Oia gang, kalau hendak dekatin sesuatu pasti beberapa berfikir "gimana caranya yach".
Coba jika seandainya cewek gang yang pengen kalian dekati, kira-kira pake cara apa yach ?? hehehe.. coba kalo bisa... "ada yang lagi PDKT nih"., masa pakai ma comblang lagi padahal anda sendiri bisa pake trik FACE to FACE..
SEKARANG, gimana rasanya kalau Alqur'an yang mau di PDKT in ? kalau cew sih pengen tau isi hatinya, kalau Alqur'an cari tau isi kandungan makna kata-katanya.
Ini, ada sedikit trik cara PENDEKATAN dan CORAK TAFSIR, semoga bermnafaat yach. amin.
1.
Pendekatan Penafsiran dalam Metodologi Tafsir
a.
Definisi
Secara
etimologi, pendekatan berasal dari akar kata dekat, yang memiliki lima makna,
yaitu: tidak jauh. hampir, berhampiran, akrab, dan menjelang. Adapun pendekatan
bermakna perihal mendekati. Dalam
bahasa Arab dan Inggris disebut ittijah al-fikr danapproach.
Secara terminologi, pendekatan diartikan cara memandang,
cara berpikir atau wawasan yang dipergunakan dalam melaksanakan sesuatu.
Dalam kaitannya dengan metodologi tafsir, pendekatan mencakup dua hal, yaitu
wawasan mufasir dan obyek kajian.Dalam
dunia tafsir, obyek kajiannya adalah al-Qur’an.Sehingga dalam
pendekatan metodologi tafsir, titik tumpuhnya adalah wawasan mufasir dalam
memandang dan menafsirkan al-Qur’an.Wawasan yang dimaksud adalah wawasan
selain latar belakang pendidikan mufasir.
b.
Tipologi Pendekatan
Pendekatan dapat dibedakan berdasarkan beberapa tinjauan.
Dalam buku Metodologi Penelitian Tafsi>r Maud{u’i>, sebagai berikut :
1. Pendekatan Subyektif
dan Pendekatan Obyektif
Kedua pendekatan ini berkaitan erat dengan motivasi
seorang peneliti melakukan penelitiannya.Pada pendekatan subyektif
memperlihatkan karya seseorang yang termotivasi melakukan penelitian karena adanya
kepetingan pribadi atau kelompoknya.Sedangkan pendekatan obyektif berkaitan
erat dengan adanya kepentingan ilmiah sehingga keuntungan pribadi dan kelompok
tidak berperan.
2. Pendekatan Langsung
dan Tak Langsung
Pendekatan langsung adalah pendekatan yang menggunakan
data primer. Data primer dalam kajian tafsir adalah al-Qur’an, hadis-hadis yang
diriwayatkan dari rasulullah SAW., dan pendapat-pendapat sahabat. Adapun yang
menambahkan pendapat tabi’in.Sedangkan pendekatan tidak langsung adalah
menggunakan data sekunder, yaitu upaya yang ditempuh setelah melalui data primer.
Dengan kata lain ini merupakan pengembangan dari pendekatan pertama, seperti
pendapat-pendapat ulama, riwayat kenyataan sejarah di masa turunnya al-Qur’an,
pengertian bahasa dan lafaz al-Qur’an dan lain sebagainya.
3. Pendekatan Holistik,
Pendekatan Parsial, dan Pendekatan Sektoral
Pendekatan holistik adalah pendekatan yang membahas obyek
penelitian sebagai satu kesatuan yang utuh yang tak terpecah-pecah. Dalam hal
ini, al-Qur’an dilihat sebagai satu sistem sehingga baik itu ayat ataupun surah
memiliki ketarkaitan satu sama lain yang tidak terpisahkan. Jika pembahasan
ditujukan kepada subsitem dari sebuah objek, maka dapat terjadi penggunaan
pendekatan parsial atau pendekatan sektoral.Adapun pendekatan parsial terjadi
jika subbagian objek itu dikaji dengan melepaskannya dari keterkaitannya pada
sub-sub sistem lainnya. Sedangkanpendekatan sektoral terjadi jika sub system
yang dibahas itu tidak terlepas dari keterkaitannya pada sub-sub sistem yang
lain.
4. Pendekatan
Disipliner, Interdisipiner, Multidisipliner dan Komprehensif.
Pendekatan disipliner membahas suatu objek dengan
menggunakan pendekatan suatu bidang ilmu yang relevan, misalnya ayat tentang
shalat dikaji dengan pendekatan fikhi (hukum). Adapun pendekatan
interdisipliner mengkaji suatu objek dengan menggunakan teori dari bidang ilmu
yang lain. Sebagai contoh, shalat yang merupakan bidang fikhi dikaji dengan
sudut pandang ilmu kesehatan.Dan jika sejumlah teori pengetahuan yang dipergunakan
membahas satu objek, maka pendekatan tersebut terpakai pendekatan
multidisipliner.Sedangkan istilah komprehensif adalah pendeatan yang membahas
objek penelitian tidak dari satu atau beberapa aspek tertentu saja, tapi secara
menyeluruh.Pendekatan komprhensif inisering juga dipergunakan namun secara
ilmiah masih perlu dipermasalahkan karena makna yang terkandung didalamnya
mencakup keseluruhan aspek yang terkait.
2.
Corak Penafsiran dalam Metodologi Tafsir
a.
Definisi
Secar bahasacorak bermakna gambar
pada kain, berjenis-jenis warna, dan (paham, macam, dan bentuk) tertentu.Makna
yang dikehendaki dalam makalah ini adalah makna ketiga.Dalam bahasa Arab
dikenal lawn.Corak penafsiran sebuah kitab
tafsir dipengaruhi dan linear dengan latar belakang, keahlian, dan
kecenderungan mufasirnya.
b.
Pembagian
'Abd al-Maji>d 'Abd al-Sala>m
al-Muh}tasib berpandangan bahwa corak penafsiran (ittija>ha>t
al-tafsi>ri) pada masa kini dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu: salafi>,
'aqli> tawfi>qi>, dan 'ilmi>.
Di sisi
lain, Ignaz Goldziher membagi corak penafsiran ke dalam lima kategori yaitu:
penafsiran al-Qur’an tradisional, dogmatis, mistis, sektarian, dan modern.
Berbeda
dengan kedua pendapat di atas, 'Abd al-H{ayy al-Farma>wi> membagi corak
tafsir ke dalam lima kategori yaitu fikih, sufistik, filsafat, 'ilmi>,
al-adab wa al-ijtima>'i>.Penulis lebih condong ke definisi ketiga
karena pandangan ini lebih masyhur di kalangan cendekiawan tafsir, kemudian
untuk melengkapinya penulis menambah corak lugawi>.Penambahan
kuantitas corak ini rasional dan logis karena penulis menemukan contoh kitab
tafsir yang bercorak tersebut.
1)
Fikih
Corak fikih memposisikan al-Qur’an
sebagai sumber hukum Islam atau syariat.Sehingga,
penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum dibahas secara
panjang lebar dibanding dengan ayat-ayat yang tidak berkaitan dengan hukum
Islam secara langsung. Dengan kata lain, porsi tafsir terhadap ayat-ayat hukum
lebih dominan.
Corak
fikih ini beragam sesuai dengan mazhab dan sekte, seperti hanafi>,
sya>fi'i>, ma>liki>, dan sekte al-ima>mi> al-is\na>
asyari>.
Diantara
kitab tafsir yang menggunakan corak fikih adalah:
a) Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Jas}s}a>s} (w. 370 H)
bermazhab hanafi>.
b) Ah}ka>m al-Qur’a>n karya al-Kayya>
al-H{arra>si> (w. 504 H) bermazhab sya>fi>..
c) Al-Ja>mi' li Ah}ka>m
al-Qur’a>n karya
al-Qurt}ubi> (w. 671 H) bermazhab ma>liki>.
d) Kanz al-'Irfa>n fi> Fiqh
al-Qur’a>n karya Miqda>r al-Suyu>t}i>
bersekte al-ima>mi>al-is\na> 'asyari>.
2)
Sufistik
Corak ini membawa ayat-ayat
al-Qur’an ke dalam nuansa ilmu tasawuf. Sehingga, menakwilkan al-Qur’an dengan
penjelasan yang berbeda dengan kandungan tekstualnya, yakni berupa
isyarat-isyarat yang hanya dapat diungkapkan
oleh mereka yang sedang menjalankan perjalanan menuju Allah swt. (suluk).
Akan tetapi, terdapat kemungkinan untuk menggabungkan antara penafsiran
tekstual dan penafsiran isyarat tersebut.
Diantara
kitab tafsir yang menggunakan corak sufistik adalah:
a) Tafsi>r al-Tastari>karya
al-Tastari> (w. 283 H).
b) Lat}a>’íf al-Isya>ra>t karya al-Qusyairi> (w. 514 H).
3)
Filsafat
Dalam
menyikapi corak dan ilmu filsafat, cendekiawan Islam terbagi ke dalam dua
kategori:
a) Menolak ilmu-ilmu yang bersumber dari buku-buku para
filosof karena dianggap bertentangan dengan
akidah dan agama. Mereka bangkit untuk menolak paham-paham tersebut dan
membatalkan atau meluruskannya dengan membuat sebuah kitab tafsir.
b) Mengagumi filsafat. Mereka menekuni dan menerimanya
selama tidak bertentangan dengan norma-norma Islam. Mereka berusaha memadukan
antara filsafat dan agama.
Dari
golongan pertama lahirlah kitab Mafa>ti>h} al-Gaib karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>.
Adapun terhadap golongan kedua, al-Z|ahabi>berkata :"kami tidak
menemukan dan tidak pernah mendengar ada seorang filosof –yang
mengagung-agungkan filsafat- yang mengarang satu kitab tafsir al-Qur’an yang
lengkap, yang ditemukan dari mereka tidak lebih hanya sebagian
pemahaman-pemahaman mereka terhadap al-Qur’an yang terpencar-pencar dalam buku
karangan mereka.
4)
'Ilmi>
Corak 'ilmi>berprinsip
bahwa al-Qur’an mendahului ilmu pengetahuan modern sehingga mustahil al-Qur’an
bertentangan dengan sains modern. Corak ini berpotensi untuk menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi umat manusia.
Di
antara kitab tafsir yang menggunakan corak 'ilmi>adalahal-Jawa>hir
fi> tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m
karya T{ant}awi> Jawhari>.
5)
Bahasa
Corak
bahasa bertumpu pada analisis kebahasan, tidak jarang tafsir ini sangat kental
dengan nalar baya>ni>dan bersifat deduktif di mana posisi teks
al-Qur’an menjadi dasar penafsiran, dan bahasa menjadi perangkat analisisnya.
Parameter kebenaran yang dipakai dalam aktivitas penafsiran ini adalah
kebenaran pada dataran tekstual atau harfiah. Corak ini dapat berdasarkan ilmu qawa>'id danbala>gah.
Di antara kitab tafsir yang
menggunakan corak bahasa adalah:
a) Al-Kasysya>f karya al-Zamakhsyari> (w. 538 H).
b) Al-Naz}m al-Qur’a>ni>karya
'Abd al-Qa>hir.
6)
Al-adab
wa al-ijtima>'i>
Corak al-adab wa
al-ijtima>'i>berprinsip bahwa al-Qur’an merupakan kitab sastra terbesar
dan bacaan mulia yang mampu memengaruhi jiwa terdalam manusia secara sestetik.
Corak ini bertujuan untuk mengembalikan al-Qur’an kepada pesan awalnya yang
ditujukan kepada jiwa pendengar dan pembaca (manusia).
Diantara
kitab tafsir yang menggunakan corak ini adalah:
a) Tafsi>r al-Qur’a>n
al-Kari>m karya Mah}mu>d Syaltu>t.
b) Tafsi>r al-Mana>r karya Muh}ammad Ra>syi>d
Rid}a> (w. 1354 H).
c) Tafsi>r al-Mara>gi>karya
Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi> (w. 1945 H).
Abd. Muin
Salim,, Mardan, dan Achmad Abubakar, Metodologi
Penelitian Tafsi>r Maud}u>’i> (Cet. I: Jakarta: Pustaka Aril, 2010), h. 82.
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong
ReplyDelete