KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS

KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena itu, keduanya selalu dijadikan landasan keyakinan, ritual, adat istiadat, etika, ekonomi, politik, peradaban dan seluruh aspek kehidupan umat Islam, baik yang sakral maupun duniawi, pada tataran ¥ abl minallah (vertikal) dan ¥ abl min al. -n ± s (horizontal).

MANUSIA SEBAGAI PENGEMBANG PSIKOLOGI


MANUSIA SEBAGAI PENGEMBANG PSIKOLOGI 
by : ZAHARUDDIN



MANUSIA SEBAGAI PENGEMBANG PSIKOLOGI

A.  PENGERTIAN
Dalam tema ini, ada dua hal yang sangat penting kita kita bahas selama pembahasan tema kami ini, yaitu bagaimana psikologi manusia normal dan tanggapan agama (al Qur'an dan al Sunnah) dalam hal ini agama islam akan psikologi manusia.
Pengertian psikologi secara etimolgi berasal dari perkataan psyche yang diartikan "jiwa" dan logos berarti "ilmu pengetahuan" yaitu ilmu pengetahuan tentang jiwa yang biasa disingkat dengan "ilmu jiwa".[1]
Dari segi terminology, para ilmuan berbeda pendapat dalam mengartikan psikologi ini. Salah satu di antaranya yaitu  yang di kemukakan oleh Branca "General psychology is the starting place and the core of the study of human behavior".[2] Dari apa yang dikemukakan oleh Branca tersebut saya pahami bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia. Namun tidak berarti bahwa hewan tidak masuk karena ada juga beberapa ekspeirmen tentang tingkah laku binatang. Hanya saja kami akan fokus untuk membahas tingkah laku manusia dan bagaimana perkembangan mereka kemajuan mereka, terutama aktivitasnya dalam hal ini psikologi manusia yang akan kami kaitkan dengan al-Qur’an dan sunnah dalam agama islam.
Ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang sangat erat kaitannya dengan psikologi dan begitu pula dengan hadis Nabi atau Sunnah beliau tentang psikologi ini. Dan marilah kita melihat pembahasan selanjutnya.

B.  AYAT TENTANG PSIKOLOGI
Jika berbicara masalah psikologi khususnya pada manusia, Sebagaimana yang kami ungkapkan tadi bahwa ada banyak ayat yang sangat erat hubungannya dengan psikologi dalam hal ini sesuai dengan tema yang akan kami bahas yaitu manusia sebagai pengembang psikologi maka untuk memulai pembahsan ini, kami akan mengungkapkan salah dari ayat-ayat psikologi yang kami maksud seperti dalam Q.S. al Baqarah/2 : 30, Allah SWT berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (30)
Terjemahanny : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".[3]

1.    Analisis Mikro Struktur dan Klausa Ayat
{ إِذْ } من الظروف الموضوعة للتوقيت ، وهي للمستقبل.[4]
Huruf  إِذْ merupakan salah satu dari huruf dzaraf yang menunjukkan kepada perencanaan ke waktu yang akan datang dalam hal ini sesuatu yang dikerjakan pada saat sekarang dan diketahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dan begitupula dengan ulama yang lain mengatakan :
وقال المبرّد : هي مع المستقبل للمضيّ ، ومع الماضي للاستقبال.[5]  
Al Mubarrad mengatakan Huruf  إِذْ menunjukkan kejadian pada waktu yang akan datang yang tapi hasilnya sudah terjadi pada masa lampau atau kejadian pada masa lampau yang mengarah perencanaan kepada masa depan sebagaimana pada sebelumnya. Kami lanjutkan membahas kata berikutnya yaitu قَالَ رَبُّكَ ِ yang terdiri dari fi’il (قَال), fa’il(رَبُّ), dalam hal ini pelaku yang terlibat dalam ayat itu adalah Tuhan yaitu Allah. Dan tentunya ada yang menjadi lawan bicara dalam ayat ini yaitu  للملائكة : جمع ملَكَ بوزن فَعَل[6]  sekelompok malaikat, dan pertanyaan selanjutnya adalah apa yang dibicarakan Allah kepada malaikat tersebut.?
Lanjutan ayat dikatakan إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi
Bahwa kata جَاعِلٌ dari kata  جعل yaitu kata yang membutuhkan 2 objek, dan al Matruziy menyebutkan yang dimaksud dengan جعل  dalm ayat ini yaitu خالق yang hanya butuh 1 objek saja yaitu الخليفة. [7]
والخليفة هنا معناه : الخالف لمن كان قبله من الملائكة ، ويجوز أن يكون بمعنى المخلوف ، أي : يخلفه غيره قيل : هو آدم . [8]
Dan yang dimaksudkan dengan khalifah pada ayat tersebut, ada yang mengatakan bahwa dia adalah Adam A.S, jika dikaitkan dengan ayat lain, yaitu dalam QS. Al-Fathir/35 : 39  :
{ هو الذي جعلكم خلائف في الأرض } جمع خليفة أي يخلف بعضكم بعضا.[9]
Meskipun pada ayat dia atas ada yang menafsirkan bahwa khalifah yang dimaksudkan adah Adam, tapi saya melihat pada ayat ini bahwa khalifah yang dibicarakan dalam al Qur’an yaitu semua umat manusia yang ada dimuka bumi ini. Sebagaimana dalam hadis nabi saw :
...عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما  : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ( كلكم راع ومسؤول عن رعيته فالإمام راع وهو مسؤول عن رعيته والرجل في أهله راع وهو مسؤول عن رعيته والمرأة في بيت زوجها راعية وهي مسؤولة عن رعيتها والخادم في مال سيده راع وهو مسؤول عن رعيته   [10] (
Makna yang terkandung dalam hadis di atas menyebutkan bahwa setiap manusia itu adalah pemimpin. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa khilafah juga merupakan sinonim istilah imamah, yakni kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan agama dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW.[11] Jadi, objek pembahasan dalam tema kami ini yaitu manusia secara umumnya, sebagaimana dalam judul tentang psikologi yaitu yang menjadi objek kajiannya yaitu manusia juga.
وأما قولهم : { أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا ويسفك الدماء } فظاهره أنهم استنكروا استخلاف بني آدم في الأرض ، لكونهم مظنة للإفساد في الأرض ،[12]
Ucapan pertanyaan yang dilontarkan malaikat dalam ayat ini bahwasannya mereka tidak tahu bagaimana kekhalifaan bani Adam dalam hal ini manusia di ats bumi nantinya, mereka menyangka manusia itu akan membuat kerusakan di atas muka bumi ini. Konsep pertanyaan ini dilihat dari bentuk kata أَتَجْعَلُ yaitu berasal dari kata جعل yang berimbuhan أ yaitu huruf istifham yang setara dengan huruf هل yang berarti apakah.
Orang yang bertanya, ada yang menguji dan ada juga yang memang tidak tahu. Mana mungkin malaikat itu hendak menguji Tuhannya, dalam hal ini mereka betul-betul tidak tahu apa yang Allah rencanakan.
Sebagian mufassir mengatakan bahwa dalam ayat itu ada kata yang terbuang sebgaimana dalam kalimat di atas إني جاعل في الأرض خليفة يفعل كذا وكذا yaitu untuk melakukan sesuatu, jadi inilah tabi’at manusia diciptakan memang untuk berperilaku atau beraktivitas, [13] bukankah hal berperilaku ini dibahas dalam psikologi ? pastinya “ya” sebagaimana dalam devenisi yang kami kemukakan. Dan marilah kita ikuti penjelasan lebih lanjut !
وقوله : { يُفْسِدُ } قائم مقام المفعول الثاني . والفساد ضدّ الصلاح .[14]
Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyya dalam mu’jam maqayis al lughahnya mengatakan :
Kata فسد yaitu melakukan kerusakan dan yang dikatakan oleh ­al Syauqani yaitu lawan dari memperbaiki yaitu merusak. [15] Dan inilah yang diragukan oleh para malaikat bahwa kehadiran manusia itu di bumi untuk merusak apa yang telah diciptakan oleh Allah di bumi. Maka wajar saja Allah berfirman dalam ayat lain yaitu dalam Q.S. al a’raf/ 7 : 56 yang berbunyi :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا...
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya...”
Maksud dari pembahsan kami yaitu ada sekelompok manusia yang nantinya akan berbuat kerusakan di muka bumi ini dan inilah yang ditekankan oleh Allah untuk tidak melaksanakannya. Dan apa lagi yang akan dikerjakan oleh manusia itu ? penjelasan ayat selanjutnya adalah :
وسفك الدم : صبه ، قاله ابن فارس ، والجوهري ، ولا يستعمل السفك إلا في الدم . وواحد الدماء : دم ، وأصله دمى حذف لامه ،[16]
Ibn faris dan al Jauhariy menyebutkan kata سفك tidak digunakan dalam kalimat lain kecuali yang berhubungan dengan darah dalam hal ini “menumpahkan atau mengalirkan darah”, bisa saja mereka melukai temannya yang lain bahkan sampai membunuhnya.
وجملة : { ونحن نسبح بحمدك } حالية . والتسبيح في كلام العرب : التنزيه ، والتبعيد من السوء على وجه التعظيم[17]. والتقديس : التطهير ، أي : ونطهرك عما لا يليق بك مما نسبه إليك الملحدون ، وافتراه الجاحدون .
Sementara perbandingan aktivitas manusia dan mereka (malaikat) yaitu manusia merusak atau membunuh dan malaikat senantiasa bertasbih mengagungkan Allah, mensucikan, beribadah dan menyembah-Nya. [18] Wajar saja kalau mereka bertanya tentang hal ini dan menurut saya makna kalimat atau klausa dalam ayat ini mengandung unsur protes dari malaikat kepada Allah. Dan lanjutan ayat dikatakan :
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُون..
Hanya jawaban inilah yang dilontarkan Allah kepada malaikat. Dan dari sini juga dipahami bahwasannya Allah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya setelah menciptakan manusia yaitu tahu akan keadaan masa yang akan datang.

2.    Munasabah Ayat
a.    Munasabah dengan ayat sebelumya :
Pada ayat sebelumnya yaitu Q.S. al Baqarah/2 : 29, Allah berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
Terjemahannya : "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."[19]
Pada ayat ini (Q.S. al Baqarah/2 : 29), sayyid Quthub memahaminya bahwa "Allah menciptakan manusia dengan tugas yang sangat mulia yaitu untuk menjadi penggantinya di bumi dalam rangka menjaga dan memelihara apa yang ada di bumi"[20] sementara pada ayat 30 yang lalu etlah nampak jelas dalam ayat itu bahwasannya Allah betul-betul hendak menciptakan penjaga di bumi ini, maka di atas namakanlah penjaga bumi tersebut dengan khlifah yang menggantikan tuhan untuk memelihara bumi.
Kandungan ayat (Q.S. al Baqarah/2 : 30) sama dengan ayat-ayat sebelumnya, Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa di samping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah di bumi. Dalam penciptaan manusia itu mengandung hikmah dan rahasia yang diungkap dalam bentuk dialog dan musyawarah sebelum melakukan penciptaan.[21]
b.    Munasabah dengan ayat sesudahnya
Dalam hal ini Q.S. al Baqarah/2 : 31, Allah swt berfirman :
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
Terjemahannya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"[22]
Kalau dalam ayat 30 dijelaskan tentang adanya kalifah yang akan diciptakan Allah sebagai penggantinya untuk memelihara bumi ini "ba'da islahiha", maka ayat ini (Q.S. al Baqarah/2 : 31) datang dan menjelaskan maksud dari ayat 30 ini yaitu tugas kahlifah ini akan dipercayakan kepada semua manusia yang akan hadir di bumi, dan langkah pertamanya yaitu diciptakanlah seorang manusia pertama yang diberi nama "Adam", lalu di perkenalkanlah, diajarkanlah tentang benda-benda seluruhnya yang ada di bumi, dan kita sebagai anak cucu Adam mestinya melanjutkan tugas mulia tersebut.

3.    Asbabun Nuzul:
Tidak ada.[23]
4.    Penjelasan Umum Tentang Pemahaman Ayat
Psikologi membahas tentang perilaku manusia normal secara umumnya, menurut teori psikologi pada dasarnya manusia itu lahir dalam keadaan suci bagaikan kertas putih tanpa coretan, hanya saja manusia itulah yang memilih untuk membuat kertas itu menjadi tercoret dan bahkan menjadi kotor.
Psikologi ini mengkaji dan meneliti tingkah laku manusia yang sangat berpengaruh kepada jiwa mereka karena faktor eksogen seperti lingkungan dan endogen yaitu factor bawaan mulai sejak kelahiran dalam hal ini factor keturunan.[24]
Hakikat Penciptaan Manusia, Secara idealnya, penciptaan manusia adalah sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an surat al-Tin yang artinya “Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya”. Yaitu dalam bentuk yang paling serasi dan kepribadian yang paling sempurna. Oleh sebab itu, secara fitrah, manusia adalah makhluk yang jauh dari egoisme, dengan hati yang peka dalam berkasih sayang, sebagaimana yang disaksikan pada diri anak-anak yang belum memiliki dosa. Fitrah itu sendiri berarti “belahan” yang berambil dari kata al-fathr. Dan dari kata ini pula muncul makna “penciptaan” atau “kejadian”. Maka fithrah manusia adalah kejadiannya sejak semuala atau bawaan manusia sejak lahirnya. Sementara itu, secara normative tujuan penciptaan manusia pada hakikatnya adalah sebagai al-Khalifah fi al-Ardl, sebagaimana yang diungkapkan dalam al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 30) sebagaimana ayat di atas.
Tabiat manusia tersebut merupakan bagian dari potensi (faal hamaha) yang terdapat dalam diri manusia, ia dapat menjadi positif ataupun negatif (fujur dan taqwaha) tergantung dari manusia untuk dapat mengendalikannya. Allah telah memberikan manusia potensi lain sebagai pengendali, yaitu akal, nurani dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang dapat mengarahkan dirinya kepada  fitrah (kebersihan sikap dan perilaku). Manusia menjadi berbeda dengan makhluq lain di dunia ini, karena fungsi akal yang dimilikinya. Bahkan manusia akan lebih ‘Alim (mengerti maksud firman Tuhan) dengan Malaikat, karena akal yang dipunyainya. Dan apabila akal tidak dimanfaatkan dengan benar, justru akan menimbulkan kekacauan dan ketegangan antar manusia. Ketegangan dan kekacauan ini muncul, lantaran pikiran dan perasaan seseorang, ditunggangi oleh kepentingan yang selalu muncul dalam diri manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum, Ed. V; Yogyakarta: C.V Andi Opset.
Al-Syauqaniy, Muhammad  bin Ali. , tanpa tahun. Fath al-Qadir al-Jami’u baina fanni al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘ilm al-tafsir. Juz 1; tanpa tempat terbit; tanpa penerbit.
Al-Mahalliy, Jalaluddin muhammad bin ahmad, dan jalaluddin Abdul rahman bin abu bakar Al-Suyuthi. tanpa tahun. Tafsir Jalalain. Juz 1; Surabaya : al-Hidayah,
Al-Bukhariy Al-Ja'fiya, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah. 1407-1987. Lijami'i Ash-Shahih Al-Mukhtashar (Shahih al-Bukhariy), Juz 2 ; Bairut- Libanon; dar Ibn Katsir : -Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1997.  Ensiklopedi islam. Cet. IV; Jakarta ; PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve.
Gassing HT, A. Qadir. 2009. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Cet II ; Makassar : Alauddin Press
Http://suryaningsih.wordpress.com ; 2007; 09 ; 07 ; prasangka-baik/
Quthub, Sayyid. Tanpa tahun. Fi dsilal al Qur'an.  Jilid 1; tanpa tempat ; Mauqi' al Tafasir.
al-Maraghy, Musthafa, 1988. Tafsir al-Maraghiy. Juz XV; Semarang ; Toha Putra.
Departemen Agama RI, 2005. Al Qur'an dan Terjemahannya. Bandung ; CV Penerbit J-Art.
Faris bin Zakariyya, Abu Husain Ahmad bin. 1979 M-1399 H.  Maqayis Lughah, Juz 4 ;  Lebanon ; Dar al-Fikri.
Al-Wahidi, Abu Al-Hasan bin  Ahmad, 1968. Asbabun Nuzul. Mesir: Musthafa Al-Bab Al-Halabi.




dosen pembimbing Muhsin Mahfuds, M.Th.I.
* * Penulis; Mahasiswa Tafsir Hadis Khusus, semester 5,program S1 fakultas ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, angkatan 2008-2012.

[1] Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Ed. V; Yogyakarta: C.V Andi Opset, 1980), h. 1.
[2] Ibid., h. 40.
[3] Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung ; CV Penerbit J-Art; 2005), h. 7
[4]  Muhammad  bin Ali Al-Syauqaniy, Fath al-Qadir al-Jami’u baina fanni al-Riwayah wa al-Dirayah min ‘ilm al-tafsir.(juz 1, tanpa tahun dan tenpat terbit), h. 67.
[5] Ibid,. h.67.
[6] Ibid,. h.67.
[7] Ibid,. h.67.
[8] Ibid,. h.67.
[9] Lihat, jalaluddin muhammad bin ahmad Al-Mahalliy, dan jalaluddin Abdul rahman bin abu bakar Al-Suyuthi. Tafsir Jalalain, (juz 1, Surabaya : al-Hidayah, tanpa tahun ), halaman 577.
[10] Lihat, Muhammad bin Ismail Abu Abdullah Al-Bukhariy Al-Ja'fiya, Lijami'i Ash-Shahih Al-Mukhtashar (Shahih al-Bukhariy) (Juz 2, Bab tentang Al Hadsr min Al-Ghadab, (Ath-Thab'ah yang ketiga dar Ibn Katsir : Bairut -Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Bairut- Libanon, 1407-1987) , n. 2278, h. 848
[11] Lihat, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi islam, (cet. IV, jilid 5. Jakarta ; PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997). Hal. 50..
[12] Muhammad  bin Ali Al-Syauqaniy, loc. Cit.
[13] Ibid,. h. 67.
[14] Ibid,. h.67.
[15] Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyya,  Maqayis Lughah, (juz 4, Lebanon ; Dar al-Fikri, 1979 M-1399 H), h. 401.
[16] Muhammad  bin Ali Al-Syauqaniy, loc. Cit.
[17] Ibid,. h. 67.
[18] Ibid,. h. 68.
[19] Departemen Agama RI, op-cit., h.6
[20] Sayyid Quthub, Fi dsilal al Qur'an, (jild 1, tanpa tempat ; Mauqi' al Tafasir : tanpa tahun), h. 26.
[21] Musthafa al-Maraghy, Tafsir al-Maraghiy, Juz XV, Semarang: Toha Putra, 1988, hlm. 131.
[22] Departemen Agama RI, Op-Cit., h. 7
[23] Lihat, Abu Al-Hasan bin  Ahmad Al-Wahidi,, 1968. Asbabun Nuzul. Mesir: Musthafa Al-Bab Al-Halabi.
[24] Prof. Dr, Bimo Walgito, op-cit., h. 52

Comments

BERITA TERBARU !!

Popular posts from this blog

BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )

CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS

download TAFSIR AL-NASAFIY

HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)

cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya

apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)

cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN

cara melakukan MUNASABAH AYAT

QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )

kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN