PENGAMATAN ILMIAH, BAHASA ILMIAH, METODE ILMIAH, ILMU SEBAGAI PENGETAHUAN
- Get link
- Other Apps
PENGAMATAN ILMIAH, BAHASA ILMIAH, METODE ILMIAH, ILMU SEBAGAI PENGETAHUAN
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka penulis mengemukakan sebuah masalah pokok yaitu bagaimana
mengetahui model pengamatan yang ilmiah dan bagaimana mengetahui ilmu sebagai
pengetahuan dan metode ilmiah. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis
menganggap perlu adanya sub masalah yang dijadikan sebagai sentral dalam
pembahasan makalah ini yaitu:
1. Bagaimana Model Pengamatan yang Ilmiah?
2. Seperti Apakah Bahasa Ilmiah itu?
3. Bagaimana Ilmu sebagai pengetahuan?
4. Bagaimana Ilmu sebagai Metode Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengamatan Ilmiah
Perkembangan
pesat dalam keilmuan manusia, sangat didukung oleh kemajuan bidang penelitian.
Salah satu komponen penelitian yang terpenting adalah melalui satu proses
pengamatan terlebih dahulu.Semakin mendetail sebuah pengamatan yang dilakukan akan
menghasilkan penelitian yang mendalam
dan komprehensif.
Pengamatan
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa
bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang
didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir, dengan pengamatan manusia dapat
menghasilkan suatu pengetahuan.
Pengamatan ilmiah adalah proses
sistematik dari pencatatan pola-pola perilaku manusia, obyek, dan peristiwa
tanpa bertanya atau berkomunikasi dengan mereka. Merupakan kegiatan yang
dilakukan sendiri oleh pengamat tanpa mesti mengikutsertakan partisipasi
langsung obyek pengamatan.[1]
Suparlan
Suhartono, dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Ilmu Pengetahuan”
dijelaskan bahwa dalam melakukan pengamatan secara ilmiah, maka ada beberapa
hal yang terkait di dalamnya, diantaranya:
a. Objek yang akan diamati
Objek adalah sesuatu
yang dapat dilihat, disentuh, dan diindra, sesuatu yang dapat disadari secara
fisik atau mental serta sesuatu yang menjadi pokok dalam suatu
pengamatan. Objek juga dapat dipahami sebagai suatu sarana pokok atau tujuan
penyelidikan ilmiah, objek itu sendiri terbagi kedalam dua jenis yaitu objek
materi dan objek formal.
Adapun yang dimaksud dengan objek materi ialah sarana
pokok penyelidikan berupa materi yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau
pengamatan, namun yang terkandung di dalamnya bisa saja berupa benda-benda
material atau non material, bisa juga berupa masalah-masalah, ide-ide,
konsep-konsep. Jadi tidak terbatas pada realitas konkret atau realitas abstrak.
Sedangkan objek formal ialah yang akan menjelaskan akan pentingnya arti, posisi
dan fungsi objek di dalam ilmu pengetahuan atau hakikat(esensi).[2]
Asmoro Achmadi, memberikan pengertian bahwa objek materi
adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran pengamatan).
Sedangkan objek formal adalah sudut pandang (darimana hal atau bahan tersebut
dipandang)[3].
b.
Empirik
Empirik/Empiris berasal dari bahasa Yunani empeirikos/emperia
yaitu pengalaman sebagai sumber pengetahuan, pengalaman yang dimaksud
disini adalah pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
indrawi.[4]
c.
Rasio
Rasio atau akal, pengetahuan bersumber dari akal-pikiran.
Akal-pikiran secara deduktif bekerja untuk mendapatkan pengetahuan yang pasti,
jadi akal-pikiran berperan sebagai perantara dalam melakukan pengamatan untuk
memperoleh pengetahuan.[5]
Van Peursen mengatakan bahwa akal atau rasio yang
mempunyai peran penting dalam membentuk pengetahuan, sumbangan akal lebih besar
dari indera, lanjut Van Peusen mengemukakan bahwa mustahil membentuk ilmu hanya
berdasarkan fakta, data empiris atau pengamatan semata tanpa peranan rasio di
dalamnya.[6]
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pengamatan
ilmiah adalah:
-
Harus memiliki
objek tertentu (formal dan material).
-
Harus bersistem (runtut/teratur).
-
Metode tertentu yang sifatnya yang umum. Meliputi metode deduksi, induksi
dan analisis.
Selanjutnya ciri dari penelitian pengamatan ilmiah ialah:
-
Objek yang akan diteliti
-
Alat bantu, waktu dan lokasi
-
Penelitian dapat diulang
-
Parameter penelitian disajikan dengan
objektif
-
Pengamatan bersifat aktif bukan pasif.[7]
B.
Bahasa Ilmiah
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, dia
merupakan hal lazim dalam kehidupan. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa, dan menganggapnya suatu hal yang biasa, seperti bernafas
dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh yang luar biasa dan termasuk
yang menjadi ciri khas manusia.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya
tentang pengertian bahasa yang sudah barang tentu setiap ahli berbeda cara
menyampaikannya. Bloch and Trager misalnya yang mengatakan bahwa bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh suatu kelompok
sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.[8]
Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah[9].
Bahasa ilmiah merupakan salah satu ragam dalam lingkup bahasa Indonesia secara
umum. Ragam bahasa ilmiah memiliki ciri tersendiri, dan itu pulalah yang
kemudian dijadikan standar akan keilmiahan sebuah ungkapan bahasa Indonesia.
Bahasa ilmiah selalu dituntut secara
deskriptif sehingga memungkinkan pembaca untuk ikut menafsirkan dan
mengembangkan lebih jauh[10].
Adapun ciri - ciri bahasa ilmiah adalah, cendekia, lugas, jelas, formal,
obyektif, konsisten, bertolak dari gagasan, ringkas dan padat.[11]
1. Cendekia, bahasa yang cendekia mampu
pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan dapat
diterima dengan tepat dan benar oleh pembaca.Lugas,
paparan yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahtafsiran terhadap
isi kalimat. Sehingga penulisan yang bersifat sastra hendaknya dihindari dalam
penyampaian atau penulisan ilmiah.
2.
Jelas,
gagasan yang mudah dipahami adalah yang dituangkan dengan bahasa yang jelas
serta hubungan antara satu gagasan dengan gagasan lain juga jelas. Maka sebisa mungkin memilih ungkapan yang tidak samar-samar
penyebutan dan pemaknaannya.
3.
Formal,
bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah adalah bahasa formal. Tingkat
keformalan sebuah ungkapan dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata,
dan kalimatnya.
4. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah
memiliki ciri tersendiri. Pertama, kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat). Kedua, ketepatan
penggunaan kata fungsi atau kata tugas. Ketiga, kebernalaran isi. Keempat,
tampilan essei formal.
5. Obyektif, sifat obyektif tidak cukup
hanya dengan menempatkan gagasan sebagai
pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata. Kata yang
menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subyektif dan emosional. Kata
seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, selalu perlu dihindari.
6. Konsisten, unsur bahasa, tanda baca,
dan istilah. Sekali digunakan sesuai dengan kaidah, maka untuk selanjutnya
digunakan secara konsisten.
7. Bertolak dari gagasan, bahasa ilmiah
digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang cocok adalah kalimat
pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Orientasi pelaku yang bukan penulis dan tidak berorientasi pada gagasan, juga
perlu dihindari.
8. Ringkas dan padat, ciri padat merujuk
pada kandungan gagasan yang diucapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu,
jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas dan
tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan
penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau
paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Karya
seorang ilmuan barulah mendekati kesempurnaan apabila dituangkan dalam sebuah
tulisan representatif. Namun pada kenyataannya, menuliskan ide-ide cemerlang
dalam sebuah tulisan merupakan hal yang cukup sulit. Butuh keterampilan
tersendiri dalam penyajiannya, agar bisa mengandung unsur-unsur ide tersebut
dan mampu menyampaikannya dengan baik kepada para pembaca.
Bukan hanya pada penulisan, bahkan
dalam penyampaian langsung-pun harus tersusun dari ungkapan-ungkapan yang baik
dan tersusun rapi. Sebagai prasyarat tersampaikannya maksud yang diinginkan.
Dari hal-hal di atas, sangat perlu mengetahui dan menguasai bahasa ilmiah.
Kajian tentang bahasa ilmiah, termasuk
pembahasan yang masih mengalami perkembangan hingga saat ini. Hal itu, didasari
semakin berkembangnya standar-standar kebaku-an dalam bahasa Indonesia sehingga
berdampak pada keilmiahan bahasa Indonesia itu sendiri.
1.
Fungsi Bahasa
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
a.
Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.
b.
Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
c.
Penyampaian pikiran dan perasaan.
d.
Penyenangan jiwa.
e.
Pengurangan kegoncangan jiwa.
Mengutip pendapat Halliday, Amsal Bakhtiar menuliskannya dalam
bukunya filsafat Ilmu membagi
fungsi bahasa kedalam tujuh bagian, yaitu:
1.
Fungsi instrumental yaitu menggunakan bahasa untuk mencapai suatu hal yang
bersifat materi seperti makan, minum dan sebagainya.
2.
Fungsi regulatoris yaitu penggunaan bahasa untuk memerintahkan dan
perbaikan tingkah laku.
3.
Fungsi personal yaitu menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran.
4.
Fungsi heuristik yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkap fenomena dan
keinginan untuk mempelajari.
5.
Fungsi imajinatif yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran-gambaran tentang discoveri seseorang.
6.
Fungsi representasional yaitu penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan.[12]
Lebih lanjut, Desmond Morris mengemukakan empat fungsi
bahasa, yaitu:
- Information
talking, yaitu pertukaran keterangan dan informasi.
- Mood talking, yaitu bahasa yang terlontar diri sendiri
(sipembicara).
- Exploratory
talking, yaitu ujaran untuk kepentingan ujaran (penjelasan
demi penjelasan)
- Grooming
talking, tuturan yang sopan yang maksudnya kerukunan melalui
percakapan, yakni menggunakan bahasa untuk memperlancar proses sosial dan
menghindari pertentangan.
Buhler membedakan fungsi bahasa kedalam bahasa ekspresif,
bahasa konatif dan bahasa representasional.
a.
Bahasa ekspresif, yaitu bahasa yang terarah pada diri
sendiri yakni si pembicara.
b.
Bahasa konatif, yakni bahasa yang terarah pada lawan
bicara.
c.
Bahasa representasional, yaitu bahasa yang terarah pada
kenyataan lainnya, yaitu apa saja selain si pembicara atau lawan bicara.[13]
Dari berbagai macam fungsi bahasa yang telah diuraikan di
atas melalui para pakar yang ahli dalam bidang ini, namun walaupun tampak
perbedaan akan tetapi pendapat ini saling melengkapi.
2.
Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah.
Berpikir ilmiah membutuhkan langkah-langkah dan
sarana-sarana pendukung, salah satu pendukung inti tersebut adalah bahasa.
Penguasaan terhadap sarana tersebut akan berdampak besar terhadap pencapaian
tujuan yang ingin digapai. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
digunakan dalam proses berpikir ilmiah untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain.
Secara otomatis, hubungan antara kegiatan berpikir ilmiah
sangat erat kaitannya dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam
berpikir ilmiah belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar, apalagi dengan
bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan
kesimpulan yang salah juga. Semua itu tidak terlepas dari fungsi bahasa itu
sendiri sebagai sarana berpikir.
Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk
komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga yakni komunikasi ilmiah. Untuk mencapai komunikasi yang ilmiah, maka bahasa
yang digunakan harus terbebas dari unsur emotif.[14]
Untuk dapat
berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah
dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan dicapai
akan terwujud. Disamping menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini
dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika dan statistik.
Berbicara masalah
sarana ilmiah, maka ada dua hal yang harus diperhatikan diantaranya:
a. Sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa
ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah,
seperti menggunakan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan
pengetahuan.
b.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat
melakukan penelitian ilmiah secara baik.[15]
Dengan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan
berpikir ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan
untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah.
Bahasa sebagai
alat komunikasi yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat
bertalian atau berkaitan erat dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik belum
tentu mendapatkan kesimpulan yang benar demikian pula sebaliknya, kesemuanya
ini tidak terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir.
C.
Ilmu sebagai pengetahuan.
1.
Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
Kata ilmu pada
dasarnya berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar; '''alima, ya'lamu, ilman''
yang berarti mengerti atau memahami dengan benar-benar. Dalam bahasa
inggris istilah ilmu dikenal dengan kata ''science'' dari kata kerja ''scire'',
yang berarti mempelajari dan memahami. Kata Science kemudian diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi Sains yang merupakan sinonim dari ilmu.[16]Jadi ilmu maupun science
secara etimologis berarti pengetahuan.
Istilah ilmu dan
sains menurut Mulyadhi Kartanegara tidak berbeda dengan terutama sebelum abad
ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau
inderawi, sedangkan ilmu melampau pada bidang-bidang nonfisik, seperti
metafisika.
Menurut The Liang
Gie, Ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas,atau metode merupakan satu kesatuan
yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan
dengan metode tertentu, yang akhirnya aktivitas metodis itu menghasilkan
pengetahuan ilmiah.
Menurut W.Atmojo, Ilmu
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disususn secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
bidang tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Mohammad Hatta,
mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kdudukannya tampak dari luar, ataupun menurut hubungannya dari dalam.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa ilmu adalah sistem dari berbagai pengetahuan masing-masing
mengenai suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem
tertentu,sehingga menjadi suatu kesatuan atau suatu sistem dari berbagai
pengetahuan yang masing-masing diperlukan sebagai hasil pemeriksaan yang
dilakukan secara teliti dengan memahami metode-metode tertentu atau ilmu adalah
sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri,syarat tertentu,yaitu sistematik,
rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.
Kata Ilmu dapat
dikaitkan dengan "pengetahuan", akan tetapi kedua istilah tersebut tidak
boleh dikacaukan diantara keduanya. Kata science dan knowledge apabila
digabungkan,maka akan menjadi "ilmu Pengetahuan". Untuk membedakan
antara ilmu pengetahuan dengan pengetahuan biasa maka hendaklah dimulai dengan
pemberian pengertian masing-masing. Pengetahuan biasa dapat diartikan dengan "knowledge"
artinya pengetahuan biasa. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah "science".
Pengetahuan adalah berasal dari akar kata
“tahu” yang berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau
diajar).[17]
Setiap disiplin ilmu membatasi diri pada salah satu objek kajian. Seseorang
yang memperdalam disiplin ilmu tertentu disebut spesialis. Namun, bila dilihat
dari aspek filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Poejawijatna mengemukakan
pengetahuan biasa yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang berlaku umum dan pasti
untuk keperluan sehari-hari.[18]
Adapun pengertian pengetahuan
menurut Surajiyo adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek
yang dihadapinya. Namun manusia tidak dapat menuntut bahwa memperoleh sesuatu
itu berarti sudah jelas kebenarannya, karena boleh jadi hanya kebetulan saja.
Sedangkan Sidi Gazalba
menyebutkan bahwa pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari pada : kenal, sadar, insaf, mengerti dan
pandai. Pengetahuan itu semua yang milik atau isi pikiran.
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya, hasil usaha manusia memahami suatu objek tertentu.
Ada beberapa pengetahuan yang
dimiliki manusia,yaitu:
1.
Pengetahuan
biasa atau common sense
2.
Pengetahuan
ilmu,secara singkat orang menyebutnya yaitu"ilmu" sebagai terjemahan
dari "science".
3.
Pengetahuan
filsafat atau dengan singkat saja disebut filsafat.
4.
Pengetahuan
religi(pengetahuan agama),pengetahuan atau kebenaran yang bersumber dari agama[19].
Adapun aktivitas manusia yang
dapat mengembangkan pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
bahasa dan penalaran. Melalui bahasa, manusia tidak hanya berkomunikasi dengan
sesamanya juga dapat memperdebatkan temuan dan pengetahuannya terhadap manusia
lainnya serta dapat saling menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan
penalaran,manusia dapat mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap
dengan upaya pengentisipasian terhadap gejala-gejala yang terjadi, sehingga
pengetahuan manusia senantiasa berubah, semakin dinamis,progresif,dan inovatif.[20]
Kedua hal inilah manusia terus
mengembangkan pengetahuan untuk memperoleh kenikmatan,kesenangan,kemudahan,dan
kebahagiaan dengan inovasi yang dilakukan manusia yang kemudian berusaha
memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungannya dan mengembangkan
kerangka berpikir tertentu untuk menghasilkan ilmu.
Adapun jenis-jenis pengetahuan
dapat dibagi menjadi; pengetahuan ilmiah dan non ilmiah. Pengetahuan non
Ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.Dalam hal ini
termasuk juga pengetahuan yang dalam tahap terakhir direncanakan untuk diolah
menjadi pengetahuan ilmiah, yang biasa disebut dengan istilah pengetahuan pra
ilmiah.Secara umum pengetahuan non ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia
atas sesuatu atau objek tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini
yang cocok adalah hasil pendengaran, hasil penglihatan maupun pengecapan lidah
dan sebagainya. Sedangkan pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil
pemahaman manusia yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah.[21]
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa Secara terminologi yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan (knowlegde) yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pikiran, pengetahuan dapat diperiksa dan ditelaah
(dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Jadi
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang
bertujuan untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diperoleh
bahwa pengetahuan merupakan bahan utama bagi ilmu. Selain itu bahwa pengetahuan
tidak menjawab pertanyaan dari adanya kenyataan, sebagaimana dapat dijawab oleh
ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan dapat menjawab tentang apa, sedangkan
ilmu menjawab pertanyaan tentang mengapa dari kenyataan atau kejadian. Lebih
jauh ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Hasil kegiatan keilmuan merupakan
alat untuk meramalkan (prediksi) dan mengendalikan (kontrol) gejala-gejala
alam. Hal ini mudah dimengerti karena pengetahuan keilmuan merupakan sari
penjelasan mengenai kejadian-kejadian di alam, yang bersifat umum dan
impersonal.
2.
Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
Adapun perbedaan antara ilmu
dan pengetahuan. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang
terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya
secara empiris. Sedangkan pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan
yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan
pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu
sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan
mekanisme tertentu. Ilmu bagaikan sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah
diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian di ikat, sehingga menjadi
sapu lidi, sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di
pohon kelapa, dipasar, dan ditempat lain yang belum tersusun dengan rapi.[22]
Jadi, Ilmu mempunyai jangkauan
yang lebih luas dari pengetahuan. Ketika seseorang ingin mendapatkan ilmu maka
ia harus mempelajari pengetahuan. Artinya setiap ilmu adalah kumpulan
pengetahuan yang disusun secara sistematis membentuk sebuah alur konkret yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
Tidak semua
pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara
sistematis saja yang yang merupakan ilmu. Sistematika berarti urutan-urutan
yang tertentu daripada unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan, sehingga
dengan adanya sistematika tersebut akan jelas tergambar apa yang merupakan
garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Pengetahuan yang
dipergunakan orang, terutama untuk hidupnya sehari-hari tanpa mengetahui seluk
beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, Poedjawijatna menamainya dengan
pengetahuan biasa. Sedangkan orang yang menaruh minat pada guna pengetahuannya
bagi hidup sehari-sehari adalah orang yang ingin tahu dan berusaha
mengetahuinya secara mendalam dan memiliki obyek tertentu bukan hanya gunanya
tetapi juga untuk mencapai kebenaran, disebut dengan ilmu, karena tujuan utama
ilmu adalah adalah untuk mencapai kebenaran.
Dari sudut penerapannya, maka biasanya
ilmu dibedakan antara ilmu pengetahuan murni dengan ilmu pengetahuan yang
diterapkan. Ilmu pengetahuan murni terutama bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, yaitu mempertinggi mutunya. Ilmu
pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu
pengetahuan tersebut di dalam masyarakat dengan maksud untuk membantu
masyarakat di dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.[23]
Jadi, Ilmu murni
dihadapkan kepada masalah-masalah teoritis akademis,sedangkan ilmu terapan
(applied science) berhubungan dan ditimbulkan oleh masalah-masalah praktis. Pembagian
ilmu-ilmu tersebut menjadi ilmu murni dan ilmu terapan, bukan merupakan suatu
dikotomi (dua hal yang bertentangan), melainkan antara keduanya memiliki
hubungan yang saling melengkapi (komplkementer).
Adapun beberapa
ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi,antara lain;
·
Ilmu adalah sebagian pengetahuan
bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda
dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan
penghayatan serta pengalaman pribadi
·
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak
pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya
ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek]
yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik
adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang
tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa
prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip
metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu
secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat
dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
·
Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap
berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di
dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum
sepenuhnya dimantapan
·
Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah
metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan
penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang
terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut
pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang
penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba
konsep-konsep ilmu.[24]
D.
Ilmu sebagai Metode
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu, Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetuahuan dapat disebut ilmu tercantum dengan apa yang
dinamakan dengan metode ilmiah.
Metode yang dimaksud disini adalah suatu cara untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang benar. Metode merupakan cara-cara penyelidikan yang bersifat
keilmuwan, yang sering disebut metode ilmiah (Scientific methods).
Metode ini perlu agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dan dapat
dibuktikan bisa tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah
menjadi ilmu pengetahuan,yaitu menjadi lebih khusus dan terbatas lingkup
studinya.[25]
Secara etimologis,
metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau
dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga yang mengatakan metode berasal
dari bahasa Yunani ‘Methodos’ yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa latin
‘methodus’ berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau
prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah
yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan.
Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah.
Sebelum menjelaskan ilmiah terlebih dahulu harus mengetahui dulu ilmu. Ilmu
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Pengertian
“Ilmiah” secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat
keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara
logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu
yang diperoleh dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang
berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan Metode
Ilmiah.
Sehingga di dapat metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang
mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah
untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada
atau suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan
teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk
mencapai suatu tujuan dan dapat diuji kebenarannya, jadi ia dapat dikatakan
sebagai cara kerja ilmiah.
Tujuan dari
penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan
mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan kajian
ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu.[26]
Untuk
memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak
semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar ilmu berkembang
dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, maka
digunakanlah metode ilmiah ini. Metode ini perlu,
agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran obyektif dan dapat dibuktikan bisa
dicapai. Oleh
sebab itu, dengan metode kedudukan suatu pengetahuan sebagai ilmu pengetahuan
menjadi benar dan tetap. Ilmu pada dasarnya sama dengan pengetahuan, karena
keduanya memiliki obyek. Jadi untuk mencapai
suatu kebenaran maka ilmu itupun harus sesuai dengan obyeknya.
Persesuaian antara pengetahuan dengan obyeknya
(kebenaran) harus dicari jalan tertentu untuk mencapai kebenaran, cara untuk
mencapai kebenaran itu dalam ilmu ini disebut metode. Kebenaran tentang suatu
obyek dalam keseluruhannya yang telah dicapai dengan mempergunakan metode,
serta dirumuskan secara baik sehingga mencakup seluruh obyek serta dengan
aspek-aspeknya disebut sistem. Dengan demikian jika pengetahuan hendak
disebut ilmu, maka harus memiliki obyek, metode dan sistem.
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia
untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan
manusia. Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan
pengetahuannya.
Ada 4 cara manusia memperoleh
pengetahuan:
1.
Berpegang pada sesuartu yang telah ada (metode keteguhan)
2.
Merujuk kepada pendapat ahli
3.
Berpegang pada intuisi (metode intuisi)
4.
Menggunakan metode ilmiah
Dari ke empat itulah, manusia
memperoleh pengetahuannya sebagai pelekat dasar kemajuan manusia. Namun cara
yang ke empat ini, sering disebut sebagai cara ilmuan dalam memperoleh ilmu.
Dalam praktiknya, metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan
ilmu, melalui cara kerja penelitian.
Dengan ditemukannya metode berfikir ilmiah, secara langsung telah
menyebabkan terdinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja hidup
dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjkan.Lebih dari itu semua,
manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin. Manusia tidak lagi
berpangku tangan, terhadap apa yang menjadi kehendak alam.
Jujun S. Suriasumantri alur berpikir yang tercakup dalam
metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan
tahap-tahap dalam kegiatan yang sifatnya ilmiah adalah:
1. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan
mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasi
faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka
berpikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan argumentasi yang menjelaskan
hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan
membentuk permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional yang
telah diuji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang
relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan hipotesis, yang merupakan jawaban
sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis, yang merupakan fakta-fakta
yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian
apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam
proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis, maka
hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak
terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu
ditolak.Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari
pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai
kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta
telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran ini harus ditafsirkan secara
pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta
yang menyatakan sebaliknya.[27]
Jadi, Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu
pengamatan dapat disebut ilmiah, meskipun langkah-langkah ini secara konseptual
tersusun dalam urutan yang teratur, dimana langkah yang satu merupakan landasan
bagi langkah berikutnya, namun dalam prakteknya sering terjadi
lompatan-lompatan. Hubungan antara langkah yang satu dengan langkah lainnya
tidak terikat secara statis, melainkan bersifat dinamis dengan proses
pengamatan ilmiah yang tidak semata mengandalkan pengamatan melainkan juga
imajenasi dan kreativitas.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya,maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pengamatan ilmiah adalah proses sistematik
dari pencatatan pola-pola perilaku manusia, obyek, dan peristiwa tanpa bertanya
atau berkomunikasi dengan mereka. Pengamatan merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan, manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berpikir, merasa bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir, dengan
pengamatan manusia dapat menghasilkan suatu pengetahuan.
Bahasa ilmiah
adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah.Ciri bahasa ilmiah adalah, cendekia,
lugas, jelas, formal, obyektif, konsisten, bertolak dari gagasan, ringkas dan
padat. Bahasa sebagai
alat komunikasi yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa
merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain. Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat
bertalian atau berkaitan erat dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik belum
tentu mendapatkan kesimpulan yang benar demikian pula sebaliknya, kesemuanya
ini tidak terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir.
Dari segi maknanya ilmu mencakup 3 hal yaitu, pengetahuan, aktivitas, dan
metode. Ketiganya merupakan suatu kesatuan yang logis yang mesti ada secara
berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia. Akivitas tersebut
harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis itu
menghasilkan pengetahuan. Kesatuan dari ketiga hal tersebut= susunan ilmu.
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman,kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan atau pun melakukan penerapan.
Ilmu adalah pengetahuan, tetapi
tidak semua pengetahuan adalah ilmu.Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran
asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah fikiran dengan kenyataan atau
dengan fikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa
pemahaman mengenai kausaliatas (sebab akibat) yang hakiki dan universal.
ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas
(hubungan sebab akibat) dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang
merupakan suatu kesatuan sistematis. Pengetahuan bukan hanya ilmu pengetahuan
merupakan bahan utama bagi ilmu.Selain itu ternyata bahwa pengetahuan tidak
menjawab pertanyaan dari adanya kenyataan itu,sebagaimana dapat dijawab oleh
ilmu. Dengan lain perkataan,pengetahuan baru dapat menjawab tentang
apa,sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan tentang mengapa dari kenyataan
atau kejadian.
Ilmu berusaha memahami dengan sebuah metode. Hasil kegiatan keilmuan
merupakan alat untuk meramalkan (prediksi) dan mengendalikan (control) dengan
metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis.
Metode ilmiah
digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu, melalui cara kerja
penelitian. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang
peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang
dihadapinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,Amin.Falsafah
Kalam di Era Post Modernisme.Cet.IV; Yogyakarta: Pustaka
Belajar,2009.
Abd.Thalib,Abdullah.Pengantar
filsafat:Suatu Perkenalan Awal Memasuki Seluk Beluk Dunia Filsafat.Cet.I;Makassar:Alauddin
University Press,2013.
Achmadi,Asmoro.Filsafat
Umum.Cet.IV;Jakarta;PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Al-Ahwani,Ahmad
Fuad.Filsafat Islam.Cet.X;Jakarta:Pustaka Firdaus, 2008.
Bakhtiar,
Amsal.Filsafat Ilmu.Cet.XII;Jakarta:PT.Rajawali Pers,2013.
Gallagher,Kenneth.T
disadur oleh Hardono Hadi.Epistemologi(Filsafat Pengetahuan).Cet.
XI ; Pustaka Filsafat:Yogyakarta,2005.
C.A.Van
Peursen diterjemahkan J. Drost.Susunan Ilmu Pengetahuan:Sebuah Pengantar
Filsafat Umum.Cet.III;Jakarta:PT Gramedia,1993.
Kuntowijoyo.Islam
Sebagai Ilmu:Epistemologi,Metodologi,dan Etika.Ce.II;
Bandung:Teraju,2005.
Muntasyir
,Rizal dan Misnal Munir.Ilmu Filsafat.Cet.X;Bandung:Pustaka
Pelajar 2010.
Mustafa,Mustari.Filsafat
dan Ilmu Pengetahuan:Pilar Kaki Langit Peradaban. Makassar;Alauddin
University Press,2009.
Nasution,Hasyimiyyah.Filsafat
Islam.Cet.IV;jakarta:Gaya Media,2005.
Nina
W.Syam.Filsafat Sebagai Akar Komunikasi.Cet.I;Bandung:Simbiosa
Rekatama Media,2010.
Ravertz,Jerome.R.Filsafat
Ilmu:Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan. Cet.IV;Yogyakarta:Pustaka
Belajar,2009.
Sabri,Muhammad,Muhammad
Saleh Tajuddin dan Wahyudin Halim.Filsafat Ilmu.Makassar:Alauddin
University Press,2009.
Salam,Burhanudddin.Pengantar
Filsafat.Cet. VI;Jakarta:PT Bumi Aksara,2005.
Semiawan,Conny,Th.I
Setiawan,dan Yufiarti.Panorama Filsafat Ilmu:Landasan Perkembangan Ilmu
Sepanjang Masa.Cet.I ;Jakarta: Teraju,2005.
Semiawan,Conny,Th.I
Setiawan,dan I Made Putrawan.Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu
.Cet.V;Bandung:PT Rosdakarya,2002.
Surajiyo.Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar.Cet.keI;Jakarta:PT Bumi Aksara,2005.
Susanto.Filsafat
Ilmu:Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,Epistemologis,dan Aksiologis.Cet.I;Jakarta:PT
Bumi Aksara,2011.
Suriasumantri,
Jujun S. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010.
Tafsir,Ahmad.Filsafat
Ilmu:Mengurai Ontologis,Epistemologis,dan Aksiologis pengetahuan (Edisi
Revisi).Cet.IV;Bandung:PT Rosdakarya,2009.
[1]C.A.Van
Peursen diterjemahkan oleh J. Drost, Susunan Ilmu Pengetahuan; Sebuah
Pengantar Filsafat Ilmu, (Cet.3;Jakarta; PT Gramedia, 1993), h. 20
[2]Suparlan
Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, (Cet.1;Ar-Ruzz Media: Jogjakarta, 2008), h. 67-68
Lihat juga Rizal Muntasyir dan Misnal Munir , Filsafat Ilmu , (
Cet.X; Bandung: Pustaka Pelajar , 2010), h. 44-45
[3]AsmoroAchmadi,Filsafat
Umum, h. 9
[4]Suparlan
Suhartono,Filsafat Ilmu Pengetahuan;Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan,h. 98. lihat juga Susanto, Filsafat Ilmu; Suatu Kajian dalam
Dimensi ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. h. 37
[5]Suparlan
Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan; Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu
Pengetahuan, h. 61. lihat juga Susanto, Filsafat Ilmu; Suatu Kajian
dalam Dimensi ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis , h. 36
[6]C.A. Van Peursen, De Opbow Van de Wetenschap Een Inleiding in de
Wetenschapsleer, diterjemahkan oleh; J. Drost, Susunan Ilmu Pengetahuan
(Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu). (Cet. 3 ; PT. Gramedia: Jakarta, 1985),
h. 79-80.
[7]Amsal
Bakhtiar,Filsafat Ilmu, h. 90
[8]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.175-176
[9]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.184.
[10]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.185.
[11]Lihat
C.A.Van Peursen diterjemahkan oleh J.Drost , Susunan Ilmu Pengetahuan;
Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu , h.17
[12]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.180-181
[13]Amsal
Bakhtiar,Filsafat Ilmu,h.182
[14]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.183-184.
[15]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.184.
[16]Susanto,
Filsafat Ilmu; Suatu Kajian dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis,
h.76
. Lihat juga Abdullah Abd.Thalib, Pengantar
Filsafat; Landasan Awal Memasuki Seluk Beluk Dunia Filsafat, (Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 38-39
[17]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
h. 87
[18]Abdullah
Abd.Thalib, Pengantar Filsafat;Landasan Awal Memasuki Seluk Beluk Dunia
Filsafat, h.38-39
[19]Burhanuddin Salam, Pengantar
Filsafat,h.5-6
[20]Susanto,Filsafat Ilmu;Suatu Kajian
dimensi Ontologis,Epistemologis dan Aksiologis, h.77
[21]
Surajiyo,Ilmu Filsafat;Suatu Pengantar, h .60
[22]Amsal
Bakhtiar,Filsafat Ilmu ,h.16
[23]Burhanuddin
Salam,Pengantar Filsafat,h.11
[24]Amsal
Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h.13-14. Lihat juga Surajiyo, Ilmu Filsafat;
Suatu Pengantar , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 62
[25]Susanto, Filsafat Ilmu; Suatu Kajian
dimensi Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, h. 83-84
[26]Burhanuddin
Salam,Pengantar Filsafat,h.26
[27]Jujun
S.Suriasumantri,Filsafat Ilmu;Sebuah Pengantar Populer , h.128
- Get link
- Other Apps
KATEGORI UMUM
MOTIVASI IBADAH = adalah situs MOTIVASI IBADAH terkait dengan aktifitas ibadah, semangat ibadah dan kajian ibadah lainnya
MOTIVASI OLAHRAGA = adalah situs OLAH RAGA terkait dengan aktifitas atau info Olah Raga, kegiatan olah raga, jenis olah raga baik domestik maupun international
MOTIVASI TRAVELING = adalah situs MOTIVASI TRAVELING terkait dengan Objek Wisata, Info Traveling, Domestik, International, Haji dan Umrah dan Kegiatan Traveling lainnya
MAKALAH TAFSIR HADIS = adalah situs ARTIKEL ILMIYAH terkait dengan kajian keagamaan, al-Qur'an dan Hadis dan kajian ibadah lainnya
GALERI BUNGA = adalah situs BISNIS dari motivasi ibadah sebagai SPONSOR UTAMA pembuatan semua situs yang terkait. Berisi produk bunga
FORTUNE FAMILY TV = adalah Chanel Youtube terkait dengan situs MOTIVASI IBADAH yang berisi video keluarga, tutorial, bisnis, kajian keagamaan, al-Qur'an dan Hadis dan kajian ibadah lainnya
BERITA TERBARU !!
-
-
EURO 2024 - Inggris Finalis tetap dikritik, Rodri Spanyol Pemain Terbaik - *FINALIS EURO 2024 - *Berbenturan antara timnas Spanyol vs Inggris dalam partai puncak Euro 2024 yang memberikan hasil 2 - 1 , Spanyol taklukkan Inggris me...2 months ago
-
Sudah Pernah Lihat KUPU KUPU RAKSASA ?, Wajib TONTON ! - Kupu kupu tidak hanya terlihat banyak di taman, ini yang paling istimewa, kenapa ? Ukurannya hingga 1 meter x 1 meter. Bisa terbangkan manusia di pundak...6 months ago
-
VIDEO - Penyaluran Zakat Langsung Ke Mustahik YATIM DHUAFA - Sanggar Tamarunang Makassar - VIDEO - Penyaluran Zakat Langsung Ke Mustahik YATIM DHUAFA - Sanggar Tamarunang MakassarSalah satu video saat penyaluran zakat sedekah langsung ke mustahiq...6 months ago
-
RONALDO DI LAUT MERAH 'Red Sea' - Salam Traveler Pariwisata viral yang di ulas kali dalam motivasi travel adalah 'Red Sea'. Uda tahu kan red sea itu ?? Atau mungkin sudah pernah ke sana, pa...7 months ago
-
KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS - *KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS* Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena i...1 year ago
Popular posts from this blog
BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )
download TAFSIR AL-NASAFIY
CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS
cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya
cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN
HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)
apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)
kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN
cara melakukan MUNASABAH AYAT
QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )
BACA JUGA - Link Pilihan
- GALERI BUNGA - Bunga Bambu, Produk Daerah Lokal Bernilai Tinggi
- GALERI BUNGA - Bunga Hias Ruang Tamu
- GALERI BUNGA - Bunga Lampu Hias-Home Dekor
- GALERI BUNGA - Bunga Trending, Bunga Lampu Hias
- GALERI BUNGA - TRENDING, Bunga Lampu Hias Home Decor
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Hadis Tarbawiy dan Akhlak-Berkurangnya iman karena Maksiat
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Cara Hidup Sehat
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Cara Melakukan Takhrij
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Kaedah Al-Jarh Wa Al-Ta'dil
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Manusia Dalam Perspektif Al-Qur'an
- MOTIVASI IBADAH - Contoh Mukjizat Al- Qur'an
- MOTIVASI IBADAH - CORONA VIRUS COVID 19 dalam ibadah
- MOTIVASI IBADAH - Covid 19 dan Tantangan Pendidikan
- MOTIVASI IBADAH - Larangan Menyiksa Hewan
- MOTIVASI IBADAH - Sedekah Yang Dilarang
Comments
Post a Comment