KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN


A. Pengertian al-‘At}f
            Secara etimologi, kata al-‘at}f  adalah mas}dar dari fi’il عطف-يعطف-عطفا وعطوفا إليه yang bermakna cenderung kepadanya atau berarti kembali kepada sesuatu yang dibenci awalnya lalu diinginkan kembali.[1] Dalam buku Qawa>’id al-Tafsir juga dijelaskan, ‘atf secara etimologi adalah meng-‘at}f-kan lafadz kepada yang sebelumnya, yakni mengikutkan kepadanya dengan perantara huruf at}f.[2] Adapun  dalam kamus Maqa>yis al-Lughah ‘at}f diartikan kecenderungan, يقال: عَطَفْتُ الشّيء، إذا أمَلْته[3]. Dalam kamus al-Munawwir juga disebutkan kata   العطفadalah mas}dar dari kata عطف  yang artinya kecondongan, kedoyongan, kemiringan.[4]


            Secara terminologi (istilah) terdapat perbedaan pengertian karena perbedaan hakekat keduanya,‘atf baya>n dan ‘atf nasaq.
1. ‘At}f  Baya>n adalah: تابع أشهر من متبوعه  seperti جاء صاحبك زيد  kata زيد menjadi ‘at}f baya>n dari صاحبك karena dia lebih terkenal dan fungsinya menjelaskan mat}bu’nya jika ma’rifah dan mentakhs}is}nya jika nakirah, seperi لبثت ثوبا جبة  kata جبة lebih khusus dari ثوب.[5]

2. ‘At}f  Baya>n adalah:
 التَّابعُ الجَامِدُ المُشبِه للصِّفَة في إيضَاحِ مَتْبُوعِه إن كان مَعْرِفةً، وتَخْصِيصِه إن كانَ نَكِرَةً بنَفْسِه
Contohnya: apabila ma’rifah, أَقسَمَ بالله أَبو حَفصٍ عُمر
Apabila nakirah, لبستُ ثَوباً مِعْطَفاً Dan juga disebutkan dalam al-Qur’an كَفَّارة طَعَامُ مَساكِين[6]
3. ‘At}f  Nasaq, secara etimologi al-nasaq terdiri dari huruf ن, س, ق  yang artinya menunjukkan dan mengikuti sesuatu, وكلام نسق: kalam yang ditandai dengan aturan yang sama dengan meng-‘at}f-kan kepada yang satu dengan yang lainnya, seperti yang dicontohkan ثغر نسق , apabila gigi tersebut rata (sama) atau tersusun.[7]
Secara terminologi (istilah) ‘At}f  Nasaq terdapat beberapa definisi, namun definisi tersebut terdapat kesamaan, di antaranya:
1. Menurut Jamal al-Din bin Umar dan Usman bin Umar:
 العطف تابع مقصود بالنسبة مع متبوعه يتوسط بينه وبين متبوعه احد حروف العشرة[8]
2.  Menurut Muhammad al-Ghulayaini:
العطف هو تابعٌ يتوسّط بينه وبينَ متبوعه حرفٌ من أحرف العطفِ نحو "جاءَ عليٌّ وخالدٌ. أكرمتُ سعيداً ثم سليماً".[9]
‘At}f  adalah ta>bi’ yang dipisahkan dari mat}bu’nya dengan salah satu huruf ‘at}f 
3. Menurut Muhammad al-Turji dan Raji al- Asmar:
العطف هو تابع يتوسط بينه وبين متبوعه أحد حروف العطف¸فيربط مابعد حروف العطف بماقبله وحروف العطف هى الواو¸الفاء¸ثم¸حتى¸وأو¸وأم¸وبل¸ولا¸ولكن.[10]
            Kata ta>bi’ yang dimaksud dalam beberapa definisi ini adalah yang mengikuti atau ma’t}uf dan matbu>’ adalah ma’t}uf ‘alaihi atau yang diikuti.
          Dari definisi ‘At}f  yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan ada 3 rukun ‘At}f , yaitu:
1. المعطوف (yang di ‘at}f-kan atau yang datang setelah huruf ‘at}f)
2. حرف العطف (huruf ‘at}f)
3. المعطوف عليه (yang di ‘at}f-inya atau yang datang sebelum huruf ‘at}f)
            Adapun yang termasuk huruf ‘at}f  adalah:
  1. Menurut Abdullah al-Hamid ada 7 huruf ‘at}f , yaitu: الواو, الفاء, ثم, بل, أو, لا, لكن[11]
  2. Menurut Must}afa al-Ghalayaini ada 9 huruf ‘at}f , yaitu: الواو, الفاء, ثم, بل, أو, لا, لكن, أم, حتى.[12]
  3. Menurut Abdul Gha>ni al-Daqar, ada 10 huruf ‘at}f , yaitu: الواو, الفاء, ثم, بل, أو, لا, لكن, أم, حتى, ليس.[13]
Namun dari beberapa literature yang kami perhatikan, kebanyakan menyebutkan ada  9 huruf ‘at}f.
           

Adapun makna huruf-huruf ‘at}f  [14] beserta contohnya dalam Alquran adalah sebagai berikut:
  1. Huruf الواو untuk menggabungkan (dan), contoh: يسود الرجل بالعلم والأدب
Contoh dalam Alquran: فيهما فاكهة ونخل ورمان
2.     Huruf الفاء kemudian, lalu (berturut-turut tanpa antara), contoh: دخل عند الخليفة العلماء فالأمراء
Contoh dalam Alquran:[15] أماته فأقبره, أهلكناها فجاءها بأسنا
  1. Huruf ثم kemudian, (berturut-turut ada antara), contoh: خرج الشبان ثم السيوخ
Contoh dalam Alquran: فأقبره ثم إذا شاء أنشره
  1. Huruf أم atau (memilih atau membandingkan), contoh: أقريب أم بعيد
Contoh dalam Alquran: سواءٌ عليهم أَأَنذَرتَهُم أَم لم تُنذِرهم
  1. Huruf أو atau (memilih salah satu): ذهب سعيدٌ أَو خالدٌ أو عليٌّ
Contoh dalam Alquran:  قالوا ساحرٌ أو مجنونٌ, أتاها أمرنا ليلاً أو نهاراً
  1. Huruf لكن tetapi, contoh: لاتكرم خالدا لكن محمدا
  2. Huruf لا bukan, tidak, contoh: اكرم الصالح لا الطالح
Contoh dalam Alquran: ما أشركنا ولا آباؤنا, ما لم تعلموا أنتم ولا آباؤكم
  1. Huruf بل tetapi, bahkan, contoh: ما سافر علي بل محمود
Contoh dalam Alquran: وقالوا اتخذ الرحمن ولداً سبحانه بل عباد مكرمون
  1. Huruf حتى sehingga, bahkan, contoh:حتى المشاة  قدم الحجاج
B. Kaedah-Kaedah ‘at}f dalam al-Qur’an
1. Kaidah Pertama:
عطف العام على الخاص يدل على التعميم, وعلى أهمية الأول[16]
Artinya:
Meng-at}f-kan yang umum kepada yang khusus menunjukkan keumuman, namun makna yang khusus lebih diutamakan.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya khusus itu bagian dari yang umum, maka apabila salah satu bagian dari makna umum itu disebutkan kemudian di ‘at}f-kan kemakna yang khusus, maka itu menunjukkan keutamaannya dan kemuliaannya.
Contohnya, firman Allah swt., didalam Q.S. al-An’ am (162)
قل إن صلاتى ونسكى[17]
Nusuk dalam ayat ini diartikan sebagai ibadah, al-Bagha>wi dalam tafsirnya, nusuk adalah hewan sembelihan ketika melaksanakan haji dan umrah, ada yang mengatakan haji saja dan ada juga yang mengatakan agama[18]. Sholat merupakan bagian dari pada ibadah, maka itu menunjukkan akan pentingnya dan agungnya kedudukan sholat tersebut.
            Dan juga yang disebutkan dalam Q.S. Nuh (28)
رب اغفرلى ولوالدي ولمن دخل بيتى مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات
dalam ayat ini menyebutkan makna umum setelah dikhususkan yaitu kata (ولوالدي).
2. Kaidah Kedua:
عطف الخاص على العام منبه على فضله أو أهميته, حتى كأنه ليس من جنس العام, تنزيلا فى الوصف منزلة التغاير فى الذات[19]
Artinya:
Meng-‘at}f-kan yang khusus kepada yang umum menunjukkan kemuliaannya dan keutamaannya, seakan-akan yang khusus itu bukan bagian dari umum, sehingga dapat merubah yang abstrak menjadi konkret.
Penjelasan:
            Yang dimaksudkan dengan umum dan khusus disini adalah: yang pertama mencakup yang kedua, atau yang dikenal dalam ungkapan orang Arab pada umumnya, yaitu ketika orang Arab menyebutkan sesuatu yang umum kemudian mengkhususkan yang umum tersebut kepada yang utama dari yang paling utama.
Contoh dari kaidah ini, firman Allah swt., didalam Q,S. al-Baqarah (238)
حافظوا على الصلوات والصلاة الوسطى
Dan juga firman Allah swt., dalam Q. S. al-Rahman (68)
فيهما فاكهة ونخل ورمان
Penyebutan الصلاة الوسطى dalam ayat ini menunjukkan pengkhususan dari kata الصلوات yang bermakna umum, terdapat beberapa pandangan tentang maksud dari الصلاة الوسطى  di antaranya adalah, sholat subuh sebagaimana yang dikemukakan oleh imam Ma>lik dalam kitabnya al-Muwat}t}a, dan ada yang mengatakan sholat asar sebagaimana yang diriwatkan ibn Jarir dari ibn Abbas, menurut al-Turmudzi  dan al-Bagha>wi ini pendapat kebanyakan para sahabat dan tabi’in dan kebanyakan para Ulama. Ada juga yang berpendapat sholat dzuhur sebagaimana yang diriwayatkan oleh abi Hanifah dari ibn Umar, Abu Sa’id dan Aisah, ra.[20] begitupun dengan ayat yang kedua نخل ورمان (kurma dan delima) dikhususkan setelah penyebutan فاكهة (buah-buahan) yang bermakna umum.
3. Kaidah Ketiga:
عند عطف صفة على صفة لموصوف واحد فالأفصح فى كلام العرب ترك إدخال الواو, وإذا أريد بالوصف الثانى موصوف اَخر غير الأول أدخلت الواو[21]
Artinya:
Ketika meng-‘at}f-kan sifat kepada sifat untuk sesuatu yang disifati, maka yang dikenal dalam tata bahasa Arab adalah tidak menggunakan huruf ‘at}f (الواو), dan apabila yang diinginkan adalah sifat yang lain, yang disifatkan kepada sifat yang kedua bukan sifat yang pertama, maka huruf ‘at}f  (الواوdimasukkan diantara dua sifat tersebut.
            Contoh firman Allah swt., dalam Q.S. al-Nisa>’ (37-38)
الذين يبخلون ويأمرون الناس بالبخل ويكتمون مااَتاهم الله من فضله وأعتدنا للكافرين عذابا مهينا والذين ينفقون أموالهم رئاء الناس ولايؤمنون بالله ولا باليوم الأخر....الاية
Dari kedua ayat diatas, Allah swt., memisahkan antara sifat orang-orang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dengan sifat orang-orang yang disebutkan sebelumnya, yaitu dengan menggunakan huruf ‘at}f  (الواو) untuk memisahkan kedua sifat tersebut, dimana kedua sifat itu menunjukkan dua sifat dari manusia yang berbeda makna, jika seandainya kedua sifat tersebut mempunyai makna yang sama, maka bentuk redaksi ayat tersebut adalah:
....وأعتدنا للكافرين عذابا مهينا الذين ينفقون أموالهم رئاء الناس.... الاية
Karena kedua sifat itu berbeda, maka dipisahkan dengan huruf ‘at}f  (الواو).
4. Kaidah Keempat:
الشئ الواحد إذا ذكر بصفتين مختلفتين جاز عطف إحداهما على الأخرى, تنزيلا لتغاير الصفات منزلة تغاير الذات[22]
Artinya:
sesuatu yang tunggal apabila disebutkan dengan dua sifat yang berbeda, maka boleh meng-‘at}f-kan salah satu dari sifat tersebut kepada yang lain, sehingga merubah yang abstrak menjadi kongkrit.
            Apabila sifat itu terulang-ulang kepada sesuatu yang tunggal, maka terkadang tidak dimasukkan huruf ‘at}f dan kadang juga memasukkannya, namun tidak meng-‘at}f-kannya lebih dikedepankan oleh kalangan Arab –sebagaimana disebutkan pada kaidah sebelumnya- ini menjadikan sebagian orang mengira dengan memasukkan huruf ‘at}f (الواو) menandakan yang disifati itu banyak, sementara setiap sifat itu kembali kepada maus}ufnya yang terakhir tetapi ini tidak mesti, namun boleh meng-‘at}f-kan sifat kepada sifat yang lain dengan huruf ‘at}f  sementara yang disifati itu satu.
Contoh beberapa sifat dengan menyebutkan satu maus}uf, firman Allah swt., dalam Q.S. al-A’la (1-4)
سبح اسم ربك الأعلى   الذى خلق فسوى والذى قدر فهدى والذى أخرج المرعى
Contoh tidak menggunakan huruf ‘at}f , firman Allah swt., dalam Q.S. al-Qalam(10-11)
ولا تطع كل حلاّفٍ معينٍ همّازٍ مشّاءٍ....الأية
Contoh sifat yang maknanya jauh berbeda, maka lebih baik di-‘at}f-kan, firman Allah swt., dalam Q.S. al-Qalam(10-11)
هو الأول والأخر والظاهر والباطن وهو بكل شئ عليم[23]
5. Kaidah Kelima:
العطف يقتضى المغايرة بين المعطوف والومعطوف عليه, مع اشتراكهما فى الحكم الذى ذكر لهما[24]
Artinya:
Huruf ‘At}f menghendaki pemisahan makna antara ma’at}u>f dan ma’at}u>falaihi, walaupun mempunyai kesamaan hukum yang disebutkan untuk keduanya.
            ‘At}f  dalam al-Qur’an bukan hanya pemisahan lafadz, akan tetapi juga dengan pemisahan makna, namun pemisahan tersebut terdiri dari beberapa tingkatan:
Pertama: keduanya adalah lafadz yang berlawanan makna, makna yang satu bukan bagian dari makna yang lain, jenis ini umumnya terjadi pada kalimat yang saling meng-‘at}fi dan paling banyak ditemukan dalam al-Qur’an.
            Contohnya, firman Allah swt., dalam Q.S. al-Furqa>n (59) dan Q.S. Ali-Imran (3)
خلق السموات والأرضَ وما بينما فى ستة أيام
وأنزل التوراة والإنجيل من قبل هدى للناس.... الأية
Kata السموات dan الأرض , التوراة dan الإنجيل, mempunyai makna yang berbeda dan makna yang satu bukan bagian dari makna yang lainnya.
Kedua: menyamakan makna dari kedua lafadz yang saling meng-‘at}fi
Contohnya, firman Allah swt., dalam Q.S. al-Baqarah (42) dan Q.S. al-Nisa>’ (136)
ولا تلبسوا الحق بالباطل وتكتموا الحق
ومن يكفر باالله وملائكته ورسله وكتبه
                Makna kata تلبسوا (mencampur adukkan yang haq dan yang bathil), dan كتموا (menyembunyikan yang haq), mempunyai makna yang sama. Dan juga kafir kepada malaikat, para rasul dan kitab, sama halnya kafir kepada Allah.
Ketiga: meng-‘at}f-kan bagian sesuatu kebagian yang lainnya
Contohnya, firman Allah swt., dalam Q.S. al-Baqarah (238) dan Q.S. al-Ahza>b (7)
حافظوا على الصلوات والصلاة الوسطى
وإذ أخذنا من النبيين ميثاقهم ومنك ومن نوح وإبراهيم وموسى وعيسى ابنِ مريم
Kata (منك) yaitu Muhammad [sebagaimana yang dikemukakan tafsir al-Alu>si, mereka itu adalah ulul ‘azmi min al-Rasul dan mereka anak-anak pilihan dari Adam. Dan mengedepankan nama Muhammad dalam ayat ini menunjukkan kemuliaannya karena dari dirinyalah dimulai penciptaan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ubay ibn Ka’ab dalam hadisnya (بدىء بي الخلق وكنت آخرهم في البعث  ) dan juga yang diriwayatkan oleh Jama>’ah dari Hasan dari Abi Hurairah bahwasanya Nabi saw., bersabda (كنت أول النبيين في الخلق وآخرهم في البعث ][25] dan Nuh, Ibrahim, Musa, Isa ibn Maryam adalah bagian dari pada nabi.
Keempat:  meng-‘at}f-kan sesuatu kepada sesuatu yang berbeda makna
Contohnya, firman Allah swt., dalam Q.S. al-A’la (1-4)
سبح اسم ربك الأعلى   الذى خلق فسوى والذى قدر فهدى والذى أخرج المرعى[26]
Keseluruhan sifat yang ada dalam ayat ini mempunyai makna yang berbeda الأعلى (yang Maha tinggi) الذى خلق فسوى (pencipta dan penyempurna) قدر فهدى (penentu kadar dan pemberi petunjuk) أخرج المرعى (penumbuh rumput-rumputan).[27]
6. Kaidah Keenam:
عطف الجملة الإسمية على الفعلية يفيد الدوام والثبات[28]
Aritnya:
Meng-‘at}f-kan jumlah ismiyyah ke jumlah fi’liyyah menunjukkan sesuatu yang tetap
Ketika isim menunjukkan sesuatu yang tetap dan fi’il menunjukkan sesuatu yang baru, maka meng-‘at}f-kan jumlah ismiyyah kepada jumlah fi’liyyah menunjukkan ketetapan dan kekekalan.
Contohnya, firman Allah swt., dalam Q.S. al-An’ a>m (56)
قل لاأتبع أهوائكم قد ضللت إذا وما انا من المهتدين
        Maka ayat قد ضللت إذا merupakan jumlah fi’liyyah menunjukkan sesuatu yang baru dan ayat وما انا من المهتدين merupakan jumlah ismiyyah yang menunjukkan ketetapan dan kekekalan, jadi ketika ayat وما انا من المهتدين di-‘at}f-kan kepada ayat قد ضللت maka artinya, apabila dia mengikuti hawa nafsunya maka dia akan tetap dalam kesesatan dan selamanya tidak akan mendapatkan petunjuk, karena mereka tidak akan mendatangkan kebaikan.[29]
7. Kaidah Ketujuh:
من شأن العرب العطف بالكلام على معنى نظير له قد تقدمه, وإن خالف لفظَه لفظُه[30]
Artinya:
Diantara kebiasaan orang Arab meng-‘at}f-kan kalimat kepada makna sebanding dengannya yang mendahuluinya, walaupun lafadz-nya berbeda (ma’t}u>f dan ma’t}u>f  ‘alaihi)
            Contohnya, firman Allah swt., dalam Q.S. al-Baqarah (259)
( أو كالذى مرّ على قريةٍ ) ma’t}uf kepada ayat [apakah kamu tidak memperhatikan orang yang melalui suatu negeri, yang dimaksud orang disini terdapat beberapa pendapat, akan tetapi kebanyakan pendapat tersebut mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah ‘Uzair, namun tidak penting mengetahui siapa yang dimaksud, karena bukan itu yang diinginkan oleh ayat ini, adapun yang diinginkan oleh ayat ini adalah menunjukkan kekuasaan Allah swt., terhadap orang-orang yang mengingkari  akan kekuasaannya, bahwasanya Allah swt., mampu menghidupkan kembali makhluqnya yang sudah mati, dan mengembalikannya setelah ketiadaannya dan hanya dialah yang dapat menghidupkan dan mematikan]
) ألم تر إلى الذي حاجّ إبراهيمَ فى ربّه(
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang (Namrudz ibn Kausy ibn Kan’an ibn Sa>m ibn Nu>h raja Babilonia dan dikatakan dia adalah raja pertama yang paling angkuh dan sombong di muka bumi, pendapat ini dikemukakan oleh ibn Abbas, Mujahid, Qatadah[31]) yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya” ayat ini ditujukan kepada Muhammad saw., yaitu "ألم تر إلى الذي حاج إبراهيم في ربه"، بمعنى: هل رأيت، يا محمد.
Walaupun terdapat perbedaan lafadz namun makna keduanya sama, karena kedua ayat di atas menunjukkan keta’ajjuban Muhammad saw., terhadap dua peristiwa tersebut. Dan para pakar nahwu dari Bashrah mengatakan bahwasanya huruf Ka>f  dalam ayat ini adalah huruf tambahan dan menjadi ألم ترى إلى الذي حاج إبراهيم، أو الذي مر على قرية namun sudah dijelaskan, bahwasanya tidak ada sesuatu yang tercantum dalam al-Qur’an tidak mempunyai arti.[32]




[1]Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’la>m  (Cet. XXVIII; Beirut: Dar al-Masyriq, 1986 M.), h. 512.

[2]Khalid Usman al-Sabt, Qaw>aid al-Tafsir Jam’an  wa Dira>satan (Cet. I; Dar ibn affan, 1997 M.), h. 428.

[3]Abu al-Husain Ahmad bin Fa>ris bin Zakariyya, Mu’jam Maqa>yis al-Lughah, Juz 4 (Cet. I; Beirut: Dal al-Jil, 1991 M.), h. 285.

[4]A. W. Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Cet. 25; Pustaka Progresif, 2002), h. 944.

[5]Ant}ua>n al-Dahdah, Mu’jam Qaw>a’id al-Lughah al-Arabiyyah fi Jada>wil wa al-Lauha>t (Cet.III ; Beirut: Maktabah Libanon, 1987), h. 224.
[6]Abdul  Gha>ni al-Daqar, Mu’jam al-Qawa>i’d al-Arabiyyah (Soft ware M. Syamila Versi 2.1), h. 16.

[7] Abu al-Husain Ahmad bin Fa>ris bin Zakariyya, op.cit., h. 420.

[8]Jamal al-Din bin Umar dan Ustman bin Umar, Kitab al-Kafiyat fi al-Nahwi, Juz I (Beirut Dar  al-Kutub al-Ilmiyah, 1990), h. 318.

[9]Muhammad al-Ghalayaini, Ja>mi’ al-Duru>s al-Arabiyyah (Soft ware M. Syamila Versi 2.1), h. 77.

[10]Muhammad al-Turji dan Raji al-Asmar, al-Mu’jam al-Mufas}s}l fi Ulum al-Lughah, Juz I (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1993 M.), 409.

[11]Abdullah Hamid al-Hamid, Silsilah Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah (Cet. I; Riyadh: al-Ja>mi’ah, 1994), h. 75.

[12] Muhammad al-Ghalayaini, op. cit., h. 77.

[13] Abdul  Gha>ni al-Daqar, op. cit., h. 20.

[14]Hifni Bek Dayyab&Muhammad Bek Dayyab at.al., Kaedah Tata Bahasa Arab (Cet. 9;Jakarta: Darul Ulum Press, 2004), h. 305-306.

[15]Al-Musymu>ni>, Syarh al-Asymu>ni> ‘Ala Alfiah ibn Ma>lik (Soft ware M. Syamila Versi 2.1), h. 211.

[16]Khalid Usman al-Sabt, Mukhtas|r fi Qaw>aid al-Tafsir (Cet. I; Dar ibn affan, 1997 M.), h. 12.

[17]Khalid Usman al-Sabt, op.cit, h. 429.
[18]Abu Muhammad al-Husain ibn Mas’ud al-Bagha>wi, Ma’a>lim al-Tanzil (Soft ware M. Syamila Versi 2.1), h. 211.

[19]Khalid Usman al-Sabt, op.cit,  h. 430.
[20] Abu al-fida> Ismail ibn Umar ibn Katsir al-Quraisyi al-Dimasqi, Juz I (Cet. II; Dar al-tayyibah, 1999 M.),h. 648.

[21]Khalid Usman al-Sabt, op.cit, h.431.
[22]Khalid Usman al-Sabt, Mukhtas}ar, op.cit, h.13.
[23]Khalid Usman al-Sabt, op.cit, h.432-433.

[24]Khalid Usman al-Sabt, Mukhtashar, op.cit, h.13.

[25]Syihab al-Din Mahmud ibn Abdillah al-Husaini al-Alu>si (Soft Were Maktabah Syamilah Versi 2.1), h. 46.

[26]Khalid Usman al-Sabt, op.cit, h.434-435.
[27]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara penterjemah/penafsir al-Qur’an, 1990), h. 1051.

[28]Khalid Usman al-Sabt, op.cit, h.436.

[29]Ibid., h. 436.

[30]Khalid Usman al-Sabt, Mukhtashar, op.cit, h.13.

[31]Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakar ibn Farah Abu abdillah al-Qurtubi, al-Ja>mi’ Liahka>mi al-Qur’an ((Soft Were Maktabah Syamilah Versi 2.1), h. 271.

[32]Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Katsir ibn Ghalib al-Amali, Abu Ja’far al-Thabari, Ja>mi’u al-Baya>n fi Ta’wil al-Qur’an  (Cet.I; Beirut:  Mu’assasah al-Risalah, 2000 M.), h. 438-442.

Comments

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

download TAFSIR AL-NASAFIY

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

cara melakukan MUNASABAH AYAT

QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )