WUJUD HUJAN
DALAM AL-QUR’AN
A.
Bentuk
Tetesan Air Hujan
Air hujan tidak hanya diturunkan dalam kadar yang sangat tertata, ia
juga jatuh ke bumi dalam bentuk khusus, yaitu butiran-butiran yang tidak
memiliki efek merusak. Bentuknya ternyata bukan seperti tetes air mata atau air
keran, yang bulat di bagian bawah dan lancip di bagian atas sebagaimana yang
kita bayangkan selama ini. Air hujan justru bulat oval. Jika butiran airnya
besar, tetes air hujan ini bisa berbentuk seperti donat atau parasut.
Desain air hujan seperti ini tentu saja bukan sembarang desain, ada
tujuan mulia dibaliknya. Tetes-tetes air hujan pada awalnya memiliki bentuk
bulat seperti bola dengan ukuran di bawah 2 mm (0.008 inci). Bentuk bulat pada
tetes air itu terjadi karena adanya tegangan permukaan yang berfungsi sebagai
“kulit” dari badan air yang menjadikan molekul tetap bersatu. Air itu sendiri
tetap bisa bersatu karena adanya ikatan hidrogen lemah yang terjadi di antara
molekul air. Pada tetes air hujan yang lebih kecil, tegangan permukaan lebih
kuat dari pada tetes yang lebih besar.
Ketika jatuh, air hujan akan kehilangan bentuk bulatnya. Bentuknya
akan berubah menjadi seperti roti hamburger pada bagian atasnya dengan bagian
bawah yang lebih rata dan sisi-sisinya yang melengkung. Bentuk itu muncul
karena saat jatuh dengan kecepatan tertentu, tetes-tetes air hujan akan
bersentuhan dengan lapisan udara atau atmosfer. Aliran udara di bagian bawah
tetes air lebih besar dari pada aliran udara dibagian atas. Pada bagian atas,
gangguan sirkulasi udara relatif kecil sehingga mengakibatkan berkurangnya
tekanan udara. Tegangan permukaan bagian atas memungkinkan hujan untuk tetap
lebi bulat sedangkan bagian bawahnya menjadi lebih rata.
Ada kalanya, ketika tetes air hujan ini jatuh, mereka bertabrakan
dengan tetes-tetes air hujan lain sehingga ukurannya bertambah besar. Akan
tetapi, ketika ukurannya sudah lebih besar, tetesan ini akan pecah di atmosfer
dan kembali menjadi tetes-tetes kecil.
Ada hal menarik di sini. Apabila tidak ada lapisan atmosfer,
tetes-tetes ait hujan akan menyentuh tanah dengan kecepatan menakutkan. Setetes
air berdiameter 2 mm yang jatuh dari ketinggian 500 meter (1.650 kaki) tanpa
adanya hambatan udara akan meluncur ke permukaan bumi dengan kecepatan
mendekati100 m/detik atau 360 km/jam.
Pemisahan tersebut hanya pada ketinggian 500 meter. Padahal,
ketinggian minimal awan mendung adalah 1.200 meter. Apabila jatuh dari
ketinggian tersebut, suatu objek yang bobot dan ukurannya sebanding dengan
setetes hujan akan jatuh ke tanah dengan kecepatan sekitar 552 km/jam.
Bayangkan saja, betapa berbahayanya setetes air yang “ditembakkan”
dari langit dengan kecepatan 360 atau 552 km/jam, apalagi kalau miliaran tetes
sebagaimana yang terjadi ketika hujan. Jika hujan yang terjadi jatuh dengan
cara yang sama, semua lahan pertanian akan hancur, kawasan pemukiman, rumah,
kendaraan, dan sejenisnya akan rusak. Kita pun tidak akan bisa keluar tanpa
perlindungan ekstra. Padahal, pemisalan yang kita ambil hanyalah awan dengan
ketinggian minimal, yaitu 1.200 meter. Ada banyak awan yang berada pada
ketinggian di atas itu hingga di atas 10.000 meter. Tetes-tetes air hujan yang
jatuh dari tempat setinggi itu bisa mencapai kecepatan 1.593 km/jam.
Allah swt. sudah mendesain bentuk tetes air hujan sedemikian rupa.
Tetes air hujan yang berbentuk bulat oval akan meningkatkan
efek gesekan dengan lapisan atmosfer sehingga kelanjutannya tetap berada pada
“batas” kecepatan yang aman bagi kehidupan di bumi. (sekarang parasut di
rancang dengan menggunakan teknik ini). Hambatan atmosfer memperlambat
kecepatan turunan tetes-tetes air hujan sampai 6,5 meter per detik. Oleh karena
itu, tidak peduli dari ketinggian berapa meter mereka jatuh, kecepatan
rata-rata tetes hujan saat menyentuh tanah tidak lebih dari 10 km/jam.
B.
Fungsi
Air Hujan Dalam Al-Qur’an
Dalam uraian ini, diketahui bahwa sebenarnya al-Qur’an
telah menjelaskan tentang berbagai jenis dan fungsi air dengan sangat cermat.
Al-Qur’an juga mengelompokkan berdasarkan kadar kejernihannya. Al-Qur’an
menyebutkan dengan al-Ma> al-T}ahu>r (air yang membersihkan). Ia
juga menyebut air tawar yang biasa kita minum dari sungai, dan sumur dengan al-Ma>
al-Fura>t, sedangkan air laut yang mengandung kadar garam yang tinggi
disebut dengan al-Ma> al-Uja>j.
1.
Al-Ma>
al- Fura>t
Allah
Swt telah menyebutkan bahwa air sungai, air yang tersimpan di dalam bumi, dan
air yang kita minum sebagai al-Ma> al-Fura>t, atau air yang segar
dan nikmat untuk di minum. Sama halnya ketika Allah Swt menamai air laut dengan
al-Ma> al-Uja>j untuk menunjukkan kadar garam yang tinggi, juga
ketika menyebut air hujan dengan al-Ma> al-T}ahu>r. Dengan
demikian, al-Qur’an menjadi kitab suci pertama yang memberikan klasifikasi
ilmiah berbagai macam air.
Air yang
kita minum dari berbagai sungai, mata air, dan sumur adalah air tawar yang
nikmat rasanya, karena terdiri dari sejumlah zat-zat kimia, seperti besi yang menjadikan air terasa manis.
Ini sesuai dengan kata fura>t. Adapun kata al-Ma> al-Fura>t
ماءٌ فرات pada ayat di atas, secara bahasa
Ibn Faris bin Zakariya dalam maqayis al-Lugah mengatakan bahwa kata فرات merupakan العَذْ بُ yaitu segar, sebagai
contoh ماءٌ
فرات، ومياهٌ فُرات yakni air yang segar.
Dalam
hal ini air yang nikmat rasanya. Air yang turun dari langit adalah air hasil
penyulingan yang memiliki kemampuan membasmi bakteri dan virus, membersihkan
kotoran dan tidak memiliki rasa. Oleh sebab itulah, Kalam Ilahi menyebutnya
dengan kata Tahu>ran.
Ketika
air hujan turun dari langit, keadaannya sungai jernih. Lalu, ia bercampur
dengan zat-zat tambang dan garam-garam di bumi, sehingga menjadi furat
atau air tawar. Al-Qur’an menyebut air sungai dengan menggunakan kata furatan,
bukan t}ahuran, karena air sungai adalah air tawar yang terdiri dari
zat-zat tambang cair di dalamnya.
Di
samping itu, penulis juga mendapatkan bahwa al-Qur’an telah membedakan kata t}ahu>ran
dan kata fura>t}an. Allah swt. berfirman dalam QS al-Mursalat:27
$uZù=yèy_ur
$pkÏù zÓźuru
;M»yÏJ»x© /ä3»uZøs)ór&ur [ä!$¨B $Y?#tèù ÇËÐÈ
Terjemahnya:
“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung
yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar”
2.
Al-Ma>
al-Uja>j
Allah Swt. berfirman dalam QS. Fathir:12
Terjemahnya:
“Dan tiada sama (antara) dua laut; yang
ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. dan dari
masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat
mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya
kamu Lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari
karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.”
Ayat di atas membuat kita tertegun dan bertanya, “Mengapa
Allah swt. menjelaskan kepada kita dua macam air tersebut dengan dua sifat: adzb
(tawar), fura>tun, dan milh (asin) ujaj.
Sebagaimana kita ketahui bahwa air sungai memiliki rasa tawar, lalu mengapa
Allah swt. menghubungkannya dengan kata sifat kedua furat? Begitu juga
dengan air laut (asin), mengapa Allah swt. menghubungkan dengan sifat kedua,
yaitu ujaj dan dalam waktu bersamaan Allah menyifati air hujan dengan
satu sifat saja, yaitu t}ahu>ran atau air yang sangat bersih? Jadi,
apakah ini hanya sebatas pengulangan kata dalam al-Qur’an, atau salah satu
keistimewaan al-Qur’an itu sendiri?
Para ilmuwan yang meneliti tentang air menemukan bahwa ketika
mereka berinteraksi dengan air, maka tidak akan cukup hanya membahas air dengan
hanya masalah rasa tawar atau asin saja. Seluruh air yang kita lihat di muka
bumi ini baik di sungai, danau, maupun air sumur, semuanya mengandung garam dengan jumlah hampir tidak terasa sama
sekali. Akan tetapi, Allah Swt tetap mengakui keberadaannya dan Dialah yang
menciptakannya.
Oleh karena itu, al-Qur’an menjelaskan air tawar tersebut
dengan sifat furat, atau air yang nikmat rasanya, disebabkan oleh
cairnya sebagian zat-zat tambang dan gas-gas di dalamnya. Semua ini memberi
rasa segar pada air, sebagaimana yang kita rasakan. Sebaliknya telah ditemukan
bahwa sifat milh atau asin tidak cukup untuk menyifati air laut secara
detail. Oleh sebab itu, Allah menghubungkannya dengan sifat kedua, yaitu ujaj
atau melebihi batas. Kata ini berasal dari verba ta’ajjaja (melampaui
dan melebihi).
Adapun
dalam Firman Allah swt. QS. al-Waqiah:
68-70
Terjemahnya:
“Maka Terangkanlah kepadaku tentang air
yang kamu minum. kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau
Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka Mengapakah kamu tidak
bersyukur?”
Kata ujajan
dalam ayat tersebut berarti asin atau pahit yang tidak bisa di minum. Air hujan
secara alamiah terasa tawar dan merupakan air yang paling bersih. Seandainya
Allah swt. menghendaki untuk menjadikan air hujan terasa asin atau pahit, tentu
Dia sudah melakukannya. Jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah swt., tentu
air hujan akan berubah menjadi asin sehingga tidak bisa di manfaatkan oleh
manusia, hewan, dan binatang.
Air
tawar bergerak dalam ruang lingkup atmosfer. Jika ada zat-zat yang
mencemarinya, baik yang berupa karbon manoksida, karbon dioksida, nitrogen, maupun
zat-zat pencemar lainnya, maka ketika itu turun dalam bentuk hujan asam. Sebab,
sebagian besar oksida itu ketika mengalir di dalam air akan berubah menjadi zat
asam yang berdampak terhadap bebatuan dan makhluk-makhluk hidup. Faktanya, ada
banyak pengaruh negatifnya terhadap manusia. Oleh karena itu, Allah swt.
menganugrahkan kepada kita suatu proses yang alamiah. Anugerah tersebut adalah
uap air yang bersumber dari air lautan, samudera dan daratan, serta melalui
proses fotosintesis dan pernapasan tetumbuhan. Uap air itu kemudian naik dan
menebal, lalu turunlah air yang bersih tersebut.
Di
antara hal-hal yang perlu diperhatikan di sini, bahwa zat asam ini terbentuk
dalam ukuran yang kecil ketika terjadi petir. Rahmat Allah swt. menakdirkan zat
asam ini terbentuk dalam jumlah kecil dan tidak banyak serta tidak mengganggu
kesehatan manusia. Sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia bisa memperbanyak
jumlahnya sehingga merusak kehidupan manusia.
3.
Al-Ma>’
T}ahu>ran
Allah
swt. menyebutkan bahwa salah satu fungsi air ialah menyucikan. Allah berfirman
dalam QS al- Anfal:11
Terjemahnya:
(Ingatlah),
ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya,
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan
hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk
menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)
Ayat
ini menjelaskan mengenai air hujan seperti yang di sebutkan dalam firman Allah
Swt “hujan dari langit”, dan menjelaskan kepada kita mengenai sifatnya yang mampu membersihkan dalam Firman-Nya
“untuk menyucikan kalian”. Ayat ini juga menjelaskan kepada kita
mengenai sumber energi di dalam air , dan pengaruhnya terhadap ketahanan dan
kekuatan manusia untuk mengokohkan kedua kakinya saat menghadapi musuh. Dengan
kata lain, ayat ini juga membahas mengenai sumber energi dari air yang
menjadikan manusia mampu menghadapi musuh dengan segala kekuatannya. Itu terdapat
dalam Firman-Nya “memperteguh telapak kaki kalian”.
Comments
Post a Comment