CARA TAKHRIJ HADIS :
SUDAH PERNAHKAH ANDA MEMBUAT SKEMA SEBAGAIMANA DI BAWAH :
TULISAN INI, HANYALAH SEBUAH PENGANTAR SEBELUM MEMBUAT GAMBAR DI ATAS.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis Nabi
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, yang setiap muslim
wajib mengikuti danmengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat didalamnya. Sebagai
landasan hukum syara' yang kedua setelah al-Qur'an, keotentikan sunnah menjadi
keharusan untuk dipelajari dan dikaji oleh setiap muslim. Sebab, meskipun Allah
Swt, telah berjanji untuk menjaga agama-Nya, namun fitnah dan hujatan terhadap
sunnah dan para ulamanya,juga tidak pernah berhenti.Kenyataan ini sangat
berpengaruh terhadap pemahaman mayoritas umat Islam tentang ajaran agama-Nya
khususnya as-sunnah.
Untuk mengetahui
hal ihwal yang terkait dengan hadis Nabi tersebut, maka para ulama hadis telah
menyusun ilmu yang dikenal dengan ‘Ulu>m
al-H{adi>s|’ yang disebut juga ilmu Must}alah}
al-H{adi>s|,Us}hu>l al-H{adi>s| atau Qawa>‘id al-H{adi>s|.Di
antara semua cabang ilmu hadis, salah satu bidang ilmu yang harus dikaji oleh
setiap pelajar Islam adalah ilmu Takhri>j al-Hadi>s.Takhri>j al-hadi>s|
merupakan langkah awal kegiatan penelitian hadis. Dengan metode ini kita dapat
mengetahui letak hadis tersebut dari sumber aslinya, yang disebutkan sanadnya
dan dijelaskan martabatnya atau tingkatannya, apakah hadistersebutmarfu>’ mauqu>f, atau maqthu’>.
Menurut Mahmud
at-Thahan, pada mulanya ilmu Takhri>j al-Hadi>s tidak dibutuhkan
oleh para ulama dan peneliti hadis, karena pengetahuan mereka tentang sumber
hadis ketika itu sangat luas dan baik. Hubungan mereka dengan sumber hadis juga
kuat sekali, sehingga apabila mereka hendak membuktikan keshahihan sebuah
hadis,mereka dapat menjelaskan sumber hadis tersebut dalam berbagai kitab
hadis, yang metode dan cara-cara penulisan kitab hadis tersebut mereka ketahui.Namun
beberapa periode setelahnya, para Ulama mulai merasa kesulitan untuk mengetahui
sumber dari suatu hadis, apalagi setelah berkembangnya karya-karya Ulama dalam
bidang Fiqh, Tafsir, dan Sejarah, yang memuat hadis- hadis Nabi Saw. yang
kadang-kadang tidak menyebutkan sumbernya, maka ulama hadis terdorong untuk
melakukan takhri>j terhadap karya-karya tersebut.Dari sinilah mulai muncul
kitab-kitab takhri>j.
Berangkat dari
ilustrasi diatas, penulis merasa penting untuk mengkaji dan membahas takhri>j
al-hadi>s|, dan
untuk menyederhanakan pembahasan saya batasi objek kajian sebagaimana dalam
rumusan masalah.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
pengertian metode atau tata cara pentakhrijan hadis?
2.
Kaedah apa saja
yang harus diperhatikan dalam mentakhrij?
3.
Apa faedah dan
manfaat mempelajari takhri>j al-H{adi>s|?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Takhri>j
Takhrij menurut
bahasa berasal dari kata kharaja (خرج) yang berarti الاظهار والابراز yang berarti tampak atau jelas. Takhrij secara bahasa juga berarti
berkumpulnya dua perkara yang saling berlawanan dalam satu persoalan, namun
secara mutlak, Takhrij diartikan oleh para ahli bahasa dengan arti
mengeluarkan, (al-Istinba>t}),
melatih atau membiasakan, (al-Tadri>b),
dan menghadapkan (al-Tauji>h),
tampak, (al-Iz}ha>r), dan jelas, (al-Ibra>z).
Takhrij menurut
istilah adalah:
التخريخ هو الدلالة على مواضع الحديث فى
مصادره الاصلية التى اخرجته بسنده ثم بيان مرتبته عند الحاجة .
Para Muhadis|i>nmengartikanTakhri>j
al-H{adi>s| sebagai berikut:
-
Memaparkan atau mengemukakan hadis
pada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah
menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.
-
Ulama mengemukakan berbagai hadis
yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab lain yang
susunannya dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa
periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sebagai
sumber pengambilan.
-
Mengeluarkan hadis dari dalam kitab
dan meriwayatkannya, kemudian, hadis tersebut disusun dan dibicarakan kemudian
disandarkan kepada pengarang atau penyusun kitab itu.
-
Mengemukakan letak asal hadis pada
sumbernya yang asli, yakni kitab didalamnya dikemukakan secara lengkap dengan
sanadnya masing-masing, kemudian dijelaskan kualitas sanad hadis tersebut.
Dari
uraian defenisi diatas, Takhrij dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Memaparkan atau mengemukakan hadis pada orang banyak
dengan menyebutkan para rawinya yang ada dalam sanad hadis itu.
2. Mengemukakan asal-usul hadis sambil dijelaskan sumber
pengambilannya dari berbagai kitab hadis.
3. Mengemukakan hadis-hadis berdasarkan sumber
pengambilannya dari kitab-kitab yang didalamnya dijelaskan metode
periwayatannya dan sanad hadis-hadis tersebut, dengan metode dan kualitas para
rawi sekaligus hadisnya. Dengan demikian, pentakhrij-an hadis ialah penelusuran
atau pencarian hadis dalam berbagai kitab hadis (sebagai sumber asli dari hadis
yang bersangkutan), baik menyangkut materi atau isi (matan), maupun jalur
periwayatan (sanad) hadis yang dikemukakan.
B. Metode atau Tata Cara Pentakhrijan Hadis.
Secara garis besar, ada beberapa
metode yang bisa digunakan dalam mentakhrij hadis sesuai dengan kondisi hadis
yang ingin ditakhrij. Namun makin banyak metode yang kita gunakan maka hasil
yang akan diperoleh makin mendekati kesempurnaan.
Berikut penjelasan singkat tentang
metode tersebut dengan menyebutkan keistimewaan dan kekurangannya serta buku
apa saja yang bisa digunakan.
1. Takhrij dengan Rawi Pertama (Ra>wi al-A‘la>).
Takhrij ini meneliti
hadis dengan menelusuri sanad pertama atau yang paling atas yakni para sahabat
(muttas}il isna>d) atau tabi‘in
(dalam hadis mursal).
Keistimewaan metode ini:
-
Memberikan informasi kedekatan pembaca dengan
pen-takhrij hadis dan kitabnya. Berbeda dengan metode lainnya yang hanya
memberikan informasi kedekatan pen-takhrijnya tanpa kitabnya.
-
Cepat dan tepat dalam menemukan hadis
yang diinginkan jika menguasai metode buku yang dipakai.
-
Memudahkan dalam penyusunan sanad
hadis.
-
Memperbanyak wawasan tentang
sanad-sanad hadis.
Kekurangannya:
-
Harus menguasai betul manhaj
buku yang ingin dipakai.
-
Tidak dapat
digunakan kecuali setelah mengetahui rawi pertama darisuatu hadis
-
Harus bisa menentukan apakah rawi
pertamanya seorang sahabat atau bukan.
-
Akan menemukan kesulitan jika rawi
pertamanya banyak meriwayatkan hadis.
Jenis buku yang menyusun hadis sesuai ra>wial-a‘la>>:
a. Kitab Musnad; yaitu kitab yang menyusun hadis
sesuai dengan ra>wi al-a‘la>-nya. Diantaranya:
1.
MusnadAbu> Da>u>d al-T{aya>lisi>
(204H).
Kitab musnad al-T{aya>lisi>
menyusun hadis sesuai dengan urutan sahabat, baik laki-laki atau wanita, kunniyah
maupun laqab-nya. Kitab initerdiri dari satu jilid, dan mencakup 11 juz,
dan jumlah hadis dalam musnad al-T{aya>lisi> (2767) hadis.
2.
Musnad al-H{{umai>di> (219 H).
Kitab musnad al-H{umai>di> menyusun
hadis sesuai dengan urutan sahabat, dan dimulai dengan sahabat Khulafa al-Ra>syidi>n Abu bakr, Umar,
Usman dan ‘Ali. Kemudian sepuluhsahabat yang dijamin masuk syurga kecuali t}alhah
bin ubai>dillah dan seterusnya. Dan kitab ini terdiri dari 11 juz dan ada
yang mengatakan 10 juz, jumlah hadis dalam musnad al-H{umai>di> (1300)
hadis.
3.
Musnadal-Ima>m Ah}mad bin H{anbal
(164-241 H).
Imam Ah}mad menyusun hadis sesuai
dengan urutan nama sahabat, kemudian melihat tema hadis serta tingkatannya. Dan
jumlah hadis dalam musnad Ah}mad bin H{anbal kurang lebih (4000) hadis.
b. Kitab Ma‘a>jim;susunan
hadis didalamnya berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyu>kh
(guru-guru) atau bangsa (tempat asal) sesuai huruf kamus (hijaiyah). Dengan
mengetahui nama sahabat dapat memudahkan untuk merujuk hadisnya. Diantaranya:
1. Mu‘jam al-S}aha>bah karangan Abi>
al-Qa>sim al-Bagawi> (317H), menyusun nama sahabat sesuai dengan huruf
hijaiyah dan menyebutkan beberapa hadis yang diriwayatkan tiap sahabat.
2. Mu‘jam al-S}}aha>bah karangan Abi> al-H{usai>n bin Qa>ni‘ (351H),
menyusun nama sahabat sesuai dengan huruf hijaiyah dan menyebutkan satu hadis
yang diriwayatkan tiap sahabat.
3. Mu‘jam al-Kabi>r karangan al-T{abra>ni>
(360H).
Ima>m al-T{abra>ni> memiliki tiga mu‘jam; al-Kabi>r,
al-Au>sat}, dan al-S}agi>r.
Dalam Mu‘jam al-Kabi>r,
beliau meyebutkan hadis dengan sanad sesuai urutan sahabat. Diawali dengan 10
sahabat yang dijamin masuk surga kemudian dilanjut dengan para sahabat lainnya
disusun sesuai urutan huruf (hijaiyah). Kecuali Abu> Hurairah, karena Imam
al-T{abra>ni> telah menyusun satu buku khusus yang mengumpulkan
hadis-hadis Abu> hurairah.
Adapun Mu‘jamal-Au>sat}
dan al-S{agi>r, susunan hadisnya sesuai dengan urutan nama guru Imam
al-T{abra>ni>.
c.
Kitab At}ra>f;yaitu buku
yang menyusun hadis dengan separuh matan sesuai dengan ra>wial-a‘la>-nya.kebanyakan
kitab-kitab al-At}ra>f disusun berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan
urutan nama mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui bagian
dari hadis itu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh
kitab-kitab al-At}ra>f tadi untuk kemudian mengambil hadis secara lengkap.Seperti:
a. Tuh}fatul Asyra>f bi Ma‘rifati al-At}ra>f karangan Yusuf
al-Mizzi> (654-742 H).
Dalam buku ini Imam al-Mizzi>
menyusun hadis-hadis yang ada dalam kutub sittah dan beberapa buku lainnya
dengan susunan ra>wi al-A‘la>. Seperti Muqaddimah s}ah}i>h} Muslim,
kita>b Mara>sil li Abi> Da>u>d, kita>b ‘Ilal al-S{agi>r li
Tirmiz|ih, wa Syama>’il dan selainnya.
b. Z|akha>’ir al-Mawa>ri>s| fi> al-Dila>lah
‘ala Mawa>d}‘i al-Ah}a>di>s|, karangan Imam ‘Abd Ga>ni>
bin Isma>‘il al-Na>bulsi> (1050-1143 H).
Al-Na>bulsi> menyusun kitabnya
berdasarkan musnad sahabat, sesuai dengan huruf mu‘jam dimulai dengan 'hamzah'
dan diakhiri dengan 'ya'.
2. Takhrij dengan awal lafaz matan hadis
Metode takhrij hadis menurut lafaz pertama, yaitu suatu
metode yangberdasarkan pada lafaz pertama matan hadis, sesuai dengan urutan
huruf-huruf hijaiyah, sehingga metode ini mempermudah pencarian hadis yang
dimaksud.
Keistimewaan metode ini:
-
Mudah mendapatkan hadis yang dicari.
-
Buku yang memakai metode ini kebanyakan
sudah ada hukum hadisnya.
-
Hampir semua buku memiliki fihri>s
(daftar isi) hadis disusun sesuai awal hadis yang bisa digunakan dalam metode
ini.
Kekurangannya:
-
Tidak akan menemukan hadis yang
diinginkan jika ada kekeliruan dalam menentukan awal hadis.
-
Sulit menggunakan metode ini pada
hadis yang diriwayatkan dengan makna.
-
Buku yang memakai metode ini tidak
menyebutkan sanad hadis.
Diantara buku yang bisa dipakai:
a.
Al-Kutub al-Mus}annafah}
fi> al-Ah}a>dis| al-Musytaharah ‘ala al-Alsinah. Antara lain:
-
Al-Maqa>>s}id al-H{asanah fi>
baya>n kas|ir min al-Ah}a>di>s| al-Musytaharah ‘ala al-Alsinah, karangan
al-Sakha>wi> (831-902 H).
-
Al-Badr al-Muni>r fi> Gari>b
Ah}a>dis| al-Basyi>r al-Naz|i>r, karangan Abd Wahha>b al-Sya‘ra>ni
(973 H).
-
Al-Durar al-Muntas|arah fi> al-Ah}a>di>s|
al-Musytaharah, karangan Imam Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i
(911 H).
b.
Al-Kutub
al-Lati> Ruttibat al-Ah}a>di>s| fi>ha>‘ala tarti>b h}uru>>f
al-Mu‘jam.(kitab-kitab hadis yang disusun sesuai dengan tertib
huruf mu‘jam).Antara
lain:
-
Jam‘ual-Jawa>mi‘ataual-Ja>mi‘u
al-Kabi>r karangan al-Suyu>t}i> (911 H). Dalam buku ini Imam
al-Suyu>t}i> berusaha mengumpulkan semua hadis-hadis yang beliau
dapatkan. Kemudian hadis-hadis tersebut dibagi menjadi dua: qau>li>
(ucapan Rasulullah) da fi‘li> (perbuatan Rasulullah).
Hadis qau>li> disusun
sesuai dengan huruf hijaiyah, dan hadis fi‘li> disusun dengan ra>wial-A‘la>.
-
Al-Ja>mi‘ual-S}agi>rkarangan
al-Suyu>t}i>. Hadis-hadis disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah
sehingga pencarian hadis yang dimaksud sangat mudah. Hadis-hadis yang ada pada
kitab al-Ja>mi‘u al-S{agi>r diambil dari hadis-hadis qau>li>
dalam kitabal-Ja>mi‘u al-kabi>>r dengan memilih hadis yang
paling s}ah}ih}, singkat, padat dengan hukum, dan beberapa hadis yang beliau
tambahkan.Ziya>dah al-Ja>mi’ karangan al-Suyu>t}i>. Buku ini
merupakantambahan hadis-hadis untuk al-Ja>mi‘u
al-S}agi>r.
-
Al-Fath}} al-Kabi>r fi> D}ammi
al-ziya>dah ila> al-Ja>mi‘u al-S}agi>r. Karangan Yu>suf
al-Nabha>ni> (1350H). Buku ini menggabungkan antara al-Ja>mi‘u
al-S}agi>r dan ziya>dah al-Ja>mi‘.
-
Al-Ja>mi‘u al-Azhar min h}adi>s|
al-Nabi al-Anwa>r, karangan Abd Rau>f al-Mana>wi> (1031 H). Buku ini menjelaskan
tentang tingkatan-tingkatan hadis, apakah s}ah}ih}, h}asan, dan d}ai>f.
c.
Al-Mafa>tih}
wal Faha>ris allati> s}annafaha> al-‘Ulama>’a likutub al-Makhs}u>s}ah.Antara lain:
-
Mifta>h} al-S}ah}i>h}ai>n, karanganMust}afa
al-Tau>qa>di. Kitab ini menjelaskan hadis qau>liyah yang ada pada s}ah}}i>h}
bukha>ri, dan juga terdapat dalam s}ah}i>h} muslim. Beliau mengumpulkan
dan menyusunnya sesuai dengan huruf al-mu‘jam. Dan setiap hadis beliau
menyebutkan nama kitab, nomor bab, nomor juz, halaman pada matan hadis yang
terdapat dalam al-S}ah}i>h}ai>n.
-
Fihris li Ah}a>di>s| S}ah}i>h}
Muslim (al-Qau>liyah), karangan Muhammad fu’a>d‘Abd Ba>qi>.
Beliau mengumpulkan hadis yang terdapat dalam S}ah}i>hMuslim kemudian
menyusunnya sesuai dengan huruf mu‘jam, dimulai dengan huruf hamzah, kemudian
alba’ dan seterusnya,sampai akhir huruf alya’. Dan kitabS}ah}i>hMuslimterdiri
dari empat juz, juz pertama, mulai dari halaman 1-576, juz kedua, dari halaman
579-1148, juz ketiga, dari halaman 1151-1700, dan juz ke empat, mulai dari
1703-2324.
3. Mentakhrij dengan kalimat hadis
Metode takhrij hadis menurut lafaz}
atau kalimat yang terdapat dalam hadis, yaitu suatu metode yang berlandaskan
pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun
kata kerja.Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang
dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud
dapat di peroleh lebih cepat.
Jika kita mengetahui satu atau
beberapa lafaz} yang jarang digunakan (gari>b) pada hadis yang ingin
ditakhrij, maka kita bisa mencarinya dengan menggunakan buku yang menyusun hadis
sesuai dengan lafaz}-nya.
Keistimewaan
metode ini:
-
Memudahkan untuk mendapatkan hadis
yang dimaksud.
-
Biasanya menyebutkan nama kitab,
nomor bab, juz, halaman, dan nomor hadis.
-
Sangat bermanfaat untuk mengumpulkan
hadis-hadis tentang suatu permasalahan.
-
Tidak memakan banyak waktu dalam
mencari.
Kekurangannya:
-
Akan banyak menemukan kekeliruan
dalam menemukan hadis.
-
Tidak menentukan ra>wi al-A‘la>.
-
Harus menguasai asal kata bahasa
arab.
Buku yang bisa dipakai antara lain:
a. Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Fa>z} al-H{adi>s|
al-Nabawi. Yang disusun oleh orientalis A.J. Wensink dan
kawan-kawan, yang kemudian diterjemahkan oleh
Muhammad Fu’a>d Abd al-Ba>qi. Kitab yang menjadi rujukan kitab
kamus tersebut adalah kutub al-Sittah, Muwat}a Imam Ma>lik, Musnad Ah}mad
bin H}anbal, dan Sunan al-Da>rimi>.
b. Kutub Gari>b al-H{adi>s|
Kitab-kitab Gari>b al-H{adi>s||||
terbagi dua:
-
Kitab hadis yang diriwayatkan dengan
sanad pengarangnya, dan ini merupakan sumber utamaantara lain:
-
Kitab Gari>b al-H{adi>s|,
karangan Abi> Ish}a>q Ibra>hi>m al-H{arbi> (285H).
-
Kitab Gari>b al-H{adi>s|,
karangan H{amdi bin Muhammad bin Ibra>hi>mal-Khat}t}a>bi> (388 H).
kitab ini menjelaskan arti atau maksud lafaz} asing yang termaktub dalam makna
hadis, apakah hadis marfu>‘ atau mauqu>f.
-
Kitab hadis yang diriwayatkan atau
disebutkan tanpa sanad, tapi disandarkan kepada perawi hadis tersebut, dan ini
merupakan sumber kedua. antara lain:
-
Gari>b al-H{adi>s| karangan Ibnu
Qutai>bah (286 H).
-
Gari>b al-H{adi>s|karangan
al-Zamakhsyari> (538 H).
-
Al-Niha>yah fi>Gari>b
al-H{adi>s|wa al-As|arkarangan Ibn al-As|i>r (544-606
H).
-
Al-Dur al-Nas|i>r Talkhi>s
Niha>yah Ibn al-As|i>rkarangan Imam al-Suyu>t}i> (911 H).
c. Al-Faha>ris Allati>Wad}a‘at Likutub Kha>s}ah
bi‘tiba>r al-Lafz} al-Gari>b.
Kitab Fihris ini terbagi dua:
-
Fihris S{ah}i>h} Muslim bi‘tiba>r
al-Lafz} al-Gari>b,
karangan Muahammad Fua>d Abd Ba>qi. Manhaj yang digunakan beliau dalam
mentakhrij menyerupai manhaj al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Fa>z} al-H{adi>s|
al-Nabawi. Pertama memilih lafaz} gari>b dalam hadis yang ingin
ditakhrij yang mencakup Ah}a>di>s| S}ah}i>h} Muslim, ketika
menemukan hadis yang diinginkan lalu membahas ke Fihris, dan menyebutkan
kitab hadis yang diinginkan nomor bab, juz, dan halaman.
-
Fihris Sunan Abi> Da>u>d Bi‘tiba>r
al-Lafz} al-Gari>b,
karangan Must}a>fa al-Bayyu>mi. Manhaj yang digunakan beliau dalam
mentakhrij menyerupai manhajal-Mu‘jam al-Mufahras li al-Fa>z}
al-H{adi>s| al-Nabawi. Akan tetapi pertama-tama beliau memilih atau
menentukan kalimat gari>b(Bai>n al-Qau>sai>n) kemudian menjelaskan
sesuai dengan susunannya, lalu meletakkannya disisi kanan penjelasan tentang
halaman dan juz.
4. Mentakhrij dengan topik atau tema hadis
Setiap hadis memiliki tema atau
topik yang dikandung baik itu tentang fiqhi, tafsir, sejarah, dan lain-lain.
Jika kita mampu menentukan topik yang terkandung dalam suatu hadis, maka kita
dapat mencarinya dengan bantuan buku
yang menyebutkan hadis sesuai dengan temanya.
Keistimewaan
metode ini:
-
Melatih kemampuan dalam memahami
makna hadis.
-
Akan menemukan beberapa hadis yang
mirip, yang mungkin akan digunakan.
Kekurangannya:
-
Tidak menemukan hadis tersebut jika
salah dalam menentukan temanya.
-
Beberapa hadis sulit untuk dipahami maud}u‘nya.
-
Metode ini hanya dapat digunakan
pada buku yang menyusun hadis sesuai dengan maud}u‘nya.
Buku yang bisa
digunakan dengan metode ini, diantaranya:
a. Kutub Takhri>j
Ah}a>di>s|‘Ammah seperti:
1.
Kanz al-‘Umma>l fi> Sunan
al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l, karangan al-Muttaqa> al-Hindi
(888-975 H). Manhaj
beliau dalam mentakhrij hadis, antara lain: pertama, menetukan topik hadis yang
ingin di takhrij, kemudian melihat daftas isi susunan kitab-kitab fiqhiyah
berdasarkan huruf mu‘jam. Kedua membatasi macam-macam hadis yang ingin di
takhrij, apakah hadis qau>li, atau hadis fi‘li. Ketiga apabila
hadis yang ingin di takhrij merupakan hadis qau>li, maka kita bisa
membahas dan melihat pada buku atau kitabManhaj al-‘Umma>l dan al-Ikma>>l.
Dan apabila hadisfi‘li, maka kita membahas pada pembagian kitab Qism
al-Af‘a>l. Keempatmenyebutkan rumus hadis dan menulis nama sahabat yang
meriwayatkan hadis, juz sekian, halaman sekian, serta hadis nomor sekian. Ini
merupakan bentuk takhrij secara Ijma>li.
2.
Muntakhab Kanz al-‘Umma>l fi>
Sunan al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l, karangan al-Muttaqa> al-Hindi.
Kitab ini merupakan ringkasan kitab Kanz al-‘Umma>l fi> Sunan
al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l. Keistimewaan kitab Muntakhab ini
antara lain: menghapus hadis yang berulang. Adapun susunan dan rumusnya serta
tata cara mentakhrij hadis sama seperti dengan kitab Kanz al-‘Umma>l
fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l
b. Kutub Takhri>j Ah}a>di>s| Kutub Mu‘ayyanah seperti:
1.
Mifta>h} kunu>z al-Sunnah, karangan A.J.
Wensink dan kawan-kawan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa arab oleh
Muhammad Fuad Abd al-Ba>qi. Adapun tata cara mentakhrij dalam kitab
Mifta>h} terhadapmaud}u>’ al-H{adi>s| yang ada dalam kitab
14. Antara lain:
·
Mengisyaratkan nomor kitab danbab.
صحيح
البخاري " مثل : بخ – ك 8 ب 1
سنن
ابي داود " مثل : بد –ك 1 ب 55
جا
مع الترمذى " مثل : تر – ك 1 ب 22 و 21
سنن
النسا ئى " مثل : نس – ك 1 ب 69
سنن
ابن ما جه " مثل : مج – ك 1 ب 3
سنن
الدارمى " مثل : مى – ك 1 ب 31
·
Mengisyaratkan nomor kitab dan hadis.
صحيح
مسلم " مثل : مس – ك 1 ح 259
موطا
مالك " مثل : ما – ك 2 ح 2
·
Mengisyaratkan nomor hadis saja.
مسند
ابى داود الطيا لسى " مثل : ط –ح 2725
مسند
زيد بن على " مثل : ز – ح 4
·
Mengisyaratkan nomor halaman saja.
مغازى
الوا قدى " مثل : قد – ص 179 و 282 و 366
سيرة
ابن هشا م " مثل : هش – 263 و 267
·
Mengisyaratkan nomor juz dan halaman.
مسند
احمد بن حنبل " مثل : حم – رابع ص 363
·
Mengisyaratkan nomor juz, bagian dari juz serta nomor
halaman.
الطبقات
الكبرى لابن سعد " مثل : عد – ح 4 ق 1 ص 101
c.
Kumpulan kitab-kitab Takhri>jAh}}a>di>s|
tentang hukum fiqhi, diantaranya:
·
Nas}bal-Ra>yah li Ah}a>di>s| al-Hida>yah oleh Jama>l al-Di>n al-Zai>la‘i>
(762 H ). Beliau mentakhrij hadis-hadis yang disebutkan dalam
kitab al-Hida>yah buku fiqhi
mazhab Hanafi karangan Abu> al-H}asan
‘Ali al-Margina>ni (593H).
·
Al-Talkhi>s} al-H{abi>r fi> Takhri>j Ah{a>di>s|
Syarh} al-Waji>z al-Kabi>r oleh Ibnu Hajar al-‘Asqala>ni (852 H).Beliau
mentakhrij hadis-hadis yang disebutkan dalam kitab al-Syarh} al-Kabi>r
karangan al-Ra>fi‘i (623H).yang mensyarah al-Waji>z buku fiqh
mazhab Sya>fi‘i karangan Imam Abu> H{a>mid Muhammad al-Gaza>li
(505H).
·
Muntaqa> al-Akhba>r minAh{a>di>s| Sayyid al-Akhba>r
oleh Ibnu
Tai>miyah (590-652 H).
·
Bulu>g al-Mara>m min Jam‘i Adillah al-Ah}ka>m oleh Ibnu Hajar al-Asqala>ni (773-852
H).
d. Kumpulan kitab-kitab Takhri>j Ah}}a>di>s| tentang tafsir.
Diantaranya:
1. Al-Dur al-Mans|u>rfi> al-Tafsi>r bi al-Ma’s|u>r karangan Imam
al-Suyu>t}i> (911H), beliu menyebutkan setiap ayat hadis dan atsar yang
berhubungan dengan tafsir, disusun sesuai dengan urutan mushaf.
2. Fath}} al-Qadi>r al-Ja>mi’ fi> Fanni al-Riwa>yah
wa al-Dira>yah min ‘ilmi al-Tafsi>r oleh al-Syauka>ni (1250 H).manhaj
beliau antara lain:pertama menyebutkan
ayat yang ingin di tafsir, kemudian menjelaskan arti lugawinya dalam kitab al-Tafsi>r
bi al-Dira>yah. Kedua mengumpulkan hadis dan atsar yang ada kaitannya
dengan ayat. Ketiga menyandarkan hadis dan atsar bagi yang meriwayatkannya.
3. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m oleh Ibnu Kas|i>r
(774 H).manhaj beliau antara lain: pertama berusaha menafsirkan al-Qur’a>n
dengan al-Qura’a>n bila memungkinkan. Kedua berusaha menafsirkan al-Qur’a>n
dengan menyebutkan hadis dan atsar dari Rasul, sahabat atau tabiin bila
memungkinkan, dan beliau tidak menyebutkan sesuatu tentang isra>iliyya>t
begitu pula dengan hadis maudu>’.
4.
Al-Ka>f al-Sya>f fi> Takhri>j
Ah}a>di>s| al-Kasya>f karangan Ibnu H{ajar al-Asqala>ni>,
beliau mentakhrij hadis-hadis yang di sebutkan oleh al-Zamakhsyari (638H) dalam
kitab tafsirnya al-Kasya>f.
e. Kumpulan kitab-kitab Takhri>j Ah}}a>di>s|tentang
sejarah.
Diantaranya:
1.
Al-Si>rah al-Nabawiyyah oleh Ibnu Kas|i>r
(774 H).
2.
Subul al-Huda> wa al-Rasya>d
fi> Si>rah Khai>r al-‘Iba>d oleh al-S{a>lih}i> al-Sya>mi
(942 H).
3.
Al-Khas}a>’is} al-Kubra> oleh Imam
al-Suyu>t}i (911 H).
f. Kumpulan kitab-kitab Takhri>j Ah}}a>di>s| tentang tauhid.
Diantaranya:
1.
‘Aqd al-Dar fi> Akhba>r al-Muntaz}ir oleh Imam Yu>suf
bin Yah}ya al-Muqaddasi> (685 H).
2.
Al-‘Uluwwu li al-‘Ula> al-Gafa>r
fi> S}ah}i>h} al-Akhba>r olehal-Z|ahabi> (748 H).
g. Kumpulan hadis fad}a>’il al-a‘ma>l atau targi>b
(anjuran) dan tarhi>b (ancaman).
1.
Al-Targi>b
wa al-Tarhi>b min al-H{adi>s| al-Syari>f karangan
Al-Munz|iri> (656H).
2.
Al-Az|ka>r oleh al-Nawawi>
(676 H).
5. Mentakhrij dengan sifat z}a>hir pada hadis.
Hampir semua hadis memiliki sifat
atau ciri tersendiri, seperti: hadis qudsi, s}ah}i>h}, d}a‘i>f,
maud}u‘ (palsu), mursal, musalsal,mutawa>tir, dan masyhu>r.
Apabila kita dapat menentukan sifat z}ahir yang terdapat pada hadis yang
ingin ditakhrij, maka kita bisa mencarinya dengan menggunakan kitab atau buku
yang mengumpulkan hadis tersebut sesuai dengan sifat z}ahirnya.
Keistimewaan
metode ini:
-
Buku yang menggunakan metode ini
cukup banyak dan hadis yang disebutkan di dalamnya sedikit, sehingga kita dapat
dengan mudah menemukannya.
Kekurangannya:
-
Beberapa hadis sulit ditentukan
sifat z}ahirnyakhususnya bagi yang tidak pernah belajar must}alah}al-H{adi>s|.
Buku yang bisa digunakan dalam
metode ini, diantaranya:
a. Kumpulan hadis Qudsi. Diantaranya:
·
Al-Ittih}a>fa>t al-Sunniyah fi>al-Ah}a>di>s|
al-Qudsiyah oleh al-Syaikh Muhammad al-Madani (1200 H).
·
Al-Ittih}a>fa>t al-Sunniyah bi
al-Ah}a>di>s| al-Qudsiyah oleh al-Mana>wi>.
·
al-Ah}a>di>s| al-Qudsiyah,
Jam‘u Lajnah al-Qur’a>n wa al-H{adi>s| bi al-Majlis al-A‘la> li
al-Syu’u>n al-Isla>miyah.
b. Kumpulan hadis palsu (maudu’).
·
Al-Maud}u>‘a>t al-Kubra> oleh Abi>
Farj Ibn al-Jau>zi (597 H).
·
Al-laa>li’u al-Mas}nu>‘ah fi>
al-Ah}a>di>s| al-Maudu>‘ah oleh al-Suyu>t}i (911 H).
·
Tanzi>h al-Syari>‘ah al-Marfu>‘ah
‘an al-Akhba>r al-Syani>‘ah al-Maudu>‘ah oleh Ibn
‘Ira>qi (963 H).
·
Al-Fawa>’id al-Majmu>‘ah fi>al-Ah}a>di>s|
al-Maudu>‘ah oleh al-Syauka>ni (1250 H).
c. Kumpulan hadis mutawa>tir.
·
Al-Fawa>’id al-Mutaka>s|irah fi> al-Akhba>r
al-Mutawa>tirah oleh al-Suyu>t}i (911 H).
·
Al-Azha>r al-Mutana>s|irah fi>
al-Akhba>r al-Mutawa>tirah oleh al- Suyu>t}i (911 H).
·
Al-laa>li’u al-Mutana>s|irah
fi> al- Ah}a>di>s al- Mutawa>tirah oleh Ibn tu>lu>n
al-S{a>lih}i> (953 H).
·
Luqatal-laa>li’u al-Mutana>s|irah
fi> al- Ah}a>di>s al-
Mutawa>tirah oleh Muhammad Murtad}a> al-Zubai>di> (1205
H).
d. Kumpulan hadis-hadis Mursal.
·
Kita>b al-Mara>si>l oleh Abi>
Da>u>d al-Sajista>ni (275 H).
e. Kumpulan hadis-hadis Musalsal.
·
Al-Musalsala>t al-Kubra> oleh Imam
al-Suyu>t}i (911 H).
·
Al-Mana>hil al-Silsilah fi>
al-Ah}a>di>s| al-Musalsalah oleh MuhammadAbd al-Ba>qi
al-Ayyu>bi> (1364 H).
·
Al-Jawa>hir al-Mukallalahfi>
al-Akhba>r al-Musalsalah oleh al-Sakha>wi> (643 H).
6. Mentakrij dengan bantuan komputer.
Untuk mentakhrij hadis dengan
menggunakan bantuan komputer kita harus memiliki program yang membantu dalam
pentakhrijan hadis.
Keutamaan
metode ini:
-
Sangat mudah dan cepat dalam menemukan
hadis yang diinginkan.
-
Buku yang digunakan dalam mentakhrij
sangat banyak.
-
Semua metode takhrij bisa digunakan
dalam metode ini.
Kekurangannya:
-
Harus lebih teliti dan jeli dalam
membaca hasil yang dimunculkan agar tidak keliru dalam menukil.
-
Harus memahami dan menggunakan semua
metode takhrij yang telah disebutkan sebelumnya agar tidak terburu-buru
menghukumi bahwa hadis yang diinginkan tidak ada.
Diantara
program yang bisa kita pakai:
1. Program Gawa>mi' El Kalem.
Program ini sangat bermanfaat dan
sangat baik digunakan untuk mentakhrij dan mengetahui hukum suatu hadis.
Diatara kelebihan perogram ini:
a. Buku yang disiapkan berjumlah 1400 judul yang erat
hubungannya dengan ilmu hadis baik yang sudah dicetak maupun yang masih dalam
bentuk manuskrip.
b. Semua hadis yang disebutkan dalam program ini sudah
dihukumi lengkap dengan syawa>hid dan muta>ba‘at-nya, dira>sah
al-Asa>ni>d, penjelasan hadis,
dan makna kalimat.
2. Al-Maktabah al-Sya>milah versi 3.35.
Program ini bukan hanya khusus untuk
mentakhrij hadis saja tapi bisa juga dipergunakan bagi semua cabang ilmu untuk
mencari komentar seorang ulama, suatu topik bahasan, sya'ir, makna kata, dan lain-lain.
Diantara kelebihan program ini:
a. Buku yang disiapkan dalam program ini mencakup 6245 buku dari berbagai disiplin ilmu.
Buku yang ada akan terus bertambah dengan meng-up-date langsung di internet.
b. Metode yang paling baik digunakan dengan maktabah ini
adalah metode takhrij dengan kalimat hadis.
c. Metode takhrij lainnya pun bisa digunakan dalam
maktabah ini dengan membuka buku-buku yang cocok di setiap metode.
d. Hasil takhrij yang ditampilkan bisa dibandingkan antara
satu buku dengan yang lainnya, bisa disimpan dan dicopy dengan mudah.
e. Menyiapkan ruang khusus untuk dira>sah
al-Asa>ni>d atau pencarian biografi rawi.
f.
Maktabah ini dapat pula dihubungkan
dengan buku aslinya dalam bentuk file pdf untuk lebih meyakinkan akan kebenaran
teks yang ada dalam program.
C. Kaedah-kaedah yang harus diperhatikan dalam mentakhrij.
Dalam mentakhrij hadis ada beberapa
kaedah dan ketentuan yang harus diperhatikan, diantaranya:
1. Apabila hadis yang akan ditakhrij disebutkan ra>wi
a‘la>-nya maka ketika mendapatkan hadis yang sama namun beda ra>wi
a‘la>-nya berarti hadis tersebut bukan hadis yang kita inginkan. Akan
tetapi hadis tersebut merupakan sya>hid (pendukung) bagi hadis yang
ingin ditakhrij.
Adapun jika
tidak disebutkanra>wi a‘la>-nya maka sumber hadis yang didapatkan
harus dipisahkan antara satu ra>wi a‘la> dengan yang lainnya dan
mendahulukan hadis yang paling kuat.
2. Buku yang dipakai dalam mentakhrij ada dua jenis:
sumber utama (الأصل) dan pengantar
(واسطة).
Buku utama
adalah buku-buku yang mana penulisnya meriwayatkan hadis dengan sanadnya secara
langsung dari gurunya, seperti kutub sittah dan yang lainnya.
Adapun buku
pengantar adalah buku yang meyebutkan hadis dengan tidak mencantumkan sanad
atau cuma menukil sanad dari buku utama, seperti Riya>d} al-S}a>lihi}>n
karangan Imam Nawawi, Tafsi>r Ibnu Kas|i>r, Al-Ja>mi‘u al-Kabi>r
karangan al-Suyu>t}i dan yang lainnya. Jika hadis yang dicari terdapat dalam
buku utama maka cara penyebutannya seperti berikut
أخرجه مسلم .رواه البخاري او
Dan jika terdapat
pada buku pengantar, maka cara penyebutannya seperti berikut:
ذكره ابن كثير في تفسيره : او أورده النووي في رياض الصالحين.
3. Penyebutan hasil takhrij yang ditemukan bisa secara ijma>li>
(garis besar) atau secaratafs}i>li> (terperinci). Secara ijma>li>
cukup dengan menyebutkan nama penulis dan judul bukunya, contoh :
أخرجه مالك في الموطأ
Adapun cara tafs}i>li>,
dengan meyebutkan nama penulis, judul buku, judul kitab, judul bab, nomor juz
dan halaman, serta nomor hadis jika ada. Contoh:
أخرجه أبو داود في سننه كتاب الطهارة باب السواك (1/17) رقم 46 .
4. Apabila hadis yang dicari terdapat dalam s}ah}i>h}
Bukha>ri namun secara mu‘allaq
maka cara penyebutannya seperti ini :
أخرجه البخاري في صحيحه معلقاً ،
karena hadis mu‘allaq
di s}ah}i>h} Bukha>ritidak sama hukumnya dengan hadis lain yang
disebutkan sanadnya dengan sempurna (muttas}il).
5. Beberapa istilah yang sering dipakai dalam men-takhrij:
اخرجه السبعة : اى روا ه احمد واصحا ب
الاصول الستة.
اخرجه الستة : اى روا ه اصحا ب الاصول
الستة.
اخرجه الخمسة : اى روا ه اصحا ب السنن
الاربعة واحمد.
اخرجه الاربعة : اى روا ه اصحا ب السنن
الاربعة.
اخرجه الثلاثة : اى روا ه ابو داود و الترمذى و النسا ئى.
متفق عليه : اى اخرجه البخا رى و مسلم.
روا ه الجما عة : اى
اصحا ب الاصول الستة واحمد.
رواه الشيخا ن
اىالبخا رى و مسلم
6. Beberapa bentuk penyusunan sumber hadis:
a. Urutan As}ahhiyah, yaitu: menyusun sumber hadis
sesuai dengan derajat keshahihan, dengan mendahulukan buku yang paling sahih.
b. Urutan Wafiyat, yaitu: menyusun sumber hadis
menurut tahun wafat mu’allif, dengan mendahulukan yang lebih dulu
meninggal.
c. Penggabungan antara As}ahhiyah dan Wafiyat
dengan mendahulukan kutub al-Sittah kemudian setelah itu sesuai dengan
tahun wafat mu’allif.
d. Menyusun sumber hadis sesuai kemiripan hadis yang
ditakhrij, baik dari segi sanad ataupun matan dengan mendahulukan yang lebih
mirip.
7. Cara menghukumi suatu hadis:
1. Apabila hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukha>ri
atau Muslim dalam kitab As}ahhiyah-nya, maka untuk menghukuminya
cukup mengatakan أخرجه البخاري atau أخرجه مسلم,
karena ulama telah menyepakati keshahihan kedua buku ini, kecuali beberapa hadis
seperti hadis-hadis mu‘allaq.
2. Menukil komentar para ulama.
3. Meneliti sanad dan matan hadis tersebut (dira>sah
asa>ni>d).
D. Faedah dan Manfaat Mempelajari Ilmu Takhri>j.
Adapun manfaat yang akan kita dapati
setelah mentakhrij hadis khususnya bagi mereka yang menggeluti bidang
penelitian sanad dan matan. Diantaranya:
1. Mengetahui letak di mana suatu hadis berada dalam buku
sunnah.
2. Mengetahui keadaan sanad hadis untuk diteliti lebih
lanjut.
3. Mengetahui pendapat ulama tentang hukum suatu hadis.
4. Mengetahui sebab mengapa suatu hadis dihukumid}a‘i>f.
5. Mengangkat derajat hukum suatu hadis dengan banyaknya
sanad yang ditemukan.
6. Mengetahui siapa orang yang tidak tercantum namanya (mubham)
dalam hadis.
7. Mengetahui makna kata yang sulit dipahami dalam hadis.
8. Mengetahui lafaz} hadis yang mengandung Syuz|u>z|.
9. Mengetahui waktu dan tempat terjadinya peristiwa yang
dikisahkan dalam hadis.
10.
Mengetahui sebab Rasulullah mengucapkan
suatu hadis (sabab al-wuru>d).
11. Mengetahui mutawatir tidaknya suatu hadis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian
di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Ilmu takhrij adalah penelusuran atau
pencarian hadis dalam berbagai kitab hadis (sebagai sumber asli dari hadis yang
bersangkutan), baik menyangkut materi atau isi (matan), maupun jalur
periwayatan (sanad) hadis yang dikemukakan.
2.
Metode Takhri>j
al-H>{adi>s| secara garis besar ada beberapa metode yang bisa di
gunakan antara lain:
a.
Mentakhrij dengan ra>wi
al-A‘la>.
b.
Mentakhrij dengan menentukan awal
lafaz}matan hadis.
c.
Mentakhrij dengan lafaz} hadis yang
jarang digunakan (gari>b).
d.
Mentakhrij dengan tema atau topik
hadis.
e.
Mentakhrij dengan sifat z}ahir
pada hadis.
f.
Mentakhrij dengan bantuan komputer.
3.
Kaedah yang harus diperhatikan dalam
mentakhrij antara lain:
a. Cara menghukumi suatu hadis:
Apabila hadis tersebut diriwayatkan
oleh Imam Bukha>ri atau Muslim dalam kitab As}ahhiyah-nya,
maka untuk menghukuminya cukup mengatakan أخرجه البخاري atau أخرجه مسلم,
karena ulama telah menyepakati keshahihan kedua buku ini, kecuali beberapa
hadis seperti hadis-hadis mu‘allaq.
b. Meneliti sanad dan matan hadis (dira>sah
asa>ni>d).
4.
Manfaat mempelajari ilmu takhrij
antara lain:
1. peneliti dapat mengetahui langsung suatu hadis dari
sumber aslinya.
2. Mengetahui pendapat ulama tentang hukum suatu hadis.
3. Mengetahui sebab mengapa suatu hadis dihukumi d}a‘i>f.
4. Mengangkat derajat hukum suatu hadis dengan banyaknya
sanad yang ditemukan.
5. Mengetahui siapa orang yang tidak tercantum namanya (mubham)
dalam hadis.
B. Saran
Sering kita mendengar ungkapan “tidak ada yang
sempurna di dunia ini”, ungkapan ini menjadi penegasan bahwa setiap yang
terlahir pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan, tidak terkecuali kami,
khususnya sebagai penulis dalam makalah ini. Tentunya di dalam tulisan ini
terdapat banyak hal yang masih perlu diperbaiki baik dalam penyusunan kata
dalam satu kalimat, penyusunan kalimat dalam satu paragraf maupun hal-hal yang
berkaitan dengan teknik penulisan
Tiadalah yang kami harapkan melainkan
kritik dan saran membangun dari pembaca, kiranya ada yang perlu diperbaiki dan
diperjelas, sehingga di dalam penulisan-penulisan selanjutnya
kesalahan-kesalahan itu dapat di minimalisir
DAFTAR
PUSTAKA
‘Abd al-Muhdi>, bin Abu> Muh}ammad ‘Abd
al-Qa>dir bin ‘Abd al-Ha>di>. Thuruq
Takhri>j
al-H{adi>s|.Cet: II
Zaqa>zi>q: Maktabah al-I<ma>n, 1983 M.
Ali Hamid, Sa'ad bin Abdullah, ThuruqTakhri>j al-H{adi>s|.Cet. I; Riyadh: Dar
al-Ulum al-Sunnah li an-Nasyri, 2000.
Al-Qat}}t}a>n,Manna>‘Pengantar Studi Ilmu Hadis,Cet:IIIJakarta: Pustaka Al-
Kau>s|ar, 2008.
Al-T{{ah}h}a>n,
Mah}mu>d, Us}u>l al-Takhri>j wa al-Dira>sah al-Asa>ni>d.Cet.
III; Riyadh: Maktabah al-Ma'arif li an-Nasyri wa al-Tauzi', 1996.
Ibra>hi>m, Rati>bah Khat}t}a>b
T{a>hu>n, Maba>his| fi> ‘Ilmi Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d.
Cet: II
Mesir lilkhidma>t al-‘ilmiyah 2004.
Idri, Studi
Hadis, Cet: I Jakarta: Kencana, 2010.
Ismail, M.Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis.Cet:
IJakarta: Bulan Bintang.
1992.
Sholahudin, M. Agus & Agus Suyadi. ‘Ulu>m
al-H{adi>s|, Cet: I Bandung: Pustaka
Setia, 2009.
Zakariyah, Rid}a>,Mifta>h}
al-Mubtadi’i>n fi> Takhri>j H{adi>s| Kha>tam al-Nabiyyi>nt.t.
Zaqzuq,
Mahmud Ahmadi, Mausu>'ah Ulu>m al-Hadis} al-Syari>f. Kairo:
Majlis A'la, 2009.
Comments
Post a Comment