KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

JENIS - JENIS PENELITIAN HADIS


A.  Model Penelitian Hadis

1.      Model Penelitian Klasik

Dalam penelitian ini, model penelitian diarahkan kepada dua segiyaitusanad dan matan, yang dikenal dengan kaedahkeshahihan hadis.

a.       Penelitian Sanad

Dalam penelitian sanad[1], model yang ditempuh adalah dengan melakukan langkah-langkah berikut ini. Pertama, melakukan i’tibar. Gunanya untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatus mutabi’ atau syahid. Kedua, meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya. Dalam langkah ini yang lazim dilakukan adalah:

1) Sejumlah kriteria keshahihan sanad hadis seperti disebutkan didepan dijadikan patokan untuk menilai kualitas pribadi (adil) dan kapasitas intelektual (dhabit) periwayat yang diteliti.

2) Disusul sekilas tentang al-jarh wa al-ta’dil yang pada dasarnya mengeritik celaan atau pujian terhadap periwayat hadis yang hadisnya sedang diteliti, yang didalam studi hadis dibahas dibawah studi ilmu al-jarah wa al-ta’dil.

3) Giliran lanjut adalah persambungan sanad baik lambang-lambang metode periwayatan maupun hubungan periwayat dengan metode periwayatannya.

4) Disusul dengan meneliti syudzudz dan illah, mengetahui syudzudz, diantaranya dengan membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan yang topik pembahasannya sama atau memiliki segi kesamaan.Ketiga, menyimpulkan hasil penelitian sanad, yakni menarik kesimpulandari pembahasan diatas, disertai argumen-argumen yang jelas

b. Penelitian Matan

Dalam penelitian darisegi matanhadis, langkah-langkahnya meliputi pentahapan berikut ini. Pertama, meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya. Beberapa hal yang dapat dijadikan pegangan pada tahap ini, adalah

a. Melakukan penelitian matan sesudah meneliti sanad

b. Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya

c.Dan Acuan yang tetap dijadikan pegangan disini adalah kaidah keshahihan matan, yakni matan hadis yang diteliti itu terhindar dari kejanggalan dan cacat

Inimengandungpengertian bahwa untuk meneliti sebuahmatan, maka kedua unsur tersebut harusmenjadi acuan utama. Menurut Al-Baghdadi, suatu matan hadis baru dinyatakan makbul, yaitu karena berkualitas shahih. Kedua, meneliti susunan lafad matan yang semakna. Ketiga, meneliti kandungan matan.

 2.      Model Penelitian Quraish Shihab

menunjukan jumlahnya tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian terhadap Al-quran. Hasil penelitian Quraish Shihab tentang fungsi hadis terhadap Al-quran menyatakan bahwa Al-quran menyuruh Rasulullah saw untuk menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS. An-Nahl: (16): 44):

Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al-quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan 

3.      Model Penelitian Musthafa As-Shiba’i

menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara deskriptif analisis.  penyajiannya menggunakan pendekatan kronologi urutan waktu dan sejarah.

4.      Model Penelitian Muhammad Al-Ghazali

Muhammad Al-Ghazali yang menyajikan hasil penelitiannya tentang hadis dalam bukunya berjudul As-Sunnah Annabawiyah Baina Al Fikh Wa Abdul Al Hadis. Dilihat dari isi kandungannya tampak bahwa penelitian hadis yang dilakukan Muhammad Al-Ghazali termasuk penelitian eksploratif, yaitu membahas, mengkaji, dan menyelami sedalam-dalamnya hadis dari berbagai aspek.

5.      Model Penelitian Kontemporer

Model penelitian hadis yang bersifat kontemporer ini diarahkan pada fokus kajian aspek tertentu saja misalnya. Rif’at Fauzi Abdul Muthalib tahun 1981 Masehi, meneliti tentang perkembangan sunnah pada abad ke-dua Hijriyah. Hasil penelitiannya itu dilaporkan dalam bukunya berjudul Tautsiq Assunnah Fi Al-quran Ats-Tsani Al-Hijri. Selanjutnya Muhammad Abu Rayyah melalui telaah kritis atas sejumlah hadis Nabi Muhammad saw.

Berbagai pendekatan dalam penelitian hadis banyak digunakan berbagai corak dan ragam penelitian misalnya pendekatan sosiologi, pedagogis, antropologi, ekonomi, social politik, dan filosofis.

 

B.  Jenis-Jenis Penelitian Hadis

Sebagian ulama menyebut kegiatan tahqiqul hadis (penelitian hadis) dengan takhrijul hadis (penelusuran hadis). Dengan demikian kegiatan takhrijul hadis tidak sekedar penelusuran hadis pada sumbernya saja, akantetapi mencakup penelitian sanad dan matannya. Agar kegiatan penelitian dibedakan dengan kegiatan penelusuran maka yang tepat digunakan adalah istilah tahqiqul hadis. Namun dalam kegiatan tahqiqul hadis tercakup kegiatan takhrijul hadis[2]. Maka salah satu jenis penelitian hadis adalah takhrijul hadis.

1.      Takhrij hadis

Takhrij hadis adalah mengeluarkan hadis dari sumber aslinya, melakukan penelitian terhadap sanad, disertai penjelasan mengenai status golongan hadis tersebut[3]. Kegiatan takhrij hadis sangatlah penting, pentingnya kegiatan takhrij hadis diantaranya yaituuntuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang diteliti, mengetahui seluruh riwayat hadis yang diteliti, mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi' pada sanad yang diteliti[4].

Adapun metode takhrij ada lima, yaitu: 1) takhrij menurut lafadz pertama, 2) takhrij menurut salah satu lafal dalam hadis, 3) takhrij menurut periwayat pertama, 4) takhrij dengan mengetahui topik hadis[5], 6) takhrij menurut klasifikasi jenis hadis.

2.      I’tibar sanad

Menurut bahasa sanad adalah sesuatu yang dijadikan pegangan, sedangkan istilah adalah rangkaian tokoh-tokoh hadis yang menghubungkan ke matan[6]. Olehnyaituperhatianterhadapisnaddalammenukilkabarmerupakansalahsatusunnahmuakkad yang sangatpenting. Makapantaslahibnu al-mubarokmengatakanisnadadalahbagiandari agama, kalaulahtidakadaisnadniscaya orang akanberkataseenaknya

Olehkarenaitudengan menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis yang mana hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan diketahui apakah ada periwayat lain atau tidak ada untuk bagian sanad hadis yang dimaksud.

3.      Naqd sanad

upaya mengkaji hadis Rasulullah saw untuk menentukan hadiṡ yang benar-benar datang dari Nabi Muhammad saw.

4.      Naqd Matan

Kritik matan hadis merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam studi hadis sebagai upaya untuk mengetahui dan mendeteksi kualitas hadis dari segi lafal dan makna yang terkandung dalam hadisitu, sesudah dilakukan kritik terhadap sanadnya.

Dengan melakukan kritik matan maka dapat diketahui adanyapenambahan atau pengurangan dalam teks hadis tersebut. Setelah melakukan penelitian maka kesimpulan yang dipahami dari hadis yang diteliti akan diketahui, dan pemahaman serta pengaplikasiannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari


DAFTAR PUSTAKA 

Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: AMZAH, 2006

Abd Al-Haq ibn saif al-Din ibn Sa‘dullah al-Dahlawi, Muqaddimah fi Usul al-HadisCet. II; Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1986

 

Erfan Soebahar,Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunnah, Jakarta Timur: KENCANA, 2003

 

Hatim bin a’raf al-Syarif, al-Takhrij wa dirasat al-Asanid. juz.1 (Makkah: Multaqa ahlu al-Hadis, 1419

 

Ismail, M. Syuhudi, Hadist Nabi Menurut Pembela, Pengingkar Dan Pemalsunya, Cet.I; Jakarta: Gema Insani Prees,1995

 

M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis Cet. II; Angkasa: Bandung, 1994

Mahmud Al-Thohhan, Dasar-dasarIlmuTakhrijdanStudiSanad Cet. I; Semarang: BinaUtama, 1991

 

Mahmud Al-Thohhan, Dasar-dasarIlmuTakhrijdanStudiSanadCet. I; Semarang: BinaUtama, 1991

 

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Suryadilaga, M. Alfatih, Aplikasi Penelitian Hadist, Yogyakarta : Penerbit Teras, 2009



[1]Sanadadalahjalan yang menyampaikankitakepadamatanhadis, lihat M. syuhudiismail, pengantarilmuhadis, h. 17

[2]M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Cet. II; Angkasa: Bandung, 1994), h. 176.

[3]Hatim bin a’raf al-Syarif, al-Takhrij wa dirasat al-Asanid. juz.1 (Makkah: Multaqa ahlu al-Hadis, 1419), h. 2.

[4]Al-Syahid adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih, sedangkan al-mutai’ adalah hadis yang diriwayatkan dua orang atau lebih setelah sahabat, meskipun pada tingkatan sahabat hanya satu orang saja. Lihat: ‘Abd al-Haq ibn saif al-Din ibn Sa‘dullah al-Dahlawi, Muqaddimah fi Us}ul al-Hadis (Cet. II; Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1986), h. 56-57.

[5]Mahmud Al-Thohhan, Dasar-dasarIlmuTakhrijdanStudiSanad(Cet. I; Semarang: BinaUtama, 1991), h. 38

[6]Mahmud Al-Thohhan, Dasar-dasarIlmuTakhrijdanStudiSanad h. 141


Comments

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

download TAFSIR AL-NASAFIY

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

cara melakukan MUNASABAH AYAT

QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN