KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

TAFSIR dan HERMENEUTIKA

POSTED : ZAHARUDDIN, M.Th.I
Mata Kuliah Hermeneutika Al-Qur`an
Dosen Pengampu Prof Dr. M. Amin Abdullah
Oleh: Basri (1320510021)

1.        Adapun hal (inspirasi) yang terpenting yang dapat kita ambil dari belajar hermeneutika ialah:
a.       Hermeneutika mengajarkan kita menjadi seorang mufassir yang tidak hanya terpaku kepada “teks” Al-Qur`an dan hadis saja, namun juga menjadikan kita peka terhadap relaitas sosial yang terjadi di masyarakat. Betapa tidak, sebab hermeneutika, sebagai salah satu metode baru dalam penafsiran Al-Qur`an digunakan untuk menggali isi dan kandungan Al-Qur`an untuk menjawab persoalan-persoalan kekinian yang dihadapi kaum Muslimin. Penggunaan hermeneutika dalam dunia penafsiran Al-Qur`an adalah hal baru yang belum pernah dilakukan oleh para mufassir terdahulu. Walaupun dalam tradisi keilmuwan Islam (tutats) dikenal ilmu tafsir yang berfungsi untuk menafsirkan al-Qur`an, namun produk tafsir yang dihasilkan seperti tafsir di zaman klasik hanya seolah-olah mempertontongkan keahlian berbahasa Arab, dalam artian hanya berkutat pada masalah bahasa, tidak mampu menyaingi perkembangan zaman masa kini, dan berbagai permasalahan kontemporer. Berbeda dengan metode hermeneutika yang peka dengan kehidupan social sehingga menghasilkan produk tafsir yang kontekstual dan mampu menjadi solusi bagi problem yang dihadapi masyarakat muslim.
b.      Hermeneutika mengajarkan kita bagaimana mengolah suatu teks keagamaan secara benar dan obyektif. Yang dapat saya petik dari kajian hermenutika pada suatu teks, ialah a.) sebagai seorang mufassir, harus menghayati dirinya sebagai instrumen yang peka dalam proses pemahaman. b.) Dalam setiap usaha penafsiran, tidak bisa dihindari adanya pra anderstanding, tergantung dari latar belakang penafsir. Dan hermeneutika mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam hal itu, sehingga terlepas dari penafsiran yang subyektif. Dan c.) Seorang penafsir dituntut harus memperhatikan “di luar dari dirinya” atau disebut dengan reader. Dan hermeneutika mengajarkan kita terbebas dari sifat authoritarianisme.
2.        Adapun kesan perubahan (change) yang saya alami setelah mempelajari hermeneutika ialah:
a.       Saya baru menyadari bahwa hermeneutika bukanlah pelajarana yang “sesat”. Sebelum belajar hermeneutikah itu apa dan bagaimana, saya sering mendengar bahwa hermenutika adalah ilmu yang berasal dari tradisi penafsiran Bible. Hermeneutika digunakan sebagai metode untuk mempelajari teks bible yang sejak awal memang sudah bermasalah dengan teksnya, oleh karena itu perlu pendekatan secara kontekstual dan dilihat dari sosio-historis si penulis dalam menafsirkan Bible. Jadi, apakah hermeneutika ini cocok digunakan dalam kajian Al-Qur`an? ....................................


             Semua umat muslim di seluruh dunia mengakui bahwa kitab ini adalah Kalamullah, lafadz dan maknanya berasal dari Allah swt. yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantara Jibril. Sehingga metode hermenutika ini tidak cocok untuk diterapkan dalam menafsirkan Al-Qur'an. Karena apakah kita mampu untuk mengkaji author-Nya, yakni Allah swt. sendiri? Namun setelah mempelajari sendiri seperti apa hermeneutika itu selama ini, saya menyadari bahwa ini tidak seperti yang dikatakan orang-orang di tempat saya belajar sebelumnya. Ternyata, mengkaji author yang dimaksud dalam kajian hermeneutika Al-Qur`an – seperti yang diajarkan Pak Sahiron – ialah mengkaji sosio-historis ketika wahyu itu diturunkan.
b.      Bagi saya, - sebagai mahasiswa yang baru mengenal hermeneutika – menyadari bahwa mempelajari hermeneutika di era kontemporer sekarang ini yang penuh dengan berbagai persoalan kehidupan masyarakat, memberikan saya pelajaran bahwa menafsirkan, memberi makna, dan kemudian memahami suatu teks keagamaan dan menghadapkannya pada realita, ternyata bukanlah merupakan sebuah proses sederhana. Dalam mempelajari hermeneutika, mula-mula kita dituntut untuk mengolah teks, mengkaji bahasa yang digunakan, makna kata, masalah semantik, semiotik, pragmatik, masalah serta masalah logika yang terkandung dalam teks. Kemudian menghubungan teks itu dengan waktu, yakni hubungan teks dengan situasi atau lingkungan di mana teks disusun. Dan kemudian bagaimana teks tersebut dapat berdialog dengan konteks kekinian. Inilah yang menurut saya poin terpenting dari belajar hermeneutika, bagaimana mengkaji Al-Qur`an sebagai kitab yang sha>lih li kulli zama>n wa maka>n.
3.        Adapun agenda saya selanjutnya (Insya Allah terwujud) setelah saya mengetahui seperti apa hermeneutika itu ialah:
a.       Ingin membumikan hermeneutika di seluruh Perguruan Tinggi Islam. Tentunya, Masih banyak pro-kontra yang terjadi di beberapa Perguruan Tinggi Indonesia untuk mempelajari hermeneutika dengan dengan berbagai argument yang dilontarkan masing-masing pihak, baik yang pro maupun yang kontra dengan hermeneutika ini. Dalam kaca mata saya sendiri - yang sebelumnya berada di tempat yang kontra dengan hermeneutika, dan sekarang belajar di tempat yang pro hermeneutika – melihat bahwa Perguruan Tinggi yang canggung dan takut untuk mempelajari hermeneutika sebenarnya hanyalah karena mereka belum tau seperti apa hermeneutika itu, dan bagaimana jika diterapkan dalam studi Islam. Dan seperti yang saya katakana sebelumnya, mempelajari hermeneutika ini sangat banyak memberikan manfaat dalam mengkaji Islam.
b.      Menyerukan kepada seluruh manusia, terkhusus kepada para akademisi, agar kembali kepada at-Tanzi>l, teks asli yang diwahyukan Allah swt. kepada Nabi Muhammad dengan paradigma yang baru, tidak terpaku pada madzhab-madzhab atau aliran tertentu dan terjebak pada produk pemikiran mereka.Seperti yang dikatakan Syahrur misalnya, agar seyogiyanya umat Islam dalam memahami Al-Qur`an, hendaknya bersikap sebagai generasi awal Islam. Syahrur mengatakan bahwa “Jika Islam bersifat relevan pada setiap ruang dan waktu, maka harus dipahami bahwa al-Kitab juga diturunkan kepada kita yang hidup pada abad dua puluh ini, seolah-olah Nabi muhammad baru saja wafat dan telah menyampaikannya sendiri kepada kita.

c.       Menurut saya, seharusnya ada orang-orang yang paham hermeneutika yang masuk di MUI, agar fatwa-fatwa yang mereka keluarkan dari hasil kajian mereka atas teks-teks keagamaan bisa relevan dengan konteks peradaban umat Islam Indonesia saat ini. Seperti yang dikatakan oleh Syahrur, bahwa saat ini kaum muslimin sedang mengalami krisis ilmu fiqh, jadi kita butuh fiqh kontemporer dan pemahaman modern mengenai Al-Qur`an dan hadis.

Comments

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

download TAFSIR AL-NASAFIY

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

KAEDAH 'AM DAN KHAS

cara melakukan MUNASABAH AYAT

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS