KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

cara PENDEKATAN DAN CORAK TAFSIR


Oia gang, kalau hendak dekatin sesuatu pasti beberapa berfikir "gimana caranya yach".

Coba jika seandainya cewek gang yang pengen kalian dekati, kira-kira pake cara apa yach ?? hehehe.. coba kalo bisa... "ada yang lagi PDKT nih"., masa pakai ma comblang lagi padahal anda sendiri bisa pake trik FACE to FACE..


SEKARANG, gimana rasanya kalau Alqur'an yang mau di PDKT in ? kalau cew sih pengen tau isi hatinya, kalau Alqur'an cari tau isi kandungan makna kata-katanya.

Ini, ada sedikit trik cara PENDEKATAN dan CORAK TAFSIR, semoga bermnafaat yach. amin.

1.    Pendekatan Penafsiran  dalam Metodologi Tafsir
a.   Definisi
         Secara etimologi, pendekatan berasal dari akar kata dekat, yang memiliki lima makna, yaitu: tidak jauh. hampir, berhampiran, akrab, dan menjelang. Adapun pendekatan bermakna perihal mendekati.[1] Dalam bahasa Arab dan Inggris disebut ittijah al-fikr  danapproach.[2]
Secara terminologi, pendekatan diartikan cara memandang, cara berpikir atau wawasan yang dipergunakan dalam melaksanakan sesuatu. Dalam kaitannya dengan metodologi tafsir, pendekatan mencakup dua hal, yaitu wawasan mufasir dan obyek kajian.[3]Dalam dunia tafsir, obyek kajiannya adalah al-Qur’an.Sehingga dalam pendekatan metodologi tafsir, titik tumpuhnya adalah wawasan mufasir dalam memandang dan menafsirkan al-Qur’an.Wawasan yang dimaksud adalah wawasan selain latar belakang pendidikan mufasir.



b.   Tipologi Pendekatan
Pendekatan dapat dibedakan berdasarkan beberapa tinjauan. Dalam buku Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u’i>, sebagai berikut :[4]
1.    Pendekatan Subyektif dan Pendekatan Obyektif
Kedua pendekatan ini berkaitan erat dengan motivasi seorang peneliti melakukan penelitiannya.Pada pendekatan subyektif memperlihatkan karya seseorang yang termotivasi melakukan penelitian karena adanya kepetingan pribadi atau kelompoknya.Sedangkan pendekatan obyektif berkaitan erat dengan adanya kepentingan ilmiah sehingga keuntungan pribadi dan kelompok tidak berperan.[5]
2.    Pendekatan Langsung dan Tak Langsung
Pendekatan langsung adalah pendekatan yang menggunakan data primer. Data primer dalam kajian tafsir adalah al-Qur’an, hadis-hadis yang diriwayatkan dari rasulullah SAW., dan pendapat-pendapat sahabat. Adapun yang menambahkan pendapat tabi’in.Sedangkan pendekatan tidak langsung adalah menggunakan data sekunder, yaitu upaya yang ditempuh setelah melalui data primer. Dengan kata lain ini merupakan pengembangan dari pendekatan pertama, seperti pendapat-pendapat ulama, riwayat kenyataan sejarah di masa turunnya al-Qur’an, pengertian bahasa dan lafaz al-Qur’an dan lain sebagainya. [6]
3.    Pendekatan Holistik, Pendekatan Parsial, dan Pendekatan Sektoral
Pendekatan holistik adalah pendekatan yang membahas obyek penelitian sebagai satu kesatuan yang utuh yang tak terpecah-pecah. Dalam hal ini, al-Qur’an dilihat sebagai satu sistem sehingga baik itu ayat ataupun surah memiliki ketarkaitan satu sama lain yang tidak terpisahkan. Jika pembahasan ditujukan kepada subsitem dari sebuah objek, maka dapat terjadi penggunaan pendekatan parsial atau pendekatan sektoral.Adapun pendekatan parsial terjadi jika subbagian objek itu dikaji dengan melepaskannya dari keterkaitannya pada sub-sub sistem lainnya. Sedangkanpendekatan sektoral terjadi jika sub system yang dibahas itu tidak terlepas dari keterkaitannya pada sub-sub sistem yang lain.
4.    Pendekatan Disipliner, Interdisipiner, Multidisipliner dan Komprehensif.
Pendekatan disipliner membahas suatu objek dengan menggunakan pendekatan suatu bidang ilmu yang relevan, misalnya ayat tentang shalat dikaji dengan pendekatan fikhi (hukum). Adapun pendekatan interdisipliner mengkaji suatu objek dengan menggunakan teori dari bidang ilmu yang lain. Sebagai contoh, shalat yang merupakan bidang fikhi dikaji dengan sudut pandang ilmu kesehatan.Dan jika sejumlah teori pengetahuan yang dipergunakan membahas satu objek, maka pendekatan tersebut terpakai pendekatan multidisipliner.Sedangkan istilah komprehensif adalah pendeatan yang membahas objek penelitian tidak dari satu atau beberapa aspek tertentu saja, tapi secara menyeluruh.Pendekatan komprhensif inisering juga dipergunakan namun secara ilmiah masih perlu dipermasalahkan karena makna yang terkandung didalamnya mencakup keseluruhan aspek yang terkait.[7]
         

2.  Corak Penafsiran dalam Metodologi Tafsir
a.       Definisi
Secar bahasacorak bermakna gambar pada kain, berjenis-jenis warna, dan (paham, macam, dan bentuk) tertentu.Makna yang dikehendaki dalam makalah ini adalah makna ketiga.Dalam bahasa Arab dikenal lawn.[8]Corak penafsiran sebuah kitab tafsir dipengaruhi dan linear dengan latar belakang, keahlian, dan kecenderungan mufasirnya.
b.      Pembagian
'Abd al-Maji>d 'Abd al-Sala>m al-Muh}tasib berpandangan bahwa corak penafsiran (ittija>ha>t al-tafsi>ri) pada masa kini dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu: salafi>, 'aqli> tawfi>qi>, dan 'ilmi>.[9]
            Di sisi lain, Ignaz Goldziher membagi corak penafsiran ke dalam lima kategori yaitu: penafsiran al-Qur’an tradisional, dogmatis, mistis, sektarian, dan modern.
            Berbeda dengan kedua pendapat di atas, 'Abd al-H{ayy al-Farma>wi> membagi corak tafsir ke dalam lima kategori yaitu fikih, sufistik, filsafat, 'ilmi>, al-adab wa al-ijtima>'i>.Penulis lebih condong ke definisi ketiga karena pandangan ini lebih masyhur di kalangan cendekiawan tafsir, kemudian untuk melengkapinya penulis menambah corak lugawi>.Penambahan kuantitas corak ini rasional dan logis karena penulis menemukan contoh kitab tafsir yang bercorak tersebut.
1)   Fikih
Corak fikih memposisikan al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam atau syariat.[10]Sehingga, penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum dibahas secara panjang lebar dibanding dengan ayat-ayat yang tidak berkaitan dengan hukum Islam secara langsung. Dengan kata lain, porsi tafsir terhadap ayat-ayat hukum lebih dominan.[11]
            Corak fikih ini beragam sesuai dengan mazhab dan sekte, seperti hanafi>, sya>fi'i>, ma>liki>, dan sekte al-ima>mi> al-is\na> asyari>.[12]
            Diantara kitab tafsir yang menggunakan corak fikih adalah:[13]
a)      Ah}ka>m al-Qur’a>n  karya al-Jas}s}a>s} (w. 370 H) bermazhab hanafi>.
b)      Ah}ka>m al-Qur’a>n  karya al-Kayya> al-H{arra>si> (w. 504 H) bermazhab sya>fi>..
c)      Al-Ja>mi' li Ah}ka>m al-Qur’a>n  karya al-Qurt}ubi> (w. 671 H) bermazhab ma>liki>.
d)      Kanz al-'Irfa>n fi> Fiqh al-Qur’a>n karya Miqda>r al-Suyu>t}i> bersekte al-ima>mi>al-is\na> 'asyari>.
2)   Sufistik
Corak ini membawa ayat-ayat al-Qur’an ke dalam nuansa ilmu tasawuf. Sehingga, menakwilkan al-Qur’an dengan penjelasan yang berbeda dengan kandungan tekstualnya, yakni berupa isyarat-isyarat yang hanya dapat diungkapkan  oleh mereka yang sedang menjalankan perjalanan menuju Allah swt. (suluk). Akan tetapi, terdapat kemungkinan untuk menggabungkan antara penafsiran tekstual dan penafsiran isyarat tersebut.[14]
            Diantara kitab tafsir yang menggunakan corak sufistik adalah:
a)      Tafsi>r al-Tastari>karya al-Tastari> (w. 283 H).
b)      Lat}a>’íf al-Isya>ra>t  karya al-Qusyairi> (w. 514 H).
3)   Filsafat
            Dalam menyikapi corak dan ilmu filsafat, cendekiawan Islam terbagi ke dalam dua kategori:
a)      Menolak ilmu-ilmu yang bersumber dari buku-buku para filosof karena dianggap bertentangan dengan  akidah dan agama. Mereka bangkit untuk menolak paham-paham tersebut dan membatalkan atau meluruskannya dengan membuat sebuah kitab tafsir.[15]
b)      Mengagumi filsafat. Mereka menekuni dan menerimanya selama tidak bertentangan dengan norma-norma Islam. Mereka berusaha memadukan antara filsafat dan agama.
            Dari golongan pertama lahirlah kitab Mafa>ti>h} al-Gaib  karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>.[16] Adapun terhadap golongan kedua, al-Z|ahabi>berkata :"kami tidak menemukan dan tidak pernah mendengar ada seorang filosof –yang mengagung-agungkan filsafat- yang mengarang satu kitab tafsir al-Qur’an yang lengkap, yang ditemukan dari mereka tidak lebih hanya sebagian pemahaman-pemahaman mereka terhadap al-Qur’an yang terpencar-pencar dalam buku karangan mereka.[17]
4)   'Ilmi>
            Corak 'ilmi>berprinsip bahwa al-Qur’an mendahului ilmu pengetahuan modern sehingga mustahil al-Qur’an bertentangan dengan sains modern. Corak ini berpotensi untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi umat manusia.
            Di antara kitab tafsir yang menggunakan corak 'ilmi>adalahal-Jawa>hir fi> tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m  karya T{ant}awi> Jawhari>.[18]
5)   Bahasa
            Corak bahasa bertumpu pada analisis kebahasan, tidak jarang tafsir ini sangat kental dengan nalar baya>ni>dan bersifat deduktif di mana posisi teks al-Qur’an menjadi dasar penafsiran, dan bahasa menjadi perangkat analisisnya. Parameter kebenaran yang dipakai dalam aktivitas penafsiran ini adalah kebenaran pada dataran tekstual atau harfiah. Corak ini dapat berdasarkan ilmu qawa>'id  danbala>gah.[19]
Di antara kitab tafsir yang menggunakan corak bahasa adalah:
a)      Al-Kasysya>f  karya al-Zamakhsyari> (w. 538 H).[20]
b)      Al-Naz}m al-Qur’a>ni>karya 'Abd al-Qa>hir.[21]
6)   Al-adab wa al-ijtima>'i>
Corak al-adab wa al-ijtima>'i>berprinsip bahwa al-Qur’an merupakan kitab sastra terbesar dan bacaan mulia yang mampu memengaruhi jiwa terdalam manusia secara sestetik. Corak ini bertujuan untuk mengembalikan al-Qur’an kepada pesan awalnya yang ditujukan kepada jiwa pendengar dan pembaca (manusia).
            Diantara kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah:[22]
a)      Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya Mah}mu>d Syaltu>t.[23]
b)      Tafsi>r al-Mana>r  karya Muh}ammad Ra>syi>d Rid}a>  (w. 1354 H).[24]
c)      Tafsi>r al-Mara>gi>karya Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi> (w. 1945 H).[25]




[1] Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Indonesia  (Jakarta: Pustaka Bahasa, 2008 M), h. 333.
[2]Abd. Muin Salim,, Mardan, dan Achmad Abubakar, Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud}u>’i> (Cet. I: Jakarta: Pustaka Aril, 2010), h. 82.
[3]ibid.
[4]Ibid, h. 99.
[5]Ibid.
[6]Ibid, h. 100.
[7]Ibid, h. 101.
[8]Rosihon, Ilmu Tafsir  (Cet. III; Bandung: Pustaka Setia, 2005 M), h. 166.
[9]'Abd al-Maji>d 'Abd al-Sala>m al-Muh}tasib, Ittija>ha>t al-Tafsi>r fi> al-'As}r al-H{adi>s\  (Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1393 H/1973 M), h. 4-5.
[10]Rosihon, op. cit.,, h. 168.
[11]Mus}t}afa> Zaid, Dira>sa>t fi> al-Tafsi>r  (t.t.: Da>r al-Fikr al-'Arabi>, t.th),h. 14. Bandingkan Nas}r H{amid Abu> Zaid, Mafhu>m al-Nas}s}  (Cet. II; Beirut: al-Markaz al-S|aqafi> al-'Arabi>, 1994), h. 268.
[12]Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, jilid 1 (Cet. I; Maktabah Mus}'ab Ibn 'Umair al-Isla>miyyah tahun 1424 H/2004 M),  jilid 2, h. H. 150-151.
[13]Rosihon, op. cit.,, h. 169.
[14]Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, op. cit., jilid 2, h. 110-111.
[15]Rosihon, op. cit.,, h. 169-170.
[16]Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, op. cit., jilid 1, h. 206.
[17]Ibid.
[18]Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, op. cit., jilid 2, h. 201-211.
[19]Muh}ammad Rajab al-Bayu>mi>,  Khutuwa>t al-Tafsi>r al-Baya>ni> li al-Qur’a>n al_Kari>m  (t.t.: Majma' al-Buhu>s\ al-Isla>miyyah, 1391 H/1971 M), h. 5. Bandingkan Abd. Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Tafsir  (Cet I; Jakarta: Amzah, 2010), h. 45-76.}
[20]Muh}ammad Rajab al-Bayu>mi>, op. cit., h. 230. Tafsir ini juga digolongkan ke dalam kategori 'ilmi>.
[21]Muh}ammad Rajab al-Bayu>mi>, op. cit., h. 204.
[22]Muh}ammad H{usain al-Z|ahabi>, op. cit., jilid 2, h. 236-279.
[23]Rosihon, loc. cit.
[24]Selain bercorak al-adab wa al-ijtima>'i>, Tafsi>r al-Mana>r  juga bercorak 'ilmi> . Lihat 'Abd al-Maji>d 'Abd al-Sala>m al-Muh}tasib, op. cit., h. 260. Tafsi>r al-Mana>r  juga bercorak reformif. Lihat H. U. Syafrudin, op. cit., h. 56.
[25]Lihat Rosihon, op. cit.,, h.174. 

Comments

  1. Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong

    ReplyDelete

Post a Comment

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

download TAFSIR AL-NASAFIY

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

cara melakukan MUNASABAH AYAT

QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN