KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

TUJUAN AIR HUJAN DALAM AL-QUR’AN


TUJUAN AIR HUJAN  DALAM AL-QUR’AN

A.    Urgensi Air Hujan Dalam Al-Qur’an
1.     Air  Sumber Kehidupan
Tatkala Allah menciptakan bumi serta langit dan Dia hendak menciptakan manusia di atas bumi, Dia lebih dulu menciptakan air, yang merupakan sendi kehidupan manusia dan segenap makhluk hidup di sekitar manusia.
Surah al-Anbiya>’ ayat 30 menguraikan bahwa air diciptakannya segala sesuatu yang hidup.
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
Terjemahnya:
Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tidak beriman?[1]
Ayat mulia ini dianggap sebagai salah satu mukjizat ilmiah terbesar dalam al- Qur’an. Sebab, ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari air. Jadi, sendi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan adalah air. Air adalah satu-satunya perantara yang mengandung mineral-mineral dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kalau bukan karna air, niscaya tidak ada kehidupan dipermukaan bumi.
Demikian juga dalam surat al-Nuur ayat 45 yang mengatakan bahwa Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, dalam arti air tersebut terikat molekuler dalam jaringan tubuh kecuali sedikit yang masih tersisa dalam saluran pencernaan.
ª!$#ur t,n=y{ ¨@ä. 7p­/!#yŠ `ÏiB &ä!$¨B ( Nåk÷]ÏJsù `¨B ÓÅ´ôJtƒ 4n?tã ¾ÏmÏZôÜt/ Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJtƒ 4n?tã Èû÷,s#ô_Í Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJtƒ #n?tã 8ìt/ör& 4 ß,è=øƒs ª!$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs%
Terjemahannya.
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.[2]

Dalam ayat surat al-Furqan ayat 54 Tuhan telah menciptakan manusia dari air dimana sel jaringan manusia 80% terdiri dari air, atau pun yang adda dalam perut, demikian pula proses pembentukan keturunannya.
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ z`ÏB Ïä!$yJø9$# #ZŽ|³o0 ¼ã&s#yèyfsù $Y7|¡nS #\ôgϹur 3 tb%x.ur y7/u #\ƒÏs% ÇÎÍÈ  
Terjemahannya
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah(hubungan keluarga yang berasal dari perkawinan) dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.[3]
2.     Air Hujan Menghidupkan Bumi
Selama 3.500 juta tahun yang lalu belum terdapat kehidupan di bumi, baru setelah terjadinya tumbuhan hijau di bumi baru terdapat oksigen. Kemudian setelah turun air dalam samudera dimana sebagian diuapkannya dan jatuhnya hujan mulailah terjadinya evolusi di bumi dimana terjadinya tanaman yang paling rendah hingga tanaman yang paling tinggi berupa hutan dan pohon-pohonan yang berdaun hijau. Kehijauan yang mengandung chlorophyl memungkinkan proses photosintesa yang berubah karbondioksida menjadi oksigen dan sel-sel tanaman.[4]
Dewasa ini hujan sudah turun dengan teratur, dan dengan adanya data hujan bulanan dapat ditentukan pola manajemen tanaman. Dengan adanya air itu bumi dihidupkan , artinya bumi sebelum air diturunkan adalah batu-batuan yang keras, tidak ada kehidupan. Pada waktu air menyiram bumi, maka terjadi proses kimia yang dinamakan pelapukan dari batu-batuan menjadi tanah. Hal ini dapat dibaca dari surat al-Nahl ayat 65.
Dalam surat al-Nahl ayat 65 dikatakan air menghidupkan bumi yang mula-mula berupa batu-batuan mati 3.500 juta tahun lalu. Dengan air itu terjadi proses fisika dan kimiawi sehingga dapat menjadi tempat tumbuh tanaman. Dewasa inipun tanah berbatu yang sudah mati karena erosi dapat dihidup kembali dengan sistem pot sepanjang hujannya cukup.
ª!$#ur tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ !$pkÌEöqtB 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbqãèyJó¡o ÇÏÎÈ  

Terjemahannya:
Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).[5]
Pada waktu terciptanya bumi dan langit dari alam semesta terbentuklah dari neutron dan proton menjadi atom-atom dari atom menjadi molekul-molekul diantaranya molekul air yang berat turun ke bumi menjadi hujan, sedang atom hawa tetap di langit/atas. Air menyiram batuan bumi yang berasal dari api/magma gempalan matahari yang mendingin. Prosesnya jutaan tahun.[6]

3.     Air Hujan Menumbuhkan Aneka Tumbuhan



Terkait dengan manfaat hujan, Allah swt., berfirman di dalam QS. al – Hajj(22): 5
ts?ur šßöF{$# ZoyÏB$yd !#sŒÎ*sù $uZø9tRr& $ygøŠn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÎÈ  
Terjemahannya:
Dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.[7]
Frasa al- ardh hamidah bermakna “lahan tandus yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan”. Kata kerja irtafa’at bermakna “tumbuh”. Maksud kata al-Ardh dalam ayat di atas adalah “permukaan tanah”[8]
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang istimewa di dalam al-Qur’an. Allah swt., menyetirnya untuk para hamba-Nya yang beriman agar iman mereka bertambah, karena iman itu dapat bertambah dan berkurang.
Ayat ini menyebutkan bahwa ada tanah yang kering, mati, dan diam yang engkau lihat. Di atas tanah itu tidak satu benda pun yang bergerak. Ia hanya dihuni oleh benda mati, yang tidak mendapat air, yakni bakteri, jamur, ganggang, umbi-umbian, larva, dan telur serangga.  
Semua itu adalah makhluk yang hidup di bawah permukaan tanah dengan berdiam diri, tidak bergerak, dengan ukuran sangat kecil, menghuni tempat yang sangat sempit yang di alami oleh makhluk hidup. Hal itu dialami bahkan oleh partikel-partikel tanah. Bumi “bergerak” dengan tenang, seakan diam seperti suasana di perkuburan.
Perhatikanlah tanah tandus yang partikel-partikelnya saling melekat saat hujan tidak turun. Ia akan tetap seperti itu hingga datang masa yang paling menentukan sebagai isyarat Tuhan yang menakjubkan. Ayat “kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” [9]  Terkait saat bumi (permukaan tanah) mulai bergerak.
Mikroba yang ada tumbuh dan bergerak. Demikian pula larva tumbuh dan bergerak secara aktif. Bawang, umbi-umbian, cacing tanah, pokok kayu, benih, dan biji tanaman, serta jutaan makhluk menjdadi hidup hingga tanag menjadi subur. Pemandangan menakjubkan ini di jelaskan oleh Allah swt,. melalui kata ihtazzat yang berarti “menjadi subur”.
Proses pembelahan tumbuhan dan penyerapan air pun di mulai, sedangkan penguraian bahan-bahan makanan yang kompleks menjadi unit-unit yang tidak lagi sekompleks sebelumnya, tetapi berjumlah lebih banyak dan berukuran lebih besar. Cacing tanah pun bergerak secara aktif menembus rongga-rongga tanah dan menelan gumpalan tanah dalam jumlah besar, lalu keluar dalam keadaan terurai, sehingga tanah menjadi tampak lebih tinggi dan gembur.
Proses penggemburan partikel-partikel tanah pun berlangsung. Proses ini diperkenalkan pertama kali oleh ilmuwan inggris, Brown, pada tahun 1827 M, yang menemukan bahwa ketika air hujan jatuh ke tanah, menyebabkan tanah itu gembur, sehingga butiran-butiran tanah pun menjadi subur. Ukuran terbesar dari butiran tanah adalah tiga milimeter.
Setiap butiran tanah terdiri dari berbagai kandungan mineral yang berbeda-beda, yang tersusun bertingkat-tingkat satu sama lain. Ketika hujan turun, terkandung muatan listrik yang berbeda dari satu mineral ke mineral lainnya pada masing-masing butiran, karena perbedaan mineral yang di kandungnya. Partikel tanah bergerak saling menjauh karena perbedaan muatan listrik, sehingga butiran tanah pun bergetar. Akhirnya, proses ini menyebabkan air dapat meresap dengan mudah di antara lapisan mineral, lalu lapisan itu pun terangkat ke perukaan tanah.[10]
Seluruh proses yang rumit itulah yang menyebabkan permukaan tanah bergetar. Siapakah yang memberitahukan fenomena yang menakjubkan ini kepada Muhammad Bin Abdullah? Pastilah Tuhan Sang Pencipta alam semesta.


4.     Air Hujan Pembawa Berkah
Allah swt.  menurunkan  berkah dari langit bagi orang-orang yang bertaqwa. Hal ini terdapat dalam  QS. al- A’raf(7): 96.
öqs9ur ¨br& Ÿ@÷dr& #tà)ø9$# (#qãZtB#uä (#öqs)¨?$#ur $uZóstGxÿs9 NÍköŽn=tã ;M»x.tt/ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `Å3»s9ur (#qç/¤x. Mßg»tRõs{r'sù $yJÎ/ (#qçR$Ÿ2 tbqç7Å¡õ3tƒ ÇÒÏÈ  

Terjemahnya:
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.[11]

Kata ;M»x.tt/ dalam ayat di atas dipahami oleh al-Razi sebagai hujan. dalam hal ini berkah untuk tanah, tumbuhan, pepohonan dan berbagai hewan-hewan dan makhluk hidup lainnya.[12] Al-Zamakhsyariy memahaminya bahwa Allah akan mendatangkan kebaikan dari segala sisi/aspek dikarenakan hujan tersebut[13] dan seirning dengan apa yang dikatakan oleh al-Nai>sabu>riy :
لأتيناهم بالخير من كل وجه[14]
Penulis memahami bahwa mayoritas ulama tafsir memahami kata M»x.tt/ dalam ayat di atas adalah hujan yang akan mendatangkan kebaikan dari segala aspek.
5.     Air Hujan Pembawa Rezki

Allah swt. berfirman dalamQS. al- Mukmin(40): 13

uqèd Ï%©!$# öNä3ƒÌãƒ ¾ÏmÏG»tƒ#uä Ú^Íit\ãƒur Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# $]%øÍ 4 $tBur ㍞2xtGtƒ žwÎ) `tB Ü=Ï^ムÇÊÌÈ  
Terjemahnya:
“Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. dan Tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)”.[15]

Mennurut al-Bai>d{a>wiy , kata rezki dalam ayat di atas dipahami bahwa salah satu jalan dan penyebab datangnya rezky itu adalah dari hujan karena hujan itu sangat erat dengan kehidupan kalian.[16] Akan tetapi dalam tafsir Maqa>til, beleiau langsung menyebutkan bahwa yang dimaksud $]%øÍ dalam ayat di atas adalah hujan itu sendiri.[17]
B.    Mudharat Hujan Dalam Al-Qur’an



Allah Swt berfirman dalam QS al- Baqarah/2: 264 dan 265
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (264) وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآَتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (265)

Kata shafwa>n dalam ayat di atas berarti ‘batu keras dan besar yang tak bisa tumbuh’. Kata wabil  berarti ‘hujan yang sangat lebat’. Kata shaldan berarti ‘tanah yang sangat keras’. Kata rabwah berarti ‘tanah yang tinggi’. Kata thall berarti ‘hujan gerimis’.[18]
Para mufasir menjelaskan, ayat tersebut mengibaratkan kondisi orang kafir yang menginfakkan hartanya demi riya atau pamer kepada manusia. Itu seperti sebongkah batu keras yang di atasnya ada tanah yang manusia kira dapat ditanami. Padahal, tanah itu terlalu tipis dan rapuh serta akan mudah tersapu air hujan hingga batunya bisa terlihat lagi. Perumpamaan itu pun menyebutkan dengan jelas bahwa hujan yang lebat mampu membongkar kontur tanah.
Pada 1944, seorang ilmuwan bernama Allison menemukan bahwa butiran air hujan berperan penting untuk merusak tanah, sementara al-Qur’an telah menjelaskan hal itu 1400 tahun silam melalui firman-Nya, ”Kemudian batu itu disiram hujan lebat”. Ayat ini menjelaskan proses rusaknya tanah oleh kekuatan tetesan air hujan di satu sisi dan terbongkarnya struktur permukaan tanah itu sendiri akibat terkena hujan. Inilah yang diakui sebagai aspek kemukjizatan al-Qur’an yang terbesar. Tanah yang terkena hujan berperan penting bagi bertambah atau berkurangnya kandungan unsur makanan dalam tanah dan terjadinya perubahan fisik pada tanah.[19] 
Di dalam sejarah hujan disamping hujan yang membawa berkah dan rezeki, Tuhan juga menurunkan hujan sebagai hukuman pada generasi yang dzolim, hujan itu biasanya berupa hujan badai yang kadang-kadang terjadi di gurun pasir/sahara, lebih-lebih apabila hujan tersebut jatuh  di gunung batu dan turun ke wadi lembah di arab; demikian juga di indonesia hujan yang jatuh di pegunungan gundul karena hutannya telah dirusak, maka akan mengakibatkan banjir.[20]



[1] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 324
[2] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 356
[3] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 364
[4] Saryono, Pengelolaan Hutan, Tanah & air Dalam Perspektif al-Qur’an. Cet: 1, Jakarta; Pustaka Alhusna 2002., h. 104
[5] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 274
[6] Saryono, Pengelolaan Hutan, Tanah & air Dalam Perspektif al-Qur’an.,h. 105
[7] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 332
[8] Hisyam thalbah, al- I’jaz al- Ilmi fi al-Qur’an wa al-Sunnah, Ensiklopedia Mukjizat al-Qur’an dan Hadis,  Penerjemah Syarif Hade Masyah. Cet III, 2009 PT Sapta Sentosa. Indonesia.
[9] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 332
[10] Nadiah Tharayyarah. Mausu’ah al I’jaz al-Qur’ani, Dar al-Yamama, Abu Dabi, Penerjemah: M. Zaenal Arifin dkk, Jakarta; 2013, h.  
[11] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 163
[12] Abu Abdullah Muhammad Ibn Umar Ibn al-Hasan Ibn al-Husai>n al-Tai>mi al-Ra>zi (Disingkat dengan panggilan Fakhruddin al-Ra>zi) , Mafa>ti>h al-Gai>b , Juz VII (al-Maktabah al-Sya>milah: http://www.altafsir.com, t.th), h. 195
[13] Abu al-Qa>sim Mahmud Ibn ‘Amr Ibn Ahmad al-Zamakhsyariy Ja>rullah, al-Kassya>f, Juz II (al-Maktabah al-Sya>milah: http://www.altafsir.com, t.th), h. 260
[14] Al-Nai>sabu>riy. Tafsi>r al-Nai>sabu>riy, Juz III (al-Maktabah al-Sya>milah: http://www.altafsir.com, t.th), h. 475
[15] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 468
[16] Na>siruddin Abu al-Khaer Abdullah Ibn Umar Ubn Muhammad al-Bae>d{awiy, Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l, juz 5 (al-Maktabah al-Sya>milah: http://www.altafsir.com, t.th), h. 124
[17] Maqa>til, tafsi>r al-Maqa>til,   juz 3 (al-Maktabah al-Sya>milah: http://www.altafsir.com, t.th), h. 180
[18] Nadiah Tharayyarah. Mausu’ah al I’jaz al-Qur’ani, h.666

[19] Nadiah Tharayyarah. Mausu’ah al I’jaz al-Qur’ani, h. 667
[20] Saryono, Pengelolaan Hutan, Tanah & Air Dalam Perspektif al-Qur’an.,h. 110

Comments

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

download TAFSIR AL-NASAFIY

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

KAEDAH 'AM DAN KHAS

cara melakukan MUNASABAH AYAT

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS