MUKJIZAT AL-QUR'AN
(Pengertian dan Pembagiannya)
Oleh;
ZAHARUDDIN
NIM:
80100213124
Dosen Pemandu;
Prof. Drs. K.H. M. Rafii Yunus, M.A, Ph.D.
Dr. Firdaus, M.Ag
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
CAT :
MATERI INI TIDAK DI LENGKAPI REFERENSI FOOT NOTE DAN DAFTAR PUSTAKA
SILAHKAN DOWNLOAD MATERI LENGKAPNYA DI SITUS BARU KAMI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
BAB II
A.
Pengertian
Mukjizat Al-Qur’an
Kata ‘ijaz
berasal dari kata a’jaza “melemahkan” atau “menjadikan tidak mampu
atau “menetapkan kelemahan”
apabila pengertian ini dikaitkan dengan risalah Nabi Saw yang membawa Al-Qur’an
dapat dipahami bahwa kemukjizatan itu ditujukan untuk menjelaskan kitab ini
adalah haq dan Rasul yang membawanya adalah rasul yang benar. Tidak ada satu mukjizat pun yang dapat ditandingi oleh
manusia meskipun hanya untuk membuat satu surat saja.
Mukjizat secara terminology (istilah) oleh ulama di defenisikan
dengan beberapa rumusan yaitu :
1.
Manna’ Al-Qatthan :
Yang artinya : “Sesuatu
hal luar biasa disertai tantangan dan selamat
dari perlawanan”.
2.
As-Suyuthi :
Yang
artinya : “Perkara luar biasa yang
disertai tantangan dan tidak satupun makhluk Tuhan yang
sanggup menjawab tantangan tersebut baik secara hissi maupun aqhli”.
3.
Muhammad
Quraish Shihab
“Suatu
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi, sebaga bukti kenabian nya yang di tantang orang
banyak namun mereka tidak mampu melawannya”.
Defenisi yang
dikemukakan Ulama di atas, secara substansial tidak terdapat perbedaan bahkan
dapat di tarik suatu pemahaman bahwa mukjizat adalah hal luar biasa yang
menjadi salah satu cirri dari mukjizat yang tak terkalahkan.
Mukjizat adalah peristiwa
luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti
kenabiannya. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan
pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para
Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulannya.
Kata I’jaz dalam
bahasa Arab berarti menganggap lemah kepada orang lain. Sebagimana Allah
berfirman:
(المائدة: 31)أَعْجَزَتُ
أَنْ أَكُوْنَ
مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ
فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ
أَخِيْ
“…Mengapa aku
tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini” (QS.
Al Maidah (5): 31)
Maksud
kumukjizatan Al-Qur’an bukan semata mata untuk melemahkan manusia atau
menyadarkan mereka atas kelemahanya untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an akan
tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk menjelaskan kebenaran Al-Qur’an dan
Rasul yang membawanya dan sekaligus menetapkan bahwa sesuatu yang dibawa oleh
mereka hanya sekedar menyampaikan risalah Allah SWT, mengkhabarkan dan
menyerukan.
Unsur-unsur
mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah:
a)
Hal atau peristiwa yang luar
biasa
Peristiwa-peristiwa alam, yang terlihat
sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat. Hal ini
karena peristiwa tersebut merupakan suatu yang biasa. Yang dimaksud dengan
“luar biasa” adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab akibat yang
hukum-hukumnya diketahui secara umum. Demikian pula dengan hipnotis dan sihir,
misalnya sekilas tampak ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari, tidak
termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas.
b)
Terjadi atau dipaparkan oleh
seseorang yang mengaku Nabi.
Hal-hal di luar kebiasaan tidak
mustahil terjadi pada diri siapapun. Apabila keluarbiasaan tersebut bukan dari
seorang yang mengaku Nabi, hal itu tidak dinamai mukjizat. Demikian
pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi
ini pun tidak dinamai mukjizat, melainkan irhash.
Keluarbiasaan itu terjadi pada diri seseorang yang taat dan dicintai Allah,
tetapi inipun tidak disebut mukjizat, melainkan karamah atau kerahmatan.
Bahkan,karamah ini bisa dimiliki oleh seseorang yang durhaka
kepada-Nya, yang terakhir dinamai ihanah(penghinaan) atau Istidraj (rangsangan
untuk lebih durhaka lagi).
Bertitik tolak dari kayakinan umat
Islam bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi terakhir, maka jelaslah bahwa tidak
mungkin lagi terjadi suatumukjizat sepeninggalannya. Namun, ini
bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
c)
Mendukung tantangan terhadap
mereka yang meragukan kenabian
Tentu saja ini harus bersamaan dengan
pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum dan sesudahnya. Di saat ini, tantangan
tersebut harus pula merupakan sesuatu yang berjalan dengan ucapan sang Nabi.
Kalau misalnya ia berkata, “batu ini dapat bicara”, tetapi ketika batu
itu berbicara, dikatakannya bahwa “Sang penantang berbohong”, maka
keluarbiasaan ini bukan mukjizat, tetapi ihanah atauistidraj
d)
Tantangan tersebut tidak mampu
atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan
hal serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu
digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh
yang ditantang. Untuk membuktikan kegagalan mereka, aspek kemukjizatan
tiap-tiap Nabi sesuai dengan bidang keahlian umatnya.”
Mukjizat adalah sebagai
keajaiban yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia Sedangkan pengertian
Al –Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh ALLAH SWT melalui malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad Saw untuk di sampaikan kepada Ummat
Manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidup demi mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Jadi dapat disimpulkan pengertian
mukjizat Al-Qur’an adalah suatu hal yang luar biasa yang diturunkan Allah
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada Umat
nya untuk di jadikan pedoman hidup.
B.
Macam
– Macam Mukjizat
Secara garis
besar, mukjizat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat
yang bersifat material indrawi (hissiyah)
yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis, dan dapat
dibuktikan (ma’nawiyah) sepanjang
masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka
bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat
disaksikan dan dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka
menyampaikan risalahnya.
1)
Mukjizat “Hissiy” yang dapat dilihat oleh mata manusia, di dengarkan oleh
telinga manusia, diraba oleh tangan, diras ole lidah, jelasnya dapat di capai
oleh panca indra.
Mukjizat ini sengaja diperlihatkan oleh
manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan pikirannya,
yang tidak cakap pandangan mata hati nya, dan yang rendah budi dan perasaannya.
2)
Mukjizat maknawi ialah mukjzat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan
kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan
kecerdasan pikiran Karena orang tidak akan mungkin
mengenal mukjizat melainkan orang yang berfikir sehat, bermata hati, berbudi
luhur, dan yang suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan cerdas dan
jernih.”
Mukjizat dapat juga
dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu yang bersifat Material, indrawi
lagi tidak kekal dan mukjizat immaterial,logis lagi dapat dibuktikan
sepanjang masa. Mukjizat Nabi-Nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis
pertama, Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan
tersebut dapat disaksikan/dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat, tempat
Nabi tersebut menyampaikan risalahnya. Contoh mukjizat yang bersifat material, indrawi,
yaitu ; perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga
mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat ; tidak
terbakarnya Nabi Ibrahim as dalam kobaran api yang sangat besar ; dan tongkat
Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular yang besar. Semua itu bersifat material
indrawi, sekaligus berbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada. Dan
berakhir dengan wafatnya masing – masing Nabi.
“Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad saw
yang sifatnya bukan indrawi atau material,namun dapat dipahami oleh akal karena
sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh suatu tempat
atu masa tertentu”.
Umumnya
mukjizat para Nabi dan Rasul itu dikaitkan dengan risalah yang
dianggap mempunyai nilai yang tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan dari
masing – masing umatnya pada masa itu, “Misalnya ;
a)
Zaman Nabi Musa as adalah zaman
tukang sihir, maka mukjizat umatnya adalah mengalahkan tukang sihir tersebut
(QS.AL-A’RAF).
b)
Zaman Nabi Isa zaman kemajuan
ilmu kedokteran, maka mukjizat utamanya adalahmenyembuhkan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan pengobatan biasa yaitu menyembuhkan orang yang buta sejak
dalam kandungan , dan orang yang berpenyakit sofak, serta menghidupkan orang
yang sudah mati”.
Zaman
Nabi Muhammad Saw, adalah “zaman kesusastraan arab maka mukjizat
utamanya adalah Al-Qur’an”. Kitab
suci yang ayat –ayatnya mengandung nilai – nilai sastra yang amat tinggi.
Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya
dimana dan kapanpun.
Contoh
lain :
Perahu Nabi Nuh
yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan
gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam
kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi
ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan
lain-lain, kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi
tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda
dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang sifatnya bukan indrawi
atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia
tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. MukjizatAl-Qur’an
dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.
Perbedaan ini
disebabkan oleh dua hal pokok:
·
Para Nabi sebelum Nabi Muhammad
SAW, ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka
hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka.
Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad yang
diutus seluruh umat manusia sampai akhir zaman sehingga bukti ajaranya harus
selalu ada dimana dan kapanpun berada.
·
Manusia mengalami perkembangan
dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad membutuhkan
bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut
harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi,
setelah manusia mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti
yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.
C.
Segi
– Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1)
Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi kebahasaan
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat
orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona, bukan saja orang-orang
mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir. Kehalusan ungkapan bahasanya
membuat banyak diantara mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khattab pun yang
mulanya dikenal sebagai orang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW, dan
bahkan berusaha membunuhnya, memutuskan masuk Islam dan beriman pada kerasulan
Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur-an. Susunan Al-Qur-an
tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.
Dalam hal ini susunan
bahasa yang dipergunakan Al-Qur’an berbeda dengan susunan
arab. Susunan gaya bahasa dalam Al - Qur’an tidak dapat disamakan
dengan apapun. AL-QUR’AN bukanlah susunan syair dan prosa. Ini dibuktikan oleh
tokoh-tokoh sastra arab dan ahli pidato seperti Walid Bin Mughirah, Utsbah ibnu
rabi’ah dan sastrawan terkenal lainnya”. Akan
tetapi dengan turunnya Al-Qur’an diiringi gaya bahasa yang unik dan menawan
membuat mereka terpukau. Contohnya kisah Walid Mughirah yang dating kepada nabi
Muhammad Saw lalu ia berkata bahwa ucapan Muhammad Saw begitu indah dan ia
tersentuh. Kemudian ia mendatangi kaumnya Bani Makhzum lalu berkata kepada
mereka “demiALLAH Ketika aku mendatangi Muhammad aku mendengar
perkataan yang bukan perkataan dari manusia dan jin, kata – katanya begitu
manis dan indah padahal Walid adalah seorang sastrawan terkenal dikalangan
kaumnya.
Peristiwa ini memberikan gambaran bahwa
bukan tidak ada bentuk perlawanan yang dilakukan orang arab. Akan tetapi karena
memang bahasa Al –Qur’an itu begitu tinggi sehingga mereka tidak mampu
menandinginya lebih lanjut AL-baqillani menjelaskan bahwa salah satu
kemukjizata Al-Qur’an yang utama terletak dari keindahan dan susunan kalimatnya
yang jauh berbeda dengan system da tata urutannya yang jauh lebih umum dan di
kenal luas di kalangan para sastrawan arab.
Lebih lanjut Muhammad Quraish shihab
berpendapat bahwa sebenarnya aspek kebahasaan ini lebih terasa bagi
orang-orang yg menguasai bahasa arab sebab sebelum orang lain
terpesona dengan keunikan atau kemukjizatan pesan kandungan Al-Qur’an terlebih
dahulu dia akan terpuaku oleh keberadaan susunan kata dan kalimatnya yang
mengandung :
a)
Nada dan Langgamnya
Walaupun
Al-Qur’an bukan berbentuk puisi atau syair namun apabila orang
mendengarnya maka hal pertama yang terasa di telinga nada dan langgamnya.
b)
Singkat dan Padat
Tidak
mudah menyusun kalimat yang singkat dan sarat makna akan tetapi Al-Qur’an
menghadirkannya ia memiliki keistimewaan dari segi kata dan kalimat yang sangat
singkat dan padat, dapat menampung sekian banyak makna dengan penafsira yang
bermacam – macam bentuk penafsiran .
c)
Memuaskan para cendikiawan dan
orang awam
Keberada Al-qur’an mampu
dipahami oleh semua tingkat manusia. Ketika seorang awam memahami Al-Qur’an, ia
dapat memahami sesuai tingkata dan keterbatasan kemampuannya. Kalau dipahami
oleh seseorang yang mempunyai tingkat intelektual yang tinggi, ia pun akan
memahami sesuai dengan kecerdasannya. Berbeda dengan karya lmiah dan artikel,
disaat dibaca oleh seseorang boleh jadi ia menilainya sangat dangkal
sehingga tidak sesuai dengan selera penulis dan ilmuan, bisa juga sebaliknya
sehingga ia tidak bisa dikonsumsi oleh semua orang.
d)
Memuaskan Akal Dan Jiwa
Allah
Swt menganugrahkan kepada manusia daya piker dan rasa atau akal dan
qalbu. Akal mendorong seseorang untuk memberikan argumentasi guna mendukung
pandangannya. Sementara qalbu mengantarkannya mengekspresikan keindahan dan
mengembangkan imajinasinya. Biasanya
dalam bahasa, sulit untuk memuaskan keduanya” Tanpa
mengenyampingkan yang lain salah satu diantaranya serta dirasakan secara
seimbang. Untuk memerintahkan sesuatu Al-qur’an menggunakan aneka gaya, satu
kali dengan perintah tegas bdi kesempatan lain dengan mengatakan suatu
kewajiban.
e)
Kindahan Dan Ketetapan Maknannya
Tidak
mudah menjelaskankeindraan bahasa Al-Quar’an bagi yang tidak
memiliki rasa bahasa arab atau pengetahuan tentang tata bahasa”.
f)
Keseimbangan Redaksi Al-qur’an
Menurut
Abdul al –Razaq Naufal, Al-Qur’an memiliki kesinambungan jumlah kata dengan
antonimnya, sinonimnya, akibatnya, penyebabnya dan keseimbangan khusus”.
·
Keseimbangan jumlah kata dengan kata antonimnya
·
Keseimbangan kata jumlah kata dengan kata sinonimnya
·
Keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjukkan
pada akibatnya.
·
Keseimbangan jumlah kata dengan kata penyebabnya
·
Keseimbangan Yang Bersifat Khusus
2)
Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kandungan Pemberitaannya
a)
pemberitaan kisah masa lalu
b)
Pemberitaan peristiwa yang akan terjadi masa yang akan dating
c)
Berita tentang
Hal-hal yang Gaib
Sebagaimana ulama mengatakan bahwa
sebagian mukjizat Al-Qur'an itu adalah berita gaib. Salah satu contohnya adalah
Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini, diceritakan dalam suratYunus
(10) ayat 92:
“Maka pada
hari Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan
Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.
Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200
tahun SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896 di lembah raja-raja
Luxor Mesir, seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi, yang dari
data-data sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang bernama Muniftah yang
pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot
Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut
Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya satu jasad utuh, seperti yang
diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi yang ummy(tidak pandai membaca
dan menulis)
3)
Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kesempurnaan Tasyri’
Petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an
mengendung pokok ajaran yaitu aqidah, syari’ah dan ibadah. Rasyid Ridha
mengatakan cerara tegas bahwa petunjuk A-Qur’an tentang aqidah ,
metafisika, social dan politik merupakan pengetahuan yang sangat tinggi
nilainya”.
4)
Kemu’jizatan Al-Qur’an Dari Segi Isyarat Keilmuan
Al-Qur’an memperlihatkan keistimewaan
yang melalui ilustrasi – ilustrasi ajarannya yang member isyarat kea rah
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesemuanya manyoritas banyak hal
dalam kehidupan alam baik proses terjadinya alam, mekanisme kehidupan manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Dari hasil penelitian, pengamatan dan
kesimpulan para ilmuan muslim, terhadap dimensi keilmuan dalam al-Qur’an,
terlihat bahwa al-Qur’an telah mengisyaratkan pentumbuhan berbagai bidang ilmu,
baik ilmu kealaman maupun social kemasyarakatan, ilmu-ilmu tersebut adalah ;
a)
Fisika
Al-Qur’an bukan ilmu
pengetahuan ataupun fisika namun ia merupakan proses penyampaian pesan ajaran.
Didalam mengungkapkan berbagai ilustrasi tentang kehidupan alam yang kemudian
ditangkap para ilmuan sebagai isyarat ilmu pengetahuan.
b)
Biologi
salah satu tema penting dalam al-Qur’an sekaligus
keistimewaannya adalah ungkapannya tentang reproduksi manusia yang dikenal
dalam disiplin ilmu biologi”.
c)
Astronomi
astronomi
merupakan salah satu tema penting al-Qur’an, cukup banyak ayat yang mengungkap benda angkasa. Allah Swt mengatakan
bahwa Ia telah menundukkan benda-benda langit dan ruang angkasa serta
benda-benda bumi untuk manusia”.
d)
Kimia
Percampuran kimiawi merupakan
sunnatullah Hukum Allah Swt. Untuk kehidupan alamsemesta, sebab isyarat untuk kajian
kimiawi juga diungkapkan al-Qur’an .
e)
Geologi
ilmu
ini berrbicara khusus tentang lapisan bumi baik dalam
maupun kulit”.
f)
Kesehatan
Salah
satu yang jadi perhatian serius al-Qur’an adalah pembinaan budaya hidup sehat
melalui tradisi hidup bersih, al-Qur’an memerintahkan setiap muslim yang hendak
menghadap khaliq nyabersuci lebih dulu. Dan masalah makanan, kita harus memperhatikan kehalallan
nya apakah baik untuk kesehatan atau tidak. Misalnya memakan banghkai binatang
sama saja memindahkan penyakit kedalam tubuh begitu juga
ddengan daging babi yang mengandung unsure tri ahine dan syticarus teania
solium”.
g)
Pertanian
Pembinaan
dan pengembangan ekonomi melalui sector pertanian belum menjadi tradisi
dikalangan masyarakat arab pada masa Nabi. Karena itu ayat-ayat yang menyinggung masalah pertanian banyak ditampilkan
dalam bentuk khabariyah secara inplisit mengandung seruan dan peringatan kepada
umat islam agar memamfaatkan hamparan bumi sebagai lahan – lahan
produktif.
h)
Ekonomi
Dan Perdagangan
Ayat-ayat
ekonomi dan perdagangan dalam al-Quran cenderung bercorak mengatur antara
batas-batas yang di benerkan dan tidak. Tolak ukurnya adalah prinsip ridha
sehingga tidak ada yang di rugikan dalam proses transaksi mua’malat”.
Diantara segi –
segi kemukjizatan Al-Qur’an yang tecantum di atas, terdapat beberapa segi
kemukjizatan al-Qur’an yang lainnya yaitu ;
1)
Susunan yang indah yaitu,
susunan yang berbeda dengan bahasa yang ada dalam orang – orang arab.
2)
Adanya uslun yang aneh, bernbeda
dengan semua uslub-uslub dalam bahasa arab.
3)
Sifat agung yang tidak mungkin
lagi seorang makhlik datangkan hal seperti itu
4)
Bentuk undang-undang yang detail
lagi sempurna yang melebihi setiap undang-undang manusia
5)
Menggambarkan hal-hal ghaib yang
tidak mungkin bisa di ketahui kecuali dengan wahyu
6)
Tidak bertentangan dengan
pengetahuan – pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
7)
Menepati janji yang di kabarkan al-Qur’an
8)
Adanya ilmu-ilmu pengetahuan
yang terkandung di dalam nya”.
D.
Perbedaan Pendapat
Dikalangan Para Ulama
Mengenai aspek
kemukjizatan al-Qur’an ulama berbeda pendapat, ini disebabkan
berbedanya sudut pandang mereka dalam memahami al-Qur’an itu
sendiri. Ungkapan I ni sebenarnya memberikan suatu pemahaman bahwa pada
dasarnya al-Qur’an memiliki kemukjizatan yang sangat luas sehingga
keberadaannya senantiasa relefan sepanjang zaman.
Al-baqillani
melihat kemukjizatan al-Qur’an dari tiga aspek, yaitu kandungan al-Qur’an
mengenai berita ghaib, Kaum Nabi Muhammad SAW. Dan keindahan bahasa
al-Qur’an”. Abu
Hasan an –Nadawi memandang kemukjizatan al-Qur’an tidak hanya terletak pada
aspek kebahasaan tetapi juga informasi keagamaan, pengungkapan kisah orang
terdahulu dan tidak semua terungkap dalam penelitian sejarah”. m
usthafah Muhammad menganggap bahwa kemukjizatan al-Qur’an tidak
hanya terletak pada pengaruh bacaannya dalam lubuk hati para pendengarnya”. Muhammad
Quraish Shihab lebih menekankan kemukjizatan al-Qur’an dari aspek keindahan dan
ketelitian redaksinya, pemberitaan ghaib.
Dari beberapa
pendapat ulama di atas,terlihat bahwa salah satu pusat kemukjizatan al-Quran terletak
pada keindahan bahasa, kedalaman kandungannya meliputi pemberitaan tentang
yang ghaib dan isyarat ilmiah serta tasyri .
Al-qur’an mengandung kata-kata “pengutus” yang
menuntaskan perdebatan antara kedua kelompok tersebut dengan penyebutan
tanda-tanda kekuasaan Allah kepada makhluknya agar mereka memikirkannya dan
merenungkannya untuk memasuki keimanan yang murni kepada Allah melelui
kesadaran tentang keesaan dan kekuasaan Allah dalam ciptaannya. Al-qur’an
menenmpuh bermacam-macam cara untuk memikirkan dan merenungkan tanda-tanda
keskuasaannya.
Di dalam Al-qur’an
banyak disebut langit dan bumi , matahari , bulan, bintang, dan komet meteor ,
mata untuk melihat , tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan , otak untuk
berfikir, mulut untuk berbicara, binatang, tumbuhan. Dll.semua itu sekedar
contoh yang belum mencakup dalam hal-hal yang diperintahkan oleh Al-qur’an
kepada ulul albab untuk memikirkannya dan merenungkannya. Barang siapa yang
merenungkan seruan Al-qur’an untuk memperhatikan tanda
tandakekuasaannya, Allah akan menemukan seruan itu masuk kedalam jiwa
orang-orang mukmin sebagai perintah, jadi masalahnya adalah kewajiban dan
tugas”.
·
Mukjizat dan Sihir
Sihir berasal dari Bahasa Arab sihir yang bermakna
guna-guna, mantra, atau pesona. Padanan sihir dalam Bahasa Inggris adalah sorcery, witchcraft, dan
magic (untuk membedakan
dari magic sulap). Sihir yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah segala
macam aksi irrasional yang dilakukan dengan cara-cara supernatural di luar
mukjizat dan keramat. Sihir di sini tidak mencakup sulap yang menggunakan trik
psikologis semata.
Tukang-tukang sihir, dukun, dan manusia semodel mereka seringkali
memamerkan “kehebatan” mereka, kebal api atau kebal bacokan pedang. Sebagian
mereka tidur di atas paku-paku tajam atau dengan bangganya memakan
pecahan-pecahan kaca. Aneh memang. Televisi pun tak ketinggalan menayangkan
acara-acara tersebut. Anehnya, perbuatan syirik tersebut dianggap kesenian,
budaya yang mendatangkan devisa, dan lebih menyedihkan manakala seorang yang
menyatakan dirinya muslim berdecak kagum menyaksikan “kehebatan” mereka. Allahul Musta’an.
Sepintas, fenomena aneh di hadapan kita itu mirip dengan mukjizat Nabi Ibrahim
‘Alaihissalam yang utuh tidak terbakar tatkala dilempar kaumnya di tengah
kobaran api. Karena kemiripan antara mukjizat dan sihir dari sisi keduanya
menyelisihi adat kebiasaan dan hukum alam, maka kita perlu memahami perbedaan
mendasar antara mukjizat dan sihir.
Di antara hal penting yang menjadi kaidah membedakan antara mukjizat
dan sihir:
1.
Mukjizat berasal dari Allah Subhanahu wata’ala sebagai bentuk pemuliaan terhadapnabi dan rasul-Nya. Adapun sihir adalah amalan-amalan setan.
Bagaimana
sihir terwujud? Tukang sihir dan dukun tidak mungkin melakukan perkara-perkara
aneh tersebut melainkan jika mau memberikan persembahan kepada setan-setan,
seperti menyembelih untuk jin, memberikan sesaji, atau yang semisalnya. Oleh
karena itu, sihir adalah bentuk kekufuran kepada Allah Subhanahu wata’ala dan pelakunya kafir
sebagaimana firman-Nya,
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ
سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ
السِّحْرَ
“Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),
hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia.” (al-Baqarah: 102)
2.
Di antara perbedaan mendasar antara mukjizat dan sihir, mukjizat
mengandung tantangan yang bersifat umum bagi penentang dakwah rasul untuk
menghadapi mukjizat itu, kalau memang mereka mampu.
Allah Subhanahu
wata’ala berfirman tentang mukjizat
al-Qur’an,
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن
يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu
bagi sebagian yang lain.” (al-Isra’: 88)
Berbeda
halnya dengan sihir, tidak ada seorang penyihir pun berani membuka tantangan
secara umum. Sebab, mereka tahu, banyak pula manusia yang seprofesi yang
mungkin mendatangkan sihir yang lebih kuat, dan ini merugikan mereka sendiri.
Apalagi saat sihir dihadapkan dengan ayat-ayat al-Qur’an dan zikir, niscaya
mereka akan menuai kekalahan dan kebinasaan.
3.
Mukjizat diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada nabi dan rasul-Nya tanpalaku/latihan tertentu, belajar, atau kaidah-kaidah yang harus senantiasa diterapkan.
Tidak
pernah Nabi Musa ‘Alaihissalam mempelajari bagaimana tongkatnya berubah menjadi
ular atau membelah lautan. Demikian pula semua mukjizat nabi dan rasul. Adapun
sihir, ilmu ini memiliki kaidah-kaidah yang bisa dipelajari setiap orang,
dengan syarat dia mau menjual agamanya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ
السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ
مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُم بِضَارِّينَ
بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ
وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ
Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.”
Mereka mempelajari dari kedua
malaikat itu apa yang dengan sihir
itu, mereka dapat menceraikan antara
seorang (suami) dengan istrinya. Mereka
itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat
dengan sihirnya kepada seorang pun
kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari
sesuatu yang memberi mudarat
kepadanya dan tidak memberi manfaat. (al-Baqarah: 102)
4.
Sihir selalu bisa dikalahkan, baik dengan sihir yang lebih kuat maupun
dengan zikir dan bacaan al-Qur’an. Berbeda halnya dengan mukjizat, tidak
mungkin dikalahkan.
Allah Subhanahu
wata’ala mengisahkan kekalahan
sihir-sihir terhebat di zaman Musa ‘Alaihissalam. Sihir tidak mampu berhadapan
dengan mukjizat Nabi Musa ‘Alaihissalam.
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ
تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ () فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
() فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانقَلَبُوا صَاغِرِينَ
Dan kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!”
Sekonyongkonyong tongkat itu menelan apa yang mereka sihirkan. Karena itu,
nyatalah yang benar dan batallah yang selalu
merekakerjakan. Mereka kalah di tempat itu dan
jadilah mereka orang-orang yang hina. (al-A’raf: 117—119)
لَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا
تِسْعًا
“Mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan
tahun (lagi).” (al-Kahfi: 25)
Karamah
hampir sama dengan mukjizat. Keduanya dari Allah Subhanahu wata’ala,
hanya saja karamah tidak diiringi dengan pengakuan kenabian. Pembahasan tentang
karamah insya Allah akan kita khususkan pada
rubrik “Hadits.”
·
Mukjizat dan Keramat
Yang saya maksud dengan keramat di sini
bukanlah kata sifat sebagaimana dalam keris keramat, kuburan keramat, celana
dalam keramat, dan sejenisnya. Keramat di sini adalah ejaan Indonesia untuk
kata Arab karamah; ejaan alternatifnya adalah karomah.
Sebagian muslim ada yang meyakini
keberadaan keramat secara berlebihan sehingga menyamakannya dengan mukjizat.
Banyak penganut ajaran sufisme yang meyakini bahwa guru mereka adalah wali
Allah yang setiap hari Jum’at selalu melaksanakan shalat Jum’at di Makkah
meskipun sehari-harinya selalu terlihat di—katakanlah—Samarinda, Kalimantan
Timur, Indonesia. Sebagian lagi justru secara ekstrem menafikan keberadaan
keramat. Lalu, bagaimanakah sikap yang benar?
Berdasarkan apa yang saya pahami dari
Al-Quran, keramat dan mukjizat memiliki sejumlah persamaan dan perbedaan yang
fundamental. Persamaannya antara lain sama-sama terjadi atas perintah dan
kehendak Allah dan sama-sama terjadi pada orang yang sangat saleh sehingga
derajatnya begitu tinggi di sisi Allah. Adapun perbedaannya adalah mukjizat
dipertunjukkan secara sadar dan sengaja oleh nabi atau rasul yang bersangkutan
sedangkan keramat terjadi begitu saja pada orang saleh yang Allah kehendaki
tanpa dapat dikendalikan apalagi dipertunjukkan ulang secara sadar dan sengaja
oleh orang tersebut.
Contoh keramat yang diceritakan dalam
Al-Quran adalah apa yang terjadi pada Maryam bintu ‘Imran alias Bunda Maria
alias Virgin Mary. Maryam as. bukanlah nabi apalagi rasul. Beliau hanyalah
wanita shalihah yang sejak sebelum lahirnya telah dinadzarkan oleh ibunya,
Hannah alias Anne, untuk mengkhidmatkan diri dalam ibadah kepada Allah. Lalu,
apa saja keramat Maryam.
“Maka
Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria
pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemuinya di mihrab, ia dapati
makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Wahai Maryam, dari mana kamu memperoleh
(makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Ia dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi
rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS Ali ‘Imran: 37)
Pertama,
Maryam tidak pernah kekurangan makanan meskipun sepanjang hidupnya ia hanya
beribadah di dalam mihrab tanpa pernah keluar mencari makan ataupun memasak.
Ini adalah keramat karena Maryam tidak mendatangkan makanannya dari langit
secara sadar dan sengaja. Ia hanya menerimanya. Allah-lah yang memegang kendali
penuh atas datangnya makanan itu dari sisiNya.
“Maryam
berkata, ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?’ Jibril
berkata, ‘Demikianlah. Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari
Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’’ (QS Maryam:
20-22)
Kedua,
Maryam mengandung seorang anak laki-laki tanpa pernah melakukan hubungan
seksual atau pembedahan apapun sebelumnya. Ini juga merupakan keramat karena
terjadi begitu saja atas perintah dan kehendak Allah tanpa pernah diinginkan
apalagi diusahakan secara sadar dan sengaja oleh Maryam as. sendiri. Kehamilan
Maryam as. ini juga tidak dapat diulang lagi.
Demikianlah perbedaan antara keramat
dan mukjizat. Orang sekelas Maryam ibunda Nabi Isa ‘alayhima-ssalam saja tidak
dapat mengulang-ulang keramatnya secara sengaja, apalagi mereka yang diklaim
sebagai “wali Allah”.
Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong
ReplyDeleteterkadang kita tidak tahu betapa dahsyat nya al qur'an dalam kehidupan kita.
ReplyDeletemotivasiibadah2020.blogspot.com
GitarTogeladalah situs GAME TOTO Online terlengkap aman dan terpercaya dengan server kualitas terbaik dan tercepat tanpa admin ataupun robot yang ikut bermain bonus kemenangan nyata ratusan juta
ReplyDelete