، وزعم الفرّاء أنه معطوف على الهاء فى "به"، أى كفر به وبالمسجد الحرام، ولا يجوز عند البصريين العطف على الضمير المجرور إلا بإعادة الجار، فلا تقول: مررت به وزيد، ولكن تقول: بزيد، ولو كان معطوفاً على الهاء هنا لقيل: وكفر به وبالمسجد الحرام.[18]

·      Selebihnya, tafsir Nasafiy kerap menyentuh aliran-aliran fiqih dalam beberapa ayat-ayat yang berkenaan dengan hukum dan lebih cenderung kepada mazhab Hanafiy sebagaimana contoh yang telah kami cantumkan di atas.

C.  KRITIK ATAS TAFSIR AN NASAFIY
·      Di dalam tafsir An Nasafiy memilikipenjelasan yang miskin terhdap banyak pendapat yang berkenaan ayat-ayat yang menjadi hujjah beragam aliran, Nasafiy hanya menyebutkan dan terkesan enggan menjelaskan, ia seakan berasumsi dengan popularitas pendapat-pendapat tersebut di banyak kalangan dan kelanggengannya.[19]
Sebagaimana contoh dalam kitab tafsirnya dalam surat Al-mulk : 14 adalah sebagai berikut :

(أَلاَ يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ ) «من» في موضع رفع بأنه فاعل { يَعْلَم } { وَهُوَ اللطيف الخبير } أنكر أن لا يحيط علماً بالمضمر والمسر والمجهر من خلقها وصفته أنه اللطيف أي العالم بدقائق الأشياء الخبير العالم بحقائق الأشياء ، وفيه إثبات خلق الأقوال فيكون دليلاً على خلق أفعال العباد . وقال أبو بكر بن الأصم وجعفر بن حرب : { مَنْ } مفعول والفاعل مضمر وهو الله تعالى فاحتالا بهذا لنفي خلق الأفعال[20] .
Menurutnya, "Allah membantah bahwa diri-Nya tidak mangetahui dengan segala penciptaan yang samar, rahasia dan tampak. Karakter Tuhan adalah Yang Amha Mengetahui rahsia dan esensi segala sesuatu. Terdapat penegasan teantang penciptaan ungkapan-ungkapan yang sekaligus merupaka bukti bahwa Allah-lah yang menciptakan perbuatan hamba. "kalimat man merupkan bentuk maf'ul, sementara fa'il yang tidak disebutkan adalah Allah." Keduanya dalam hal ini menaffikan penciptaan perbuatan hamba."[21]
·      Akan tetapi meski sangat hati-hati tetap juga didapatkan dalam kitabnya kisah israiliyyat, Sebagaimana contoh dalam kitab tafsirnya :
فمثلاً نجده عند تفسيره لقوله تعالى فى الآية [16] من سورة النمل: {وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ وَقَالَ ياأَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ} يقول: روى أنه صاحب فاخته فأخبر أنها تقول: ليت ذا الخلق لم يُخلقوا، وصاح طاووس فقال: يقول: كما تدين تدان. وصاح هدهد فقال: يقول: استغفروا الله يا مذنبون. وصاح خطاف فقال: يقول: قدِّموا خيراً تجدوه، وصاحت رخمة فقال: تقول: سبحان ربى الأعلى ملء سمائه وأرضه، وصاح قمرى فأخبر أنه يقول: سبحان ربى الأعلى، وقال: الحدأة تقول: كل شئ هالك إلا الله، والقطاة تقول: مَن سكت سلم، والديك يقول: اذكروا الله يا غافلون، والنسر يقول: يا بن آدم، عِشْ ما شئت آخرك الموت، والعُقاب يقول: فى البُعد عن الناس أُنس. والضفدع يقول: سبحانه ربى القدوس.
ثم يتكلم عن قوله تعالى: {وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ} بدون أن يتعقب ما ذكره من ذلك كله.[22]

Surat An Naml : 16 "Dan sulaiman telah mewaritsi Daud, da dia berkata : "Hai manusia kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuat. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatukarunia yang nyata".
Diriwayatkan konon seekor merpati berkata, "Andai makhluk ini tidak pernah tercipta," Mendengar itu, Merak menyahut, "Seberapa engkau memberikan pinjaman, seberapa itu pula orang akan membayar padamu."
Nasafiy kemudian Menginventarisasi tiap jenis burung tanpa mengomentarinya. Bahka kehilangan kehati-hatiannya kala menyebutkan ungkapan yang sama sekali tidak meilik sandaran dari hadis sahih.[23]



DAFTAR PUSTAKA


            Adz zahabiy, Dr. Muhammad Husain, Tanpa Tahun, At Tafsir Wa Al Mufassirun. Tanpa Tempat. Tanpa penerbit.

            Abdullah bin ahmad bin mahmud An Nasafiy, Tafsir An Nasafiy (Madariq at  tanzil wa haqaiq At ta’wil).Tanpa tahun. Tanpa tempat : Mauqi'u At Tafsir.

            Mughniyah, Muhammad Jawad. 2006. FIQIH Lima Mazhab. Jakarta: Penerbit Lentera.

            Prof. Dr. Mani’ Abd. Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, 2006, Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.

            Prof. Asywadie Syukur, LC,  Terjemahan Al Milal Wal Al Nihal (Aliran-Aliran Teologi Dalam Sejarah Umat Manusia), 2003, Surabaya : PT. Bina Ilmu.



[1] Lihat, Prof. Dr. Mani’ Abd. Halim Mahmud, Metodologi Tafsir, 2006, Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 43.
[2] Ibid, Metodologi Tafsir, hal. 43.
[3] Ibid, Metodologi Tafsir, hal. 44.
[4] Ibid, Metodologi Tafsir, hal. 44.
[5] Ibid, Metodologi Tafsir, hal. 45.
[6] Lihat, An-Nasafiy, Madariq at  tanzil wa haqaiq At ta’wil, jild 1, hal. 1.
[7] Lihat, Muhammad Jawad Al-Mughniyyah, FIQIH Lima Mazhab, 2007, Jakarta ; Lentera, cet. 20, Bab IV, Hal. 23. 
[8] Ibid, An-Nasafiy, Madariq at tanzil wa haqaiq At ta’wil, jild 1, hal. 276.
[9] Ibid, An-Nasafiy, Madariq at tanzil wa haqaiq At ta’wil, jild 1, hal. 277.
[10] Op-cit, Metodologi Tafsir, hal. 44.
[11] Lihat, Prof. Asywadie Syukur, LC,  Terjemahan Al Milal Wal Al Nihal (Aliran-Aliran Teologi Dalam Sejarah Umat Manusia), 2003, Surabaya : PT. Bina Ilmu, Halaman 84.
[12] Ibid, An-Nasafiy, Madariq at tanzil wa haqaiq At ta’wil, jild 3, hal. 491.
[13] Ibid, Metodologi Tafsir, hal. 46.
[14] Ibid, Metodologi Tafsir, hal. 46.
[15]  Lihat, Tafsir Wal mufassirun Lidzsahabiy, Bab : Madariq  At tanzil wa haqaiq  At  ta'wil, jus 4 halaman  57.
[16]Ibid,  Metodologi Tafsir, hal. 46.
[17] Op-cit, Tafsir Wal mufassirun, Hal. 157
[18]  Ibid, An-Nasafiy, Madariq at tanzil wa haqaiq At ta’wil, jild 1, hal. 108.
[19] Op-cit  Metodologi Tafsir, hal. 47.
[20] Op-cit An-Nasafiy, Madariq at tanzil wa haqaiq At ta’wil, jild 3, hal. 451
[21] Op-cit  Metodologi Tafsir, hal. 47.
[22] Op-cit, Tafsir Wal mufassirun Lidzsahabiy, Bab : Madariq  At tanzil wa haqaiq  At  ta'wil, jus 3 halaman  1,
[23] Op-Cit, Metodologi Tafsir, hal. 47-48

Comments

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

cara melakukan MUNASABAH AYAT

QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN