METODOLOGI PENULISAN KITAB
MUHAMMAD
IBN AHMAD AL-Z|AHABI><
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis
secara resmi dihimpun dan dikodifikasi pada zaman khalifah ‘Umar ibn ‘Abd
al-‘Azi>z (w. 101 H) atas inisiatifnya. Rentang waktu yang cukup lama antara
masa hidup Rasulullah saw sebagai sumber hadis dengan masa kodifikasi hadis,
menunjukkan perlunya penelitian terhadap para rija>l al-h}adi>s\ (para
perawi atau orang yang meriwayatkan hadis).
Keadaan
periwayat yang diteliti menurut kaidah kesahihan sanad hadis adalah keadilan
dan ke-d}a>bit}-annya. Sedangkan yang memegang peranan penting dalam
penetapan keadilan dan ke-d}a>bit}-an periwayat adalah kesaksian
ulama, yang dalam hal ini adalah ulama ahli kritik periwayat hadis.
Para
ulama menyusun karya-karya mereka tentang keadilan dan ke-d}a>bit}-an
perawi yang diperoleh dari para mu’addili>n yang terpercaya, dan
inilah yang disebut al-ta’di>l. Begitu pula penjelasan tentang kritikan/celaan
yang ditujukan kepada keadilan sebagian periwayat atau kedabitan mereka yang
juga berasal dari ulama yang tidak fanatik terhadap aliran, dan inilah yang
disebut dengan al-jarh}. Karya-karya mereka ini kemudian disebut
kitab-kitab al-jarh} wa al-ta’di>l.
Dalam
menetapkan kualitas periwayat hadis. Hanya kritikus yang memenuhi syarat-syarat
saja yang dapat dipertimbangkan kritikannya. Karena
ketatnya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang kritikus periwayat
hadis, sehingga jumlah ulama yang diakui memiliki kompetensi di bidang kritik
periwayat hadis relatif tidak banyak.
Metodologi
yang dipergunakan oleh ulama jarh} wa ta’di>l dalam penyusunan
karyanya memiliki perbedaan antara satu ulama dengan yang lainnya. Di antaranya
ada yang hanya menghimpun dalam karyanya para periwayat yang dinilai
berkualitas d}a’i>f (lemah) saja, seperti kitab al-D{u’afa> karya
al-Bukha>ri>, al-Nasa>i> dan al-‘Uqaili>. Kitab al-Ka>mil
fi> al-D{u’afa> karya Ibn ‘Addi al-Jurja>ni>, dan kitab al-Mugni>
fi> al-D{u’afa> karya al-Z|ahabi>. Ada yang mengkhususkan pada
periwayat-periwayat yang dinilai berkualitas s\iqah, seperti kitab al-S|iqa>t
karya ibn H{ibba>n al-Busti> dan al-‘Ijli>. Ada pula yang
menggabung antara periwayat yang s\iqah dan d}a’i>f sekaligus,
di antaranya adalah kitab al-jarh} wa al-ta’di>l karya ibn Abi> H{a>tim
al-Ra>zi>. Dan berbagai macam kiyab tahz\i>b, seperti Tahz\i>b
al-Kama>l karya al-Mizzi>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b karya
al-Z|ahabi>, Tahz\i>b al-Tahz\i>b karya ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>,
dan lain-lain.
Dari
sisi lain, ada pula sebagian kitab karya ulama kritik hadis yang memaparkan
para periwayat hadis secara umum tanpa melihat rija>l al-h}adi>s\
dari kitab-kitab hadis tertentu. Seperti al-Ta>rikh al-Kabi>r
karya al-Bukha>ri>. Ada pula yang sebaliknya, yaitu yang mengkhususkan
penulisan biografi periwayat salah satu kitab atau kitab-kitab hadis tertentu,
seperti kitab al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l karya ‘Abd
al-Ga>ni> al-Maqdisi> (w. 600 H) yang khusus menampilkan periwayat al-kutub
al-sittah.
Jumlah
kitab jarh} wa ta’di>l yang khusus menghimpun biografi perawi yang
dinilai d}a’i>f lebih banyak daripada kitab yang khusus menghimpun
para perawi s\iqah. Ini disebabkan karena di dalam kitab biografi para
perawi d}a’i>f juga dimasukkan para perawi yang dipersoalkan/dipermasalahkan
meskipun belum tentu d}a’i>f atau belum pasti kelemahannya, yang mana
jumlah mereka cukup banyak.
Selain
kitab rija>l al-h}adi>s\ dan jarh} wa ta’di>l di atas
terdapat satu kitab yang khusus membahas para periwayat hadis yang dikenal d}a’i>f
dan matru>k (tertuduh telah berdusta), yaitu
kitab Mi>za>n al-I’tida>l karya al-Z|ahabi> yang akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat sebagai kajian utama
dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana biografi Muh}ammad ibn Ah}mad
al-Z|ahabi>?
2.
Bagaimana Profil kitab Mi>za>n
al-I’tida>l fi> Naqdi al-Rija>l ?
3.
Bagaimana kelebihan dan kelemahan kitab
Mi>za>n al-I’tida>l fi> Naqdi al-Rija>l?
BAB
II
METODOLOGI
PENYUSUNAN KITAB
MUHAMMAD IBN
AHMAD AL-Z|AHABI><
A. Biografi Muh{ammad ibn Ah{mad
al-Z|ahabi>
1.
Nama, Nasab, Kelahiran, Asal-usul dan Wafatnya
Nama
lengkapnya adalah Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn Ah}mad ibn ‘Us\ma>n
ibn Qaimaz ibn ‘Abdilla>h al-Z|ahabi> al-Fa>riqi>. Ia berasal dari
Negara Turkumanistan, dengan kata lain berkebangsaan Turki asli. Jika diurutkan
keluarganya maka nasabnya sampai kepada Bani> Tami>m.
Al-Z|ahabi>
dilahirkan pada tahun 673 H di Mayyafa>riqin Diya>r Bakr. Ia dikenal dengan
kekuatan hafalan, kecerdasan, kewara’an, kezuhudan, kelurusan aqidah, dan
kefasihan lisannya.
Al-Z|ahabi>
menyebutkan bahwa kakeknya yang bernama Fakhr al-Di>n Abu> Ah}mad ‘Us\ma>n
adalah seorang yang ummi> dan bahkan dia tidak memiliki ilmu yang memadai,
akan tetapi dia memiliki keyakinan yang sangat baik kepada Allah. Al-Z|ahabi>
menambahkan bahwa kakeknya inilah yang datang ke Damaskus dan bermukim di sana.
Ayahnya
yang bernama Syiha>b al-Di>n Ah}mad lahir pada tahun 641 H, ia berpaling
dari perkejaannya sebagai tukang kayu menjadi pembuat emas yang diketuk
(dihaluskan) dan mahir dalm bidang tersebut. Ia – Syiha>b al-Di>n- kemudian
terkenal dengan julukan al-Z|ahabi>. Profesinya itu memudahkannya untuk
memperoleh kehidupan yang berkecukupan. Ayahnya kemudian wafat pada akhir
Juma>d al-U<la> tahun 697 H.
Al-Z|ahabi>
sejak kecilnya hidup di bawah naungan keluarga yang berpegang teguh pada agama
dan sangat mencintai ilmu. Dilihat dari wanita yang menyusuinya yaitu bibinya,
pada masa itu ia telah memperoleh ilmu yang banyak. Dan memperoleh al-ija>zah
(izin meriwayatkan) dari para syaikh (guru) pada zamannya, seperti Abu>
al-Yasa>r dan Jama>l al-Di>n ibn Ma>lik. Begitu
pun dengan keluarganya yang lain yang telah menimba ilmu dari para Syaikh di
zamannya.
Al-Z|ahabi>
wafat di Turbah Ummi S{a>lih pada malam senin 3 Zulqa’iddah 748 H.
dimakamkan di pekuburan Ba>b al-sagir.
2.
Pertumbuhan dan Guru-gurunya
Pada
masa mudanya dia pergi ke salah seorang guru yang bernama yaitu ‘Ala>
al-Di>n ‘Ali ibn Muh}ammad al-H{alabi> yang dikenal dengan al-Bas}bas},
dia termasuk yang paling bagus tulisannya (khat}). Al-Z|ahabi>
belajar di tempatnya selama empat tahun. Kemudian dia berpindah ke gurunya yang
bernama Mas’u>d ibn ‘Abdilla>h al-S{a>lih}i> yang mengajarkannya
atau mendiktekannya al-Qur’an. Pada gurunya tersebut dia memperdengarkan
bacaannya dan menamatkannya sekitar empat puluh kali.
Ketika
umurnya mencapai 18 tahun perhatiannya tertuju pada mempelajari ilmu qira>’a>>t
dan hadis. Pada tahun 691 H dia dan kawan-kawannya menghadap kepada guru ahli
dalam hal qira>’a>t yaitu syaikh Jama>l al-Di>n Abu> Ish}a>q
Ibra>him ibn Dau>d al-‘Asqala>ni> al-Dimasyqi> yang lebih
dikenal dengan al-Fa>d}ili>. Akan tetapi Syekh al-Fa>d}ili> terkena
lumpuh separuh badannya (hemiplegia) sehingga al-Z|ahabi> berhenti berguru
padanya, pada waktu itu ia mempelajari surah al-Qas}as}. Setelah
wafatnya al-Fa>d}ili> yaitu tahun 692 H al-Z|ahabi> lalu berguru
kepada Syekh Jama>l al-Di>n Abu> Ish}a>q Ibra>him ibn Ga>li>
seorang pembaca al-Qur’an dari Damaskus (w. 708 H). kemudian al-Z|ahabi>
menyelesaikan bacaan Qira>’ah Sab’ah secara sempurna dan mempelajari
kitab al-Taisi>r karya al-Da>ni> dan kitab H{irz al-Ama>ni>
karya al-Sya>t}ibi> kepada ibn Jibril al-Mas}ri> yang saat itu
berada di Damaskus. Sehingga pada usianya yang kurang dari 20 tahun, al-Z|ahabi>
telah memiliki pengetahuan yang baik tentang qira>’a>t. Keunggulan
al-Z|ahabi> dalam ilmu qira>’a>t telah membuat syekh Muh}ammad
ibn ‘Abd al-‘Azi>z al-Dimya>ti> menyerahkan halaqah ilmunya untuk
dipimpin oleh muridnya tersebut. Inilah jabatan.tugas akademik al-Z|ahabi>
yang pertama dipegangnya.
Dalam
bidang hadis, al-Z|ahabi> telah memberikan perhatian yang khusus dan penuh,
hingga sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mendalami bidang tersebut.
Karena begitu semangatnya mendalami hadis sehingga dia pernah berguru pada
seorang yang tuli, sebagaimana ia sebutkan dalam biografi Mah}mu>d ibn
al-Khara’iti> al-S{a>lihi> bahwa ia belajar dari gurunya tersebut
dengan menggunakan suara tinggi ditelinganya.
Selain
kedua bidang ilmu tersebut al-Z|ahabi> juga mempelajari ilmu Nahwu, bahkan
juga memberi perhatian pada buku-buku sejarah, buku-buku biografi (riwayat
hidup) seseorang dan mu’jam al-syuyu>kh wa al-syaikha>t. Meskipun
demikian, perhatian utamanya tetap tertuju pada ilmu hadis.
Al-Z|ahabi>
belajar hadis ke Syam, Mesir dan Hijaz. Di Syam (Damaskus) dia belajar hadis
kepada ‘Umar ibn al-Qawa>s, Ah}mad ibn H{abatalla>h ibn ‘Asa>kir, Yu>suf
ibn Ah}mad al-Qumu>li> dan lain-lain. Di Ba’labak dia berguru kepada
al-Nusaibi>, Abu> Ah}mad al-Magribi> yang kemudian disebut dengan
al-Ba’labakki> (w. 696 H), ‘Abd al-Kha>liq ibn ‘Ulwa>n, Zainab bint
‘Umar ibn Kinda dan lain-lain. Di H{alb, gurunya adalah ‘Ala> al-Di>n
al-Arma>ni> yang dikenal dengan al-H{alibi>, Sanqa>r al-Zaini>
dan selainnya. Di Mesir dia belajar dari Jamal al-Din Abu al-‘Abbas ibn
al-Zahiri (w. 696 H), Abu> al-Ma’a>li> al-Abarqu>hi> (w. 701 H),
syekh al-Isla>m ibn Daqi>q al-‘Id (w. 702 H), ‘Isa ibn ‘Abd al-Mun’im ibn
Syiha>b, al-H{a>fiz} al-Dimya>ti> (w. 705 H), dan lain-lain. Di
Iskandariyah, dia belajar dari Abu> al-H{asan ibn ‘Abd al-Muh}sin al-Gurafi>,
Ibn al-S{awa>f al-Juz\a>mi> dan lain-lain. Di Mekah, dia berguru
kepada al-Tuza>ri> dan selainnya. Di Nablis, gurunya adalah al-‘Ima>d
ibn Badra>n dan lain-lain.
Ada
pula beberapa guru al-Z|ahabi> yang
memiliki pengaruh dalam kehidupannya dan mencerahkan pribadinya dalam hal
akademik. Bahkan mereka lebih pada hubungan persahabatan daripada hubungan
antara guru dan murid. Di antaranya yang paling menonjol adalah Jama>l al-Di>n
ibn al-H{ajja>j Yu>suf ibn ‘Abd al-Rah}ma>n al-Mizzi> (w. 742 H), Taqi>
al-Di>n Ibn Taimiyah al-H{arra>ni> (w. 728 H) dan ‘A<lim
al-Di>n al-Barzali> (w. 739 H). Al-Z|ahabi>
mengatakan bahwa yang membuatnya menyukai ilmu hadis adalah ‘A<lim al-Di>n
al-Barzali>. Sehingga dia menyebutkan sifat gurunya itu dengan “al-Ima>m,
al-H{a>fiz}, al-S{a>diq, al-H{ujjah, Mufi>duna> wa Mu’allimuna>
wa Ra>fiquna>, Muh}addis\ al-Sya>m, Muarrikh al-‘As}r”.
Murid-murid
al-Z|ahabi> sangat banyak, mereka datang dari segala penjuru ke Damaskus
untuk belajar dan bertanya kepadanya. Di antaranya adalah S{alah} al-Di>n
al-S{afadi> (w. 764 H), Abu> al-Mah}a>sin al-H{usaini> (w. 765
H), Ta>j al-Di>n al-Subki> (w. 771 H), al-H{a>fiz} ‘Ima>d al-Di>n
ibn Kas\i>r (w. 774 H), Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn ‘Abd al-Kari>m
al-Mu>sili>, Taqi> al-Di>n Abu> al-Ma’a>li> Muh}ammad ibn
H{ijris al-Salami> (w. 773 H), al-‘Ala>’I, ibn Rafi’, ibn Rajab, dan
lain-lain.
3.
Karya-karya akademiknya
Al-Z|ahabi>
yang hidup pada abad ke-7 & 8 H ini meninggalkan karya-karya yang
bermanfaat bagi para ahli ilmu di zamannya dan setelahnya. Bukan saja
menghasilkan karya-karya yang jumlahnya sangat banyak tetapi juga metode
penyusunan yang sistematis, yang menunjukkan kecermatan penulisnya, kekuatan
akal serta keluasan dan kedalaman ilmunya.
Di
antara karya-karyanya itu, adalah:
a)
Al-Talwiha>t fi> ‘ilm
al-Qira>’a>t
b)
Al-Arba’u>n al-Buldaniyyah
c)
Al-Mustadrak ‘ala> Mustadrak
al-H{a>kim
d)
Al-‘Uluwwu li al-‘Ali al-Gaffa>r
e)
Kita>b al-Kaba>ir
f)
Al-I’la>m bi Wafa>yat
al-A’la>m
g)
Al-Ta>rikh al-Mumti>’
h)
Tazkirah al-H{uffa>z}
i)
Zikru Man Yu’tamanu Qauluhu fi>
al-Jarh} wa al-Ta’di>l
j)
Siya>r A’la>m al-Nubala>
k)
Al-Musytabah fi> al-Rija>l;
Asma>uhum wa Ansa>buhum
l)
Mu’jam al-Syuyu>kh al-Kabi>r
m)
Al-Mugni fi> al-D{u’afa>
n)
Mi>za>n al-I’tida>l fi>
Naqd al-Rija>l
o)
Tarjamah Abi> H{anifah
p)
Tarjamah Abi> Yu>suf al-Qa>d}i>
q)
Al-T{ibb al-Nabawi>
r)
Tahz\i>b al-Tahz\i>b
s)
Mukhtas}ar Kita>b al-Mustadrak
‘ala> al-S{ah}ih}ain li Abi> ‘Abdilla>h al-H{a>kim
t)
Al-Muntaqa> min Minha>j
al-I’tida>l fi> Naqd al-Kalam Ahl al-Ra>fid wa al-I’tiza>l li Ibn
Taimiyyah
u)
Mu’jam Syuyu>kh ibn al-Ba>lisi>
v)
Mu’jam Syuyu>kh ibn H{abi>b
4.
Pujian ulama kepadanya
Ibn
Nas}r al-Di>n al-Dimasyqi> berkata, “al-Z|ahabi> adalah aya>t
(tanda kebesaran Allah) dalam ‘ilm al-rija>l, sandaran dalam jarh}
wa ta’di>l (ilmu kritik hadis) lantaran mengetahui cabang dan pokoknya,
imam dalam qira>’a>t, faqih dalam pemikiran, sangat paham dengan
mazhab-mazhab para imam dan para pemilik pemikiran, penyebar sunnah dan mazhab
salaf di kalangan generasi yang datang belakangan.
Ibn
Kas\i>r berkomentar tentangnya, “al-Z|ahabi> adalah Syaikh al-H{a>fiz}
al-Kabi>r, pakar sejarah Islam, Syaikh al-Muh}addis\i>n. Ia adalah
penutup Syuyu>kh hadis dan h}uffa>z}-nya”. Menurut
‘A<lim al-Di>n al-Barzali> (guru sekaligus sahabatnya), al-Z|ahabi>
adalah seorang yang memiliki keistimewaan, bagus tingkat intelektualnya, dia
bekerja dan bepergian, menuliskan banyak karya, memiliki karangan/karya tulis
dan ikhtisar yang bermanfaat dan memiliki pengetahuan mengenai guru-guru ilmu qira>’a>t.
Melihat
pengetahuan al-Z|ahabi> yang luas mengenai ilmu al-jarh} wa al-ta’di>l,
membuat Ta>j al-Di>n al-Subki mengatakan bahwa al-Z|ahabi> adalah
guru dalam hal jarh} wa ta’di>l. Dia adalah seorang rajul al-rija>l,
seakan jika satu kaum dikumpulkan dalam satu tempat lalu dia teliti maka
dia mampu mengabarkan tentang kaum tersebut sebagaimana orang yang hidup
bersama mereka.
Lebih
dari itu, al-S{afadi> berkata, “al-Z|ahabi> adalah seorang h}a>fiz}
yang tidak tertandingi, penceramah yang tidak tersaingi, mumpuni dalam hadis
dan rijalnya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang ‘illah dan
keadaan-keadaannya, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang biografi
manusia. Menghilangkan ketidakjelasan dan kekaburan dalam sejarah manusia. Ia
memiliki akal yang cerdas.
B.
Profil Kitab Mi>za>n
al-I’tida>l fi> Naqdi al-Rija>l
1.
Karakteristik Kitab
Untuk
lebih mengenal kitab Mi>za>n al-I’tida>l fi> Naqdi al-Rija>l ,
penulis akan menguraikan beberapa hal yang terkait dengan karakteristik kitab
yang menjadi objek kajian dalam makalah ini. Namun sebelumnya, perlu diperjelas
bahwa kitab Miza>n al-I’tida>l yaitu Miza>n al-I’tida>l yang
diterbitkan oleh Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah tahun 1995. Kitab tersebut
di-tah}qi>q dan dikomentari oleh Syekh ‘Ali Muh}ammad Mu’awwad},
Syekh ‘A<dil Ah}mad ‘Abd al-Mauju>d, dan ‘Abd al-Fatta>h} Abu> Sinnah.
Buku
ini di antaranya dicetak dan diterbitkan oleh:
a.
Percetakan ‘I<sa> al-Baba>i>
al-H{alibi>, di-tah}qi>q oleh Muh}ammad al-Bajawi> tahun 1963
M/1382 H dalam 4 jilid kitab.
b.
Penerbit Da>r al-Fikr, di-tah}qi>q
oleh ‘Ali Muh}ammad al-Bajawi> dalam 4 jilid.
Secara
fisik kitab yang akan dibahas ini -Mi>za>n al-I’tida>l yang di-tah}qi>q
oleh tiga orang pen-tah}qi>q- yang disebutkan di atas terdiri dari 8
juz dalam 7 jilid, karena juz 7 & 8 terdapat dalam 1 jilid. Juz 8
(terakhir) merupakan kitab Zail Mi>za>n al-I’tida>l (tambahan
atau komentar atas kitab Mi>za>n) karangan al-Ima>m Abu>
al-Fad}l ‘Abd al-Rah}i>m al-H{usai>n al-‘Ira>qi> yang tidak
termasuk dalam pembahasan makalah ini.
Nama-nama
perawi dalam kitab Mi>za>n al-I’tida>l dirutkan berdasarkan
huruf abjad. Dalam kitab ini terdapat sebanyak 11.060 biografi periwayat hadis.
Lebih jelasnya sebagai berikut :
1)
Jilid I memuat muqaddimah pen-tah}qi>q,
beberapa tampilan manuskrip Mi>za>n al-I’tida>l, muqaddimah
penulis lalu diteruskan dengan nama-nama perawi yang dimulai dari huruf A<lif
yaitu Abba>n dengan Ayyu>b. Jumlahnya 1.122 rija>l al-h}adi>s\.
Jilid I ini terdiri dari 496 halaman.
2)
Jilid II memuat nama perawi dari huruf Ba>
sampai kha>’, yaitu dari Badzam sampai Khaira>n. Jumlahnya
1.466 rija>l al-h}adi>s\ dan terdiri dari 496 halaman.
3)
Jilid III memuat nama-nama perawi yang
dimulai dari huruf Da>l sampai Za>’, yaitu dari Da>rim
sampai Zulaim. Jumlahnya 1.460 rija>l al-h}adi>s\ dan terdiri dari
504 halaman.
4)
Jilid IV memuat perawi yang namanya
dimulai dari huruf ‘Ain, yaitu dari ‘A<s}im sampai ‘Abdu. Jumlahnya
1.292 rija>l al-h}adi>s\ dan terdiri dari 471 halaman.
5)
Jilid V memuat perawi dari kelanjutan
huruf ‘Ain sampai La>m, yaitu dari ‘Ubaidulla>h sampai Lais\.
Jumlahnya 1.668 rija>l al-h}adi>s\ dan terdiri atas 552 halaman.
6)
Jilid VI memuat nama-nama perawi yang
dimulai dari huruf Mi>m, yaitu dari Ma>zin sampai Maina. Jumlahnya
1.980 rija>l al-h}adi>s\ dan terdiri dari 631 halaman.
7)
Jilid VII memuat nama-nama perawi yang
dimulai dari huruf Nu>n sampai Ya>’, yaitu dari Na>bit
sampai Yu>nus, lalu diteruskan dengan ba>b al-Kuna> (gelar
famili), yaitu dari Abu> Ibrahim sampai Abu> Yu>nus, lalu selanjutnya
ba>b al-Abna>’ (penyebutan bagi periwayat yang dikenal dengan nama
ayahnya), yaitu dari ibn A’ba>d sampai Ba’du Walad Muh}ammad ibn Maslamah
lalu yang masih berkaitan dengan al-Abna>’, yaitu dari ibn Akhi al-H{aris
sampai ibn Ummi al-H{akam, lalu bab nasab (keturunan), yaitu dari
al-Iskaf sampai al-Waqqasi, lalu bab al-maja>hil al-Ism (nama-nama
yang tidak diketahui), lalu bab al-niswah al-majhu>la>t
(wanita-wanita yang tidak dikenal), yaitu dari Asma sampai Hunaidah, lalu bab al-Kuna>
li al-Niswah (kuniah bagi wanita), yaitu dari Ummu Abban sampai Ummu Yunus
dan yang terakhir bab fi> man la yusamma, yaitu Walidah Khattab
sampai Walidah Ummi Hakim. Jumlahnya 2.082 rija>l al-h}adi>s\ dan
terdiri dari 520 halaman.
2.
Metode {Penyusunan Kitab
Kitab
Mi>za>n al-I’tida>l ini merupakan puncak pencapaian yang yang
diraih oleh al-Z|ahabi> dalam hal kritik rija>l al-h}adi>s\, baik
itu jarh} maupun ta’di>l.
Manhaj
atau metodologi yang diterapkan oleh al-Z|ahabi> dalam kitabnya Mi>za>n
al-I’tida>l adalah sebagai berikut:
a.
Penyusunan kitab
Dalam
muqaddimah kitabnya ini, al-Z|ahabi> mengatakan bahwa kitab Mi>za>n
ini adalah kitab yang menguraikan tentang para penukil dan pembawa hadis dan
asar yang disusun setelah kitabnya “al-Mugni>”. Di dalamnya terdapat
banyak nama-nama perawi sebagai tambahan, yang tidak terdapat banyak nama-nama
perawi sebagai tambahan, yang tidak terdapat dalam kitab “al-Mugni”.
Tambahan tersebut kebanyakan berasal dari kitab “al-Ha>fil fi>
Takmilah al-Ka>mil” karya Abu> al-‘Abba>s Ah}mad ibn Muh}ammad
al-Isybili> yang dikenal dengan Ibn Rumiyyah (w. 627 H) yang merupakan kitab
komentar atas kitab “al-Ka>mil” karya ibn ‘Addi>.
Dari
segi metodologi, kitab ini memiliki kemiripan dengan kitab al-Ka>mil fi>
D{u’afa> al-Rija>l karya ibn ‘Addi>. Ini dikarenakan al-Z|ahabi>
sangat terpesona dengan kitab karya ibn ‘Addi> tersebut. Sehingga dalam Mi>za>n-nya,
al-Z|ahabi> juga memaparkan perawi yang masih dipermasalahkan meskipun ia s\iqah,
dengan tujuan untuk membela mereka dan membantah perkataan yang ditujukan
kepada mereka.
b.
Pembagian dalam kitabnya
Al-Z|ahabi>
menyusun nama-nama rija>l al-h}adi>s\ sesuai dengan urutan huruf
abjad dan melakukan pembagian dalam kitabnya sebagai berikut:
1)
Biografi perawi laki-laki maupun
wanita, yang mana nama-nama rija>l al-h}adi>s\ tersebut diurutkan
sesuai dengan urutan huruf abjad, yaitu dari A<lif sampai ya>’.
Begitu pun dengan nama-nama bapaknya (al-a>ba>) diurutkan demikian
untuk memudahkan dalam hal pencarian.
2)
Bab al-Kuna> (julukan), yaitu
yang dimulai dengan kata “Abu>”.
3)
Yang dikenal dengan bapaknya, yaitu
yang dimulai dengan kata ‘ibn”.
4)
Yang dikenal dengan gelar keturunannya
(al-ansa>b)
5)
Yang tidak dikenal namanya (Maja>hil
al-Ism)
6)
Wanita-wanita yang tidak dikenal/tidak
diketahui (al-niswah al-majhu>la>t)
7)
Al-Kuna> li al-niswah
(julukan untuk wanita)
8)
Yang tidak diberi nama (fi> man
la> tusamma>) tetapi disebutkan dengan kata “wa>lidah
fula>n” atau yang dimulai dengan kata wa>lidah.
c.
Pengelompokan Rija>l al-H{adi>s\
Dalam
muqaddimahnya, al-Z|ahabi> mengelompokkan Rija>l al-H{adi>s\
atau para periwayat menjadi sepuluh kelompok, yaitu :
1)
Pendusta yang membuat-buat hadis dengan
sengaja
2)
Pendusta dalam hal mengaku mendengar
tetapi sebenarnya tidak mendengar
3)
Perawi yang dituduh membuat-buat atau
memalsukan hadis
4)
Perawi yang ditinggalkan karena
membahayakan, yaitu yang banyak salahnya, tidak didengarkan perkataannya, dan
riwayatnya tidak dijadikan pegangan
5)
Perawi yang berdusta dalam perkataannya
tetapi tidak berdusta dalam hal periwayatan hadis Nabi
6)
Para H{a>fiz} yang agak lunak
dalam hal keberagamaan, dan dan dalam keadilannya terdapat kelemahan
7)
Para Muh}addis\ yang lemah dari
segi hafalan, pada mereka juga terdapat kebimbangan dan kekeliruan atau
kesalahan, tetapi para h}a>fiz} tidak meninggalkan perkataan mereka,
tapi menerimanya jika ada musya>hid dan muta>bi’. Tidak
diterima perkataan mereka berkenaan dengan hal-hal pokok (al-us}u>l),
dan yang berhubungan dengan halal dan haram.
8)
Para Muh}addis\ yang jujur atau
para Syekh yang tertutupi (mastu>r) yang mana mereka memiliki
kelemahan dan tidak mencapai derajat perawi s\abt (tetap atau pokok)
yang mutqi>n.
9)
Sejumlah besar orang-orang yang majhu>l
(yang tidak diketahui / tidak dikenal) yang ditetapkan oleh Abu> Khatim,
kepadanyalah al–Z|ahabi> menyandarkan perkataannya / majhu>l
10) Para
syekh s\iqah tapi mereka melakukan bid’ah atau orang yang s\iqah
yang dipersoalkan atau dianggap bermasalah oleh orang yang tidak dihiraukan
perkataannya oleh perawi s\iqah karena dia termasuk keras (yata’annat)
dalam hal penelitian dan menyalahi pendapat mayoritas kritikus hadis
d.
Simbol-simbol yang digunakan
al-Z|ahabi>
memberikan simbol pada nama perawi yang dikeluarkan dalam kitab-kitab para Imam
enam (al-ima>m al-sittah), yaitu : Al-Bukha>ri>, Muslim, Abu>
Dau>d, al-Nasa>i>, al-Tirmizi>, dan Ibn Ma>jah dengan
simbol-simbol mereka yang telah dikenal yaitu : [خ}{] untuk Bukha>ri>,
[م}] untuk Muslim, [د] untuk Abu> Dau>d, {[س] untuk al-Nasa>i>, [ت] untuk al-Tarmizi> dan [ق] untuk Ibn Ma>jah. Jika mereka bersama-sama bersatu
bergabung dalam mengeluarkan nama per\awi tersebut, simbolnya [ع] dan jika perawi tersebut disepakati oleh para imam empat (arba>b
alsunnah al-arba’ah), maka simbolnya adalah {[عو].
e.
Kemoderatan al-Z|ahabi> dalam
penilaian atau kritik rija>l al-h}adi>s\
Menurut
penilaian utama, al-Z|ahabi> tidak termasuk orang yang rija>l al-H{adi>s\
muta’annit / mutasyaddid (keras) dalam menilai rija>l al-h}adi>s\,
tidak juga termasuk yang mutasa>hil (longgar), tetapi dia termasuk
orang yang moderat (ahl al-wasat}iyyah), tidak terlalu
ketat dan tidak pula terlalu longgar.
Kemoderatan
al-Z|ahabi> ini misalnya terlihat ketika menuliskan biografi Abba>n ibnu
Tagli>b al-Ku>fi>, dia mengatakan : شيعى
جلد،
Al-Z|ahabi>
membagi bid’ah kepada dua kategori, yaitu pertama bid’ah sugra>,
seperti berpaham Syi’ah tapi tidak melampaui batas yang mana banyak tabi’in yang termasuk dalam kategori ini dengan tetap
menjaga agama, kewara’an dan kekjujurannya. Jika perkataan mereka ditolak maka
akan banyak as\a>r Nabi yang
terbuang. Yang kedua yaitu bid’ah kubra>, seperti penolakan
sepenuhnya atau melampaui batas dan merendahkan Abu> Bakr r.a. dan ‘Umar ibn
al-Khat}t}a>b r.a. dan mengajak orang
lain untuk itu. Maka yang termasuk dalam kategori ini tidak dapat dijadikan hujjah.
Sedangkan Abba>n ibn Tagli>b ini sama sekali tidak berpaling dari
keduanya.
f.
Komentar al-Z|ahabi> terhadap
kitab-kitab dan penilaian ulama sebelumnya
Al-Z|ahabi>
dalam kitabnya tidak hanya mengutip penilaian atau perkataan ulama yang ada
sebelumnya, tetapi dia juga memberikan komentar terhadap sebagian referensi
yang dijadikannya sebahagian perkataan ulama sebelumnya.
Misalnya
kita lihat dalam biografi Abba>n Ya>zid al-Atta>r, al-Z|ahabi> mengatakan
bahwa al-‘Allamah ibnu al-Jauzi> juga mengeluarkan biografi al-Atta>r
dalam kitabnya al-D{uafa>’-nya, tetapi dia tidak menyebutkan perkataan
orang-orang yang menganggapnya s\iqah. Menurut al-Z|ahabi> ini adalah
aib/kekurangan dari kitab Ibnu al-Jauzi> tersebut, yaitu hanya memaparkan al-jarh}
(celaan) tanpa menyebutkan al-taus\i>q (penguatnya). Selain
itu, al-Z|ahabi> juga mengungkapkan kelebihan kitab ulama sebelumnya.
Sebagaimana yang dikatakannnya mengenai kitab al-D{u’afa>’ karya al-‘Uqaili>
bahwa kitabnya adalah kitab yang bermanfaat.
Al-Z|ahabi>
juga mengkritisi penilaian Abu al-Fath} al-Azadi> ketika memaparkan biografi
Abba>n ibnu Ish}a>q al-Madani>. Menurut al-Azadi> dia “matru>k”
(dituduh berdusta), tetapi menurut al-Z|ahabi> “la> yutrak” karena
telah dianggap s\iqah oleh Ah}mad dan al-‘Ijili>. Al-Z|ahabi> juga
menuturkan bahwa Abu> al-Fath} al-Azadi> berlebihan dalam hal celaan (jarh}),
karena dia mencela sejumlah orang yang tidak pernah dipersoalkan oleh ulama
sebelumnya.
g.
Istilah–istilah al-jarh} (ketercelaan)
Berikut
ini adalah ungkapan/istilah yang digunakan al-Z|ahabi> untuk menunjukkan
ketercelaan rija>l al-h}adi>s\ dimulai dari yang sifat
ketercelaannnya lebih “berat” hingga yang lebih“ringan” sifatnya, yaitu :
a.
دجال كذاب، وضاع يضع الحديث
b.
متهم بالكذب،متفق على تركه
c.
متروك ليس بثقة، سكتوا عنه، ذاهب
الحديث، فيه نظر، هالك، ساقط
d.
واه بمرة، ليس بشيء، ضعيف جدا، ضعفوه،
ضعيف وواه، ونحو ذلك
e.
يضعف، فيه ضعف، ليس بالقوي، ليس بحجة،
ليس بذالك، يعرف وينكر، فيه مقال، تكلم فيه، لين، سيء الحفظ، لا يحتج به، إختلف
فيه، صدوق لكنه مبتدع، ونحو ذلك.
h.
Istilah ta’dil (pujian)
Sebagaimana
yang dijelaskan sebelumnya bahwa selain perawi yang ditahrih, kitab ini juga
mencantumnkan perawi yang dipuji dalam periwayatan hadis. Sebagaimana dalam
kutipan bukunya ;
عبدالله بن
الحسين أبو أحمد السامري ، شيخ القراء بمصر ، وصاحب ابن مجاهد وابن شنبوذ .
قال الدانى : أخذ القراءة عرضا عن محمد بن حمدون الحذاء ، ويموت بن المزرع ، وأحمد
بن سهل الاشنانى ، وأبى الحسن ابن الرقى ( 3 ) ، وسمى جماعة إلى أن قال : مشهور
ضابط ثقة مأمون.
i.
Referensi yang digunakan oleh al-Z|ahabi>
Al-Z|ahabi>
menjadikan kitab-kitab karya para ulama sebagai referensi dalam penyusunan
kitab Mi>za>n al-I’tida>l, diantaranya yaitu: Yahya> ibn Sa’i>d
al-Qat}t}a>n, Yahya> ibn Ma’i>n, A<fi ibn al-Madini>, Ah}mad ibn
H{anbal, Abu> Khais\amah, Abu> Zur’ah al-Ra>zi>, Abu> H{a>tim
al-Ra>zi>, al-Bukha>ri>, Muslim, al-Nasa>’i>, al-‘Uqaili>,
Ibn H{ibba>n dan lain-lain. Kemudian kitab “al-Ka>mil” karya Ibnu ‘Addi, kitab al-Jarh} wa
al-Ta’di>l karya Ibn Abi> H{a>tim, kitab al-D{u’afa>’
karya al-Da>rurqutni> dan kitab al-D{u’afa>’ karya al-H{a>kim
al-Naisabu>ri> serta referensi-referensi lainnya.
C.
Kelebihan dan Kelemahan Kitab Mi>za>n
al-I’tida>l fi> Naqdi al-Rija>l
Setiap
karya manusia di dunia ini pasti tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan.
Begitupun dengan kitab Mi>za>n al-I’tida>l karya al-Z|ahabi>
juga memiliki kelebihan dan kelemahan.
1.
Kelebihan kitab Mi>za>n
al-I’tida>l:
Di
antara kelebihan yang dimiliki karya al-Zahabi tersebut adalah
a.
Kitab tersebut disusun dengan
metodologi yang sistematis sehingga memudahkan dalam pencarian biografi seorang
perawi
b.
Kitab tersebut terfokus pada perawi
yang memiliki kelemahan, dengan kata lain ada indikasi d{a’i>f dan matru>k
sehingga pengkajiannya pun tentunya lebih mendalam.
c.
Kitab tersebut bukan hanya menampilkan
komentar para ulama yang ada sebelumnya, namun al-Zahabi mencoba memberikan
kritikan serta masukan terhadap komentar ulama-ulama tersebut.
d.
Kitab tersebut menampilkan nama-nama
perawi dalam jumlah yang lebih banyak dari kitab sebelumnya –termasuk kitab
al-Mugni- karena memang ia ditulis setelah kitab al-Mugni dan beberapa kitab
yang lain.
e.
Kitab tersebut –sedikit banyaknya-
memperkenalkan istilah-istilah yang “tepat” diberikan kepada seorang perawi
yang dinilai negatif.
2.
Kelemahan kitab Mi>za>n
al-I’tida>l:
Di
antara kelemahan yang dimiliki oleh karya al-Z|ahabi> tersebut adalah:
a.
Kitab tersebut hanya terbatas pada
perawi yang memiliki indikasi d}a’i>f dan matru>k. di satu
sisi hal ini adalah sebuah kelebihan, tapi di sisi lain ia bisa menjadi
kelemahan karena keadilan dan kelemahan seorang perawi nanti diketahui setelah
diteliti sehingga agak sedikit sulit dalam menentukan kualitas seorang perawi
dan mencari biogarfinya bila penelitian tersebut langsung merujuk ke kitab
tersebut.
b.
Kitab Mi>za>n al-I’tida>l ini
memang memberikan banyak informasi tentang perawi-perawi yang lemah tapi
ternyata informasi mengenai perawi-perawi yang lain tidak disebutkan, termasuk
di antaranya adalah mengenai sahabat-sahabat nabi. Sekalipun hal tersebut dapat
dimengerti karena penelitiannya memang hanya terbatas pada perawi yang d{a’i>f
dan matru>k.
Walaupun
demikian kitab Mi>za>n al-I’tida>l ini mendapatkan pujian dari
banyak kalangan, bahkan kitab tersebut merupakan salah satu kitab yang paling
lengkap dalam kategori kitab biografi para perawi yang dicela/dikritisi (al-majruh}i>n).
kitab ini dianggap oleh ulama yang hidup pada masanya dan yang datang
setelahnya adalah salah satu kitab al-Z|ahabi> yang terbaik di antara
kitab-kitabnya yang lain. Sebagaimana komentar al-Sakhawi, “Kitab tersebut
dijadikan pegangan oleh orang-orang yang dating setelahnya”.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
kajian di atas yang berbicara tentang al-Z|ahabi> dan metodologi yang
dipergunakan dalam menyusun kitab Mi>za>n al-I’tida>l maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Al-Z|ahabi> adalah Muhammad ibn
Ahmad ibn Usman ibn Qaimaz ibn ‘Abdillah, yang dikenal dengan Abu ‘Abdillah
Syams al-Dina al-Zahabi. Seorang berkebangsaan Turki. Sejak kecilnya gemar dengan
ilmunya yang ternyata di kemudian kegemarannya itu membuahkan hasil kemuliaan
sehingga dikenal sebagai seorang ulama yang agung, khususnya kaitannya dengan
sejarah, hadis dan ilmu hadis itu sendiri.
2.
Kitab Mi>za>n al-I’tida>l merupakan
salah satu kitab rujukan dalam meniliai seorang perawi utamanya perawi yang ada
indikasi ketercelaannya. Kitab yang ditulis oleh al-Z|ahabi> tersebut
disusun dengan metodologis yang sistematis sehingga memudahkan pembacanya dalam
mencari biografi seorang perawi. Di dalam kitabnya itu pula, al-Zahabi>
menampilkan dirinya sebagai seorang kritikus yang pawai, sebab ia tidak serta
merta menerima dan menolak komentar ulama dan kitab sebelumnya, namun ia saring
terlebih dahulu sambil memberikan kritikan balik terhadap itu semua bila ada
yang dianggap kurang tepat dalam penilaiannya.
3.
Kitab Mi>za>n al-I’tida>l memiliki
kelebihan dan keterbatasan sebagai bukti
keterbatasan manusia (penulisnya) sebagai makhluk Tuhan. Akan tetapi kelebihan
dan kelemahan itu menjadi karakter kitab tersebut sekaligus tanggung jawab
generasi berikutnya dalam melihat dan menilainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments
Post a Comment