BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab. Allah telah
menyebut al-Qur'an dengan al-Qur'an yang berbahasa Arab di dalam Q.S. Yūsuf /12 : 2 :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Terjamahnya:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur'an
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya".
Tidak diragukan lagi
bahwa "kearaban" yang dimaksud di sini adalah segi kebahasaannya,
bukan ras dan etnik, meski bangsa Arab merupakan pembawa atau penerima risalah
islam pertama di dunia ini.
Bahasa Arab berbeda dengan bahasa Inggris dan perancis, bahasa Arab begitu
hemat kata-kata dan singkat, namun jelas maksudnya. al-Qur'an dengan bahasa
Arabnya mudah dipahami oleh masyarakat Arab, tetapi risalah ini ditujukan untuk semua bangsa,
semua orang, tanpa kecuali. Kendati bangsa-bangsa lain tidak mengerti
seluk-beluk bahasa Arab, namun wajib untuk membaca al-Qur'an dengan bahasa Arab
sekaligus memahaminya sesuai dengan konteks diturunkannya risalah ini.
Oleh karena al-Qur'an
diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, maka seseorang tidak mungkin bisa
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dalam rangka penggalian kandungannya dengan
baik tanpa mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab.
Maka kaidah-kaidah yang diperlukan para mufassir
dalam memahami al-Qur'an terpusat pada kaidah-kaidah bahasa, pemahaman dan
asas-asasnya, penghayatan uslub-uslubnya dan penguasaan rahasia-rahasianya.
Berdasarkan hal itu, sehingga Imam Al-Suyūt}ī dalam Al-Itqān menyebutkan bahwa salah satu ilmu yang harus dikuasai oleh
seorang mufassir adalah mengetahui ilmu bahasa Arab dan kaidah-kaidahnya yang
mencakup ilmu nahwu, sharaf, dan ilmu isytiqaq.Bahkan Imam Mālik berkata: "Tidaklah akan diberikan
kepada orang yang tidak mengetahui bahasa Arab lalFu dia menafsirkan Kitab
Allah, melainkan hukuman dan siksa saja". Imam Mujāhid juga berkata: "Tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkata tentang kalāmullah, manakala dia tidak mengetahui bahasa
Arab.
Salah satu kaidah yang harus dipahami dengan baik oleh seseorang
yang ingin mendalami makna ayat-ayat al-Qur'an adalah kaidah al-D{amāir. Hal ini sangat penting sebab menurut kaidah pokok, kesesuaian
semua kata ganti (d{amīr) dengan kata yang dirujuk (marji')
betujuan untuk menghindari terjadinya kekacauan (tasytīt) dalam sebuah kalimat.
Sehingga pengetahuan terhadap kaidah " d{amīr " ini penting untuk dipahami.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, maka sebagai rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian al-d{amāir?
2. Bagaimana kaidah al- d{amāir di dalam al-Qur'an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
al-D{amāir
Kata al-D{amāir merupakan bentuk jamak dari d{amīr,
sebagaimana dikutip oleh Khālid ibn 'Us|mān
al-Sabt dari kitab al-Mu'jam al-Wasīt} dan kitab Mu'jam al-I'rāb wa al-Imlā',
dikatakan bahwa menurut para ahli nahwu d{amīr
adalah sesuatu yang menunjuk kepada yang berbicara seperti kata "saya", atau lawan
bicara seperti kata "kamu" atau menunjuk orang ketiga seperti kata
"dia".
Di dalam buku Ant{uān
al-Dahdāh
dikatakan bahwa d{ami>r
adalah kata yang menggantikan seseorang baik itu orang ketiga (gāib),
atau orang kedua (mukhātab)
dan orang pertama (mutakallim).
Ahmad Warson Munawwir
menulis bahwa d{amīr
menurut bahasa berarti perasaan,
angan-angan atau batin seseorang. "Ad{mara al-amra"
berarti menyembunyikan sesuatu, al-mud{mar
berarti yang samar atau tersembunyi.
Hal ini senada di dalam Kamus Kontemporer Arab Indonesia, kata d{ami>r
berarti hati nurani atau suara hati.
Sedangkan dalam pengertian ilmu bahasa, kedua kamus ini menyimpulkan bahwa d{ami>r
adalah "kata ganti nama" atau
"pronoun".
B. Kaidah-Kaidah
al-D{amāir
1.
Kaidah Pertama:
Artinya: Asal mula diletakkannya ḍami>r
adalah untuk meringkas kalimat.
Sebagai contoh, Firman Allah
dalam Q.S. Al-Ahzāb/33:
35.
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ
وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ
وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ
وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُم وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ
كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ
اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Terjemahnya:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki-dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempaun yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempaun yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan
pahala yang besar.
D{ami>r ( هم) pada kata (لهم) berfungsi sebagai pengganti puluhan lafal yang terletak
sebelumnya dimulai dari lafal المسلمين sampai kepada lafal والذاكرات. Dengan demikian, tanpa pengulangan lafal-lafal tersebut,
maksud yang dikehendaki dari ayat itu sudah tercapai. Fungsi utamanya d{ami>r pada ayat ini adalah
untuk meringkas kalimat.
2.
Kaidah Kedua:
اذا كان
في الاية ضمير يحتمل عوده الي اكثر من مذكور وامكن الحمل علي الجميع , حمل عليه
D{amīr pada ayat (
فملاقيه )
menurut sebuah pendapat kembali kepada
( ربك
)
yaitu "Kamu pasti akan menemui Tuhanmu", tetapi menurut pendapat yang
lain kembali pada ( كدحا
)
yaitu "kamu akan menemui amal-amal perbuatanmu". Kedua pendapat ini
benar karena seorang hamba di akhirat nanti akan menemui Allah dan amal-amal
perbuatannya.
3.
Kaidah Ketiga:
Kaidah pokoknya adalah ketika
terdapat mud{āf
dan mud{āf ilaih
sebelum d{amīr
maka dikembalikan
ke mud{āf,
kecuali ada petunjuk-petunjuk lain yang mengharuskan dikembalikan kepada mud{āf ilaih.
Contoh pertama:
firman Allah di dalam Q.S. Ibrahi>m/14: 34.
وان
تعدو نعمة الله لا تحصوها
Terjemahnya:
Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Dalam ayat ini kaidah
dasarnya, d{amīr
لا
تحصوها dikembalikan
pada mud{āf yaitu (نعمة) bukan (الله).
Adapun contoh kedua yang mengharuskan mengembalikannya
kepada mud{āf ilaih
seperti firman Allah dalam Q.S. al-Nahl/16: 114.
واشكرو نعمة الله ان كنتم اياه تعبدون
Terjemahnya:
Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya
kepadaNya saja menyembah.
D{amīr
dalam firman
Allah ( اياه )
kembali kepada ( الله ), bukan kepada ( نعمة ) berdasarkan Qari>nah
yang ada dalam memahami ayat ini.
4.
Kaidah Keempat:
ضمير الغائب قد يعود علي غير ملفوظ به , كالذي يفسره سياق
الكلام
Artinya: d{amīr
orang ketiga (al-gāib)
kadang-kadang dikembalikan kepada kata yang tidak terucap sebelumnya, seperti
yang dijelaskan oleh makna atau isyarat
sebuah perkataan.
Seperti contoh
yang terdapat dalam firman Allah dalam Q.S. al-Qadr/97:1.
انا انزلناه في ليلة القدر
Terjemahnya:
Sesungguhnya
kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada
malam kemulian.
D{amīr yang dimaksud dalam ayat ( انزلناه ) adalah al-Qur'ān. sebab, kata al-inzāl (turun) menunjukkan secara pasti (iltizām) bahwa rujukan (marji') yang dimaksud dalam d{amīr itu adalah al-Qur'ān.
Contoh lain dari kaidah ini seperti dalam firman Allah
dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 178.
فمن عفي له من اخيه
شيء فاتباع بالمعروف واداء اليه باحسان
Terjemahnya:
Maka barang siapa mendapat suatu pemaafan
dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik.
Kata عفي
(dimaafkan) dalam ayat ini meniscayakan akan
adanya orang yang memaafkan عافي. Kata āfi> itulah yang kemudian secara pasti (iltizām) menjadi marji'-nya d{amīr (ha') dari kata ( اليه ).
5.
Kaidah Kelima
اذا
تعاقبت الضمائر فالاصل ان يتحد مرجعها
Artinya: Apabila
terdapat banyak d{amīr, maka pada dasarnya marji-'nya disamakan. Kaidah ini diperkuat lagi dengan kaidah yang
lain yang berbunyi:
الاصل
توافق الضمائر في المرجع حذر التشتيت
Maksudnya, jika terdapat banyak d{amīr maka marji'-nya disatukan untuk menghindari ketercerai-beraian
maksudnya.
Contoh dalam hal ini seperti firman Allah dalam Q.S.
لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Terjemahnya:
Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan RasulNya,
menguatkan (agama)Nya, membesarkanNya dan bertasbih kepadaNya di waktu pagi dan
petang.
Para ahli tafsir berbeda pendapat
tentang marji'
d{amīr (وتعزروه و توقروه), sekalipun semuanya sepakat
bahwa marji'nya d{amīr
وتسبحوه adalah kembali kepada Allah. Sebagian ulama berpendapat bahwa marji'nya
d{amīr (وتعزروه و توقروه) adalah Rasulullah. Berdasarkan kaidah di atas maka sebaiknya
semua d{amīr
dikembalikan kepada marji' yang satu yaitu
Allah untuk menghindari ketercerai-beraian, itulah pendapat yang terkuat sesuai
dengan maksud kaidah ini.
6.
Kaidah Keenam
Kaidah ini
merupakan kebalikan dari kaidah sebelumnya, dengan kata lain keluar dari kaidah
asal, yaitu :المخالفة بين
الضمائر في المرجع حذرا من التنافر
Artinya: Perbedaan marji'
terhadap beberapa d{amīr
supaya terhindar dari ketidaksesuaian ( tanāfur
).
Seperti contohnya
dalam firman Allah Q.S. al-Kahfi/18: 22.
ولا تستفت فيهم منهم احدا
Terjemahnya:
Dan jangan kamu
menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara
mereka.
Menurut S|a'lab dan Mubarrad,
rujukan d{amīr
فيهم (d{amīr
yang diterjemahkan dengan kata mereka yang pertama) dalam ayat ini adalah pemuda-pemuda
as}hāb al-Kahfi,
sedangkan marji'
dari d{amīr
منهم (mereka yang kedua)
adalah orang-orang Yahudi.
Dalam terjemahan Departemen Agama RI tidak dijelaskan marji' dari
d{amīr
منهم, hanya diterjemahkan "mereka", padahal yang dimaksud ayat itu adalah
orang-orang Yahudi.
Contoh lain
seperti firman Allah dalam Q.S. al-Taūbah/9:
40.
الا تنصروه فقد نصره
الله اذ اخرجه الذين كفروا ثاني اثنين اذ هما في الغار اذ يقول لصاحبه لا تحزن ان
الله معنا فا نزل الله سكينته عليه وايده بجنوده لم تروها وجعل كلمة الذين كفروا
السفلي وكلمة الله هي العليا والله عزيز حكيم
Terjemahnya:
Jikalau kamu tidak menolongnya(Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah)
mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang yang
ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka Allah
menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang
kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir tiulah
yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah maha Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Dalam
ayat di atas terdapat dua belas d{amīr
yang semuanya kembali kepada Nabi Muhammad, kecuali d{amīr
عليه yang kembali kepada sahabatnya Abū Bakar al-S{iddīq yang menemani Rasulullah saw. di dalam gua. Hal itu sesuai yang diriwayatkan
oleh al-Suhailī dan beberapa ulama tafsir. Sebab
Rasulullah saw. tidak mungkin kehilangan
ketenangannya.
Dalam
terjemahan Departemen Agama RI, disebutkan bahwa rujukan dari d{amīr
عليه pada ayat ini adalah Nabi
Muhammad saw. seperti yang pemakalah
kutip pada terjemahan ayat di atas, padahal tidak sepatutnya Nabi kehilangan
ketenangannya ketika itu. Jadi tidak patut marji'-nya
kembali kepadanya, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh al-Suhailī dan beberapa ulama tafsir.
7.
Kaidah Ketujuh
قد يذكر شيئان ويعود
الضمير علي احدهما اكتفاء بذكره عن الاخر , مع كون الجميع مقصودا
Artinya: Kadang ada dua sesuatu yang disebutkan kemudian d{amīr-nya
hanya kembali kepada salahsatunya saja karena sudah cukup meliputi yang
lainnya, sekalipun yang dimaksud adalah kedua-duanya.
Contoh dari firman Allah di dalam Q.S. al-Tau>bah/9:
62.
والله
ورسوله احق ان يرضوه ان كانو مؤمنين
Terjemahnya:
Dan Allah dan
Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah
orang-orang yang beriman.
Dalam
ayat ini d{amīr
يرضوه
berbentuk mufrad,
padahal yang dimaksud adalah Allah dan Rasul-Nya.
Contoh lain firman Allah di dalam
Q.S. al-'An'ām/6:
141.
والنخل والزرع مختلفا اكله
Terjemahnya:
Dan pohon kurma serta tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya.
Begitupun
dengan
firman Allah di dalam Q.S. al-Baqarah/2: 45.
واستعينوا بالصبر والصلاة وانها لكبيرة الا علي الخشعين
Terjemahnya:
Dan mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat.
Kedua
ayat diatas menunjukkan bahwa d{amīr
pada kata ( اكله ) dan وانها) ), keduanya berbentuk mufrad
tetapi yang dimaksud adalah dua kata sebelumnya.
8.
Kaidah Kedelapan
قد يجيء الضمير
متصلا بشيء وهو لغيره
Artinya:
Kadang-kadang d{amīr
bersambungan dengan sesuatu tetapi dia (d{amīr
) diperuntukkan untuk yang lainnya.
Contoh
dalam firman Allah di dalam Q.S. Yāsi>n/36: 81.
اوليس الذي خلق السموات والارض بقدر علي ان يخلق مثلهم
Terjemahnya:
Dan
tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan
kembali jasad-jasad mereka yang hancur itu?.
Firman Allah مثلهم bukan kembali kepada السموات والارض, akan tetapi kembali kepada orang-orang kafir yang mengingkari
hari kebangkitan. Dengan dalil bahwa, orang-orang kafir itu tidak mengingkari
penciptaan langit dan bumi, yang mereka
ingkari adalah hari kebangkitan.
9.
Kaidah Kesembilan
اذا جتمع في الضمائر
مراعاة اللفظ والمعني بديء باللفظ ثم بالمعني
Artinya:
Apabila dalam beberapa d{amīr
terhimpun maksud untuk menjaga kesesuain kata dan kesesuaian makna, maka
sebaiknya dimulai dengan menjaga kesesuaian kata baru kemudian kesesuaian
makna.
Contohnya di dalam firman Allah Q.S.
al-Baqarah/2: 8.
ومن الناس من يقول امنا بالله وباليوم الاخر وما هم بمؤ
منين
Terjemahnya:
Di antara manusia ada yang mengatakan "kami beriman
kepada Allah dan hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.
Kalimat
pertama من يقول menggunakan
d{amīr
mufrad karena mengikuti tuntutan kata, sedangkan pada kalimat kedua وما هم بمؤمنين menggunakan d{amīr
jamak karena mengikuti tuntutan makna dalam ayat tersebut.
10.
Kaidah Kesepuluh
الاصل عود الضمير
علي اقرب مذكور
Artinya:
pada dasarnya d{amīr
itu kembali kepada kata yang lebih dekat darinya.
Misalnya
dalam Q.S. al-An'ām/6:
112.
وكذ لك جعلنا لكل
نبي عدوا شياطين الا نس والجن يوحي بعضهم الي بعض زخرف القول غرورا
Terjemahnya:
Dan demikianlah kami
jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis )
manusia dan ( jenis ) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang
lainnya perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Objek
pertama atau al-maf'ūl al-awwal
dalam ayat ini yaitu شياطين الانس والجن
) ) diakhirkan supaya
d{amīr
هم pada kata بعضهم dapat dikembalikan
padanya secara dekat.
11.
Kaidah Kesebelas
المرجع الذي يعود اليه
ضمير الغيبة يكون ملفوظا به سابقا عليه مطابقا له
Artinya: Marji' (tempat
kembali) ḍamīr
ga'ib
adalah lafaz yang telah disebutkan sebelumnya dan harus sesuai dengannya.
Misalnya firman Allah di
dalam Q.S. Hu>d/11:42
ونادي نوح ابنه
Terjemahnya:
Dan Nuh memanggil putranya.
Namun
ada juga المرجع yang tidak terucap
karena yang mendahuluinya itu mengandung
apa yang dimaksud oleh d{amīr.
Misalnya firman Allah di dalam Q.S. al-Māidah/5:8
اعدلوا هو اقرب
للتقوي
Terjemahnya:
Berbuatlah
adil. Ia (keadilan) itu lebih dekat pada ketaqwaan.
D{amīr
هو disini kembali kepada العدل yang terkandung dalam
lafaz اعدلوا . Demikianlah beberapa kaidah-kaidah al-D{amāir yang kesemuanya itu
merupakan bagian dari kaidah-kaidah bahasa Arab yang menjadi persyaratan yang
harus dikuasai oleh seorang mufassir, agar bisa menafsirkan makna-makna ayat sesuai
dengan maksud yang semestinya.
Pengetahuan
tentang beberapa ilmu seperti 'ilmu Balāgah,
'ilmu Ma'ānī,
'ilmu Bayān,
'ilmu Badī',
ilmu Us{ul Fiqh, pengetahuan tentang
asbāb al-nuzūl,
nāsikh
dan mansūkh,
dan 'ilmu Qirā'at
kesemuanya itu merupakan persyaratan
utama seorang mufassir.
Menafsirkan
al-Qur'an tanpa pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang mufassir bisa
berakibat terjerumus dalam kesalahan ketika menafsirkan al-Qur'an, sebagai
contoh ketika menafsirkan firman Allah di dalam Q.S. al-Rahmān/55:19-20
مرج البحرين يلتقيان
, بينهما برزخ لا يبغيان
Terjemahnya:
Dia
kirimkan (adakan) dua macam laut (asin dan tawar), yang keduanya bertemu.
(tetapi) di antara keduanya ada dinding (sehingga) tiada bercampur
keduanya.
Ada sebagian orang yang
menafsirkan kata البحرين pada
ayat di atas sebagai Ali dan Fatimah. Kemudian pada ayat selanjutnya Q.S. al-Rahmān/55:
22.
يخرج منهما اللؤ لؤ والمرجان
Terjemahnya:
Keluar dari keduanya mutiara dan
marjan
Kata
اللؤ لؤ
dan والمرجان
ditafsirkan sebagai Hasan dan Husain. Ini merupakan suatu kesalahan fatal
menurut al-Qurt{ubī.
Demikianlah penjelasan mengenai kaidah al-d{ama>ir di dalam al-Qur'an, semoga bermanfaat untuk pengembangan
keilmuan khususnya Ulu>m
al-Qur'a>n. Dengan
mengetahui kaidah-kaidah dama>ir ini diharapkan pemahaman terhadap
ayat-ayat al-Qur'an akan sesuai dengan maksudnya yang sesungguhnya, menjauhkan kekeliruan dan kesalahan dalam
memahami teks-teks al-Qur'an yang berbahasa Arab.
BAB III
KESIMPULAN
Dari urain pembahasan di atas dapat
ditarik kesimpulan:
1.
Al-d{amāir merupakan bentuk jamak dari kata d{amīr
yang secara etimologi berarti "perasaan, angan-angan atau batin seseorang,
hati nurani atau suara hati". Sehingga kalau dikatakan al-mud{mar berarti
"yang samar" atau "tersembunyi". Secara terminologi d{amīr
berarti "kata yang menggantikan seseorang baik itu orang ketiga (gāib), atau orang kedua (mukhātab) dan orang pertama (mutakallim)". Bisa juga dikatakan " kata ganti orang" atau "pronoun".
2.
Kaidah-kaidah Al-d{amāir di antaranya:
a)
Asal mula diletakkannya d{ami>r
adalah untuk meringkas kalimat.
b)
Apabila ada
d{amīr di dalam satu
ayat yang tempat kembalinya mencakup
lebih dari yang disebutkan dan memang memungkinkan untuk mencakup kesemuanya itu
maka bisa dikembalikan kepada semuanya sesuai cakupannya.
c)
Apabila ada
mud{āf
dan mud{āf ilaih
kemudian terdapat d{amīr
sesudah keduanya, maka pada dasarnya d{amīr itu kembalinya ke mud{āf.
d)
D{amīr
orang ketiga (al-gāib)
kadang-kadang dikembalikan kepada kata yang tidak terucap sebelumnya, seperti
yang dijelaskan oleh makna atau isyarat
sebuah perkataan.
e)
Apabila terdapat banyak d{amīr, maka pada dasarnya marji-'nya disamakan.
f)
Perbedaan
marji'
terhadap beberapa d{amīr
supaya terhindar dari ketidaksesuaian ( tanāfur
).
g)
Kadang ada dua
sesuatu yang disebutkan kemudian d{amīr-nya
hanya kembali kepada salahsatunya saja karena sudah cukup meliputi yang
lainnya, sekalipun yang dimaksud adalah kedua-duanya.
h)
Kadang-kadang d{amīr
bersambungan dengan sesuatu tetapi dia (d{amīr)
diperuntukkan untuk yang lainnya.
i)
Apabila dalam beberapa d{amīr
terhimpun maksud untuk menjaga kesesuain kata dan kesesuaian makna, maka sebaiknya dimulai
dengan menjaga kesesuaian kata baru kemudian kesesuaian makna.
j)
Pada dasarnya d{amīr
itu kembali kepada kata yang lebih dekat.
k)
Marji'
(tempat kembali) d{amīr
ga'ib
adalah lafaz yang telah disebutkan sebelumnya dan harus sesuai dengannya.
Comments
Post a Comment