MANUSIA
SEBAGAI PENGEMBANG PSIKOLOGI
by : ZAHARUDDIN
MANUSIA SEBAGAI PENGEMBANG PSIKOLOGI
A. PENGERTIAN
Dalam
tema ini, ada dua hal yang sangat penting kita kita bahas selama pembahasan
tema kami ini, yaitu bagaimana psikologi manusia normal dan tanggapan agama (al
Qur'an dan al Sunnah) dalam hal ini agama islam akan psikologi manusia.
Pengertian
psikologi secara etimolgi berasal dari perkataan psyche yang diartikan
"jiwa" dan logos berarti "ilmu pengetahuan"
yaitu ilmu pengetahuan tentang jiwa yang biasa disingkat dengan "ilmu
jiwa".
Dari
segi terminology, para ilmuan berbeda pendapat dalam mengartikan psikologi ini.
Salah satu di antaranya yaitu yang di
kemukakan oleh Branca "General psychology is the starting place and the
core of the study of human behavior". Dari
apa yang dikemukakan oleh Branca tersebut saya pahami bahwa psikologi merupakan
ilmu tentang perilaku manusia. Namun tidak berarti bahwa hewan tidak masuk
karena ada juga beberapa ekspeirmen tentang tingkah laku binatang. Hanya saja
kami akan fokus untuk membahas tingkah laku manusia dan bagaimana perkembangan
mereka kemajuan mereka, terutama aktivitasnya dalam hal ini psikologi manusia
yang akan kami kaitkan dengan al-Qur’an dan sunnah dalam agama islam.
Ada
beberapa ayat dalam al-Qur’an yang sangat erat kaitannya dengan psikologi dan
begitu pula dengan hadis Nabi atau Sunnah beliau tentang psikologi ini. Dan
marilah kita melihat pembahasan selanjutnya.
B. AYAT TENTANG
PSIKOLOGI
Jika
berbicara masalah psikologi khususnya pada manusia, Sebagaimana yang kami
ungkapkan tadi bahwa ada banyak ayat yang sangat erat hubungannya dengan
psikologi dalam hal ini sesuai dengan tema yang akan kami bahas yaitu manusia
sebagai pengembang psikologi maka untuk memulai pembahsan ini, kami akan
mengungkapkan salah dari ayat-ayat psikologi yang kami maksud seperti dalam Q.S.
al Baqarah/2 : 30, Allah SWT berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (30)
Terjemahanny : Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
1.
Analisis Mikro Struktur dan Klausa Ayat
{ إِذْ } من الظروف
الموضوعة للتوقيت ، وهي للمستقبل.
Huruf إِذْ merupakan salah satu dari huruf dzaraf yang menunjukkan kepada perencanaan
ke waktu yang akan datang dalam hal ini sesuatu yang dikerjakan pada saat
sekarang dan diketahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dan
begitupula dengan ulama yang lain mengatakan :
وقال المبرّد : هي مع المستقبل للمضيّ ، ومع
الماضي للاستقبال.
Al Mubarrad mengatakan Huruf إِذْ menunjukkan kejadian pada waktu yang akan datang yang
tapi hasilnya sudah terjadi pada masa lampau atau kejadian pada masa lampau
yang mengarah perencanaan kepada masa depan sebagaimana pada sebelumnya. Kami lanjutkan membahas kata berikutnya yaitu قَالَ رَبُّكَ ِ yang terdiri dari fi’il (قَال), fa’il(رَبُّ), dalam hal ini pelaku
yang terlibat dalam ayat itu adalah Tuhan yaitu Allah. Dan tentunya ada yang
menjadi lawan bicara dalam ayat ini yaitu للملائكة : جمع ملَكَ بوزن
فَعَل sekelompok
malaikat, dan pertanyaan selanjutnya adalah apa yang dibicarakan Allah kepada
malaikat tersebut.?
Lanjutan ayat
dikatakan إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الأرْضِ خَلِيفَةً “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”
Bahwa kata جَاعِلٌ dari kata
جعل yaitu kata yang membutuhkan 2 objek, dan al Matruziy
menyebutkan yang dimaksud dengan جعل dalm ayat ini yaitu خالق yang hanya butuh 1 objek saja yaitu الخليفة.
والخليفة هنا معناه : الخالف لمن كان قبله
من الملائكة ، ويجوز أن يكون بمعنى المخلوف ، أي : يخلفه غيره قيل : هو آدم .
Dan yang dimaksudkan dengan
khalifah pada ayat tersebut, ada yang mengatakan bahwa dia adalah
Adam A.S, jika dikaitkan dengan ayat lain, yaitu dalam QS. Al-Fathir/35 : 39 :
{ هو الذي جعلكم خلائف في الأرض } جمع خليفة أي يخلف بعضكم بعضا.
Meskipun pada ayat dia atas ada yang menafsirkan bahwa
khalifah yang dimaksudkan adah Adam, tapi saya
melihat pada ayat ini bahwa khalifah yang dibicarakan dalam al Qur’an
yaitu semua umat manusia yang ada dimuka bumi ini. Sebagaimana dalam hadis nabi
saw :
...عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول ( كلكم راع ومسؤول عن رعيته
فالإمام راع وهو مسؤول عن رعيته والرجل في أهله راع وهو مسؤول عن رعيته والمرأة في
بيت زوجها راعية وهي مسؤولة عن رعيتها والخادم في مال سيده راع وهو مسؤول عن رعيته
(
Makna yang terkandung dalam hadis di atas menyebutkan bahwa setiap
manusia itu adalah pemimpin. Ibnu Khaldun mengatakan bahwa khilafah
juga merupakan sinonim istilah imamah, yakni kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan agama dan urusan dunia
sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW.
Jadi, objek pembahasan dalam tema kami ini yaitu manusia secara umumnya, sebagaimana
dalam judul tentang psikologi yaitu yang menjadi objek kajiannya yaitu manusia
juga.
وأما قولهم : { أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن
يُفْسِدُ فِيهَا ويسفك الدماء } فظاهره أنهم استنكروا استخلاف بني آدم في الأرض ،
لكونهم مظنة للإفساد في الأرض ،
Ucapan pertanyaan yang dilontarkan malaikat dalam ayat
ini bahwasannya mereka tidak tahu bagaimana kekhalifaan bani Adam dalam
hal ini manusia di ats bumi nantinya, mereka menyangka manusia itu akan membuat kerusakan di atas muka bumi ini. Konsep
pertanyaan ini dilihat dari bentuk kata أَتَجْعَلُ yaitu berasal dari kata جعل
yang berimbuhan أ yaitu huruf istifham yang setara dengan huruf هل
yang berarti apakah.
Orang yang bertanya, ada yang menguji dan ada juga yang memang tidak
tahu. Mana mungkin malaikat itu hendak menguji Tuhannya, dalam hal ini mereka
betul-betul tidak tahu apa yang Allah rencanakan.
Sebagian mufassir mengatakan
bahwa dalam ayat itu ada kata yang terbuang sebgaimana dalam kalimat di atas إني جاعل في الأرض خليفة يفعل كذا وكذا
yaitu untuk melakukan
sesuatu, jadi inilah tabi’at
manusia diciptakan memang untuk berperilaku atau beraktivitas,
bukankah hal berperilaku ini dibahas dalam psikologi ? pastinya
“ya” sebagaimana dalam devenisi yang kami kemukakan. Dan marilah kita ikuti
penjelasan lebih lanjut !
وقوله : { يُفْسِدُ } قائم مقام المفعول
الثاني . والفساد ضدّ الصلاح .
Abu Husain Ahmad bin Faris
bin Zakariyya dalam mu’jam
maqayis al lughahnya mengatakan :
Kata فسد
yaitu melakukan
kerusakan dan yang dikatakan oleh al Syauqani yaitu lawan dari memperbaiki yaitu merusak.
Dan inilah yang
diragukan oleh para malaikat bahwa kehadiran manusia itu di bumi untuk merusak
apa yang telah diciptakan oleh Allah di bumi. Maka wajar saja Allah berfirman
dalam ayat lain yaitu dalam Q.S. al a’raf/ 7 : 56 yang berbunyi :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ
إِصْلَاحِهَا...
“Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya...”
Maksud dari pembahsan kami yaitu ada sekelompok manusia
yang nantinya akan berbuat kerusakan di muka bumi ini dan inilah yang ditekankan oleh Allah
untuk tidak melaksanakannya. Dan apa lagi yang akan dikerjakan oleh manusia itu
? penjelasan ayat selanjutnya adalah :
وسفك الدم : صبه ، قاله ابن فارس ، والجوهري
، ولا يستعمل السفك إلا في الدم . وواحد الدماء : دم ، وأصله دمى حذف لامه ،
Ibn faris dan al Jauhariy menyebutkan kata سفك
tidak digunakan dalam
kalimat lain kecuali yang berhubungan dengan
darah dalam hal ini “menumpahkan atau mengalirkan darah”, bisa saja mereka
melukai temannya yang lain bahkan sampai membunuhnya.
وجملة : { ونحن نسبح بحمدك } حالية .
والتسبيح في كلام العرب : التنزيه ، والتبعيد من السوء على وجه التعظيم. والتقديس : التطهير ، أي : ونطهرك عما لا
يليق بك مما نسبه إليك الملحدون ، وافتراه الجاحدون .
Sementara perbandingan aktivitas
manusia dan mereka (malaikat) yaitu manusia merusak atau membunuh dan malaikat
senantiasa bertasbih mengagungkan Allah, mensucikan, beribadah dan
menyembah-Nya.
Wajar saja kalau mereka bertanya tentang hal ini dan menurut saya makna kalimat
atau klausa dalam ayat ini mengandung unsur protes dari malaikat kepada Allah.
Dan lanjutan ayat dikatakan :
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُون..
Hanya jawaban inilah yang
dilontarkan Allah kepada malaikat. Dan dari sini juga dipahami bahwasannya
Allah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya setelah menciptakan manusia yaitu
tahu akan keadaan masa yang akan datang.
2. Munasabah Ayat
a.
Munasabah dengan ayat sebelumya :
Pada ayat sebelumnya yaitu Q.S. al Baqarah/2 : 29,
Allah berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
Terjemahannya : "Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu."
Pada ayat ini (Q.S. al Baqarah/2 : 29), sayyid
Quthub memahaminya bahwa "Allah menciptakan manusia dengan tugas yang
sangat mulia yaitu untuk menjadi penggantinya di bumi dalam rangka menjaga dan
memelihara apa yang ada di bumi" sementara
pada ayat 30 yang lalu etlah nampak jelas dalam ayat itu bahwasannya Allah
betul-betul hendak menciptakan penjaga di bumi ini, maka di atas namakanlah
penjaga bumi tersebut dengan khlifah yang menggantikan tuhan untuk
memelihara bumi.
Kandungan ayat (Q.S.
al Baqarah/2 : 30) sama dengan ayat-ayat
sebelumnya, Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa di
samping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta
serta berfungsi sebagai khalifah Allah di bumi. Dalam penciptaan manusia itu
mengandung hikmah dan rahasia yang diungkap dalam
bentuk dialog dan musyawarah sebelum melakukan penciptaan.
b.
Munasabah dengan ayat sesudahnya
Dalam hal ini Q.S. al Baqarah/2 : 31, Allah swt
berfirman :
وَعَلَّمَ آَدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ
عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
Terjemahannya : Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!"
Kalau dalam ayat 30 dijelaskan tentang adanya kalifah yang akan
diciptakan Allah sebagai penggantinya untuk memelihara bumi ini "ba'da
islahiha", maka ayat ini (Q.S. al Baqarah/2 : 31) datang dan menjelaskan
maksud dari ayat 30 ini yaitu tugas kahlifah ini akan dipercayakan kepada semua
manusia yang akan hadir di bumi, dan langkah pertamanya yaitu diciptakanlah
seorang manusia pertama yang diberi nama "Adam", lalu di
perkenalkanlah, diajarkanlah tentang benda-benda seluruhnya yang ada di bumi,
dan kita sebagai anak cucu Adam mestinya melanjutkan tugas mulia tersebut.
3.
Asbabun Nuzul:
4. Penjelasan Umum
Tentang Pemahaman Ayat
Psikologi membahas tentang perilaku manusia normal
secara umumnya, menurut teori psikologi pada dasarnya manusia itu lahir dalam
keadaan suci bagaikan kertas putih tanpa coretan, hanya saja manusia itulah
yang memilih untuk membuat kertas itu menjadi tercoret dan bahkan menjadi
kotor.
Psikologi ini mengkaji dan meneliti tingkah laku
manusia yang sangat berpengaruh kepada jiwa mereka karena faktor eksogen
seperti lingkungan dan endogen yaitu factor bawaan mulai sejak kelahiran dalam
hal ini factor keturunan.
Hakikat Penciptaan Manusia, Secara idealnya, penciptaan manusia adalah
sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an surat al-Tin yang artinya “Sesungguhnya telah Kami
ciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya”. Yaitu dalam
bentuk yang paling serasi dan kepribadian yang paling sempurna. Oleh sebab itu,
secara fitrah, manusia adalah makhluk yang jauh dari egoisme, dengan hati yang
peka dalam berkasih sayang, sebagaimana yang disaksikan pada diri anak-anak
yang belum memiliki dosa. Fitrah itu sendiri berarti “belahan” yang berambil
dari kata al-fathr. Dan dari kata ini pula muncul makna “penciptaan” atau “kejadian”.
Maka fithrah manusia adalah kejadiannya sejak semuala atau bawaan manusia sejak
lahirnya. Sementara itu, secara normative tujuan penciptaan manusia pada
hakikatnya adalah sebagai al-Khalifah fi al-Ardl, sebagaimana yang diungkapkan
dalam al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 30) sebagaimana ayat di atas.
Tabiat manusia tersebut merupakan bagian dari potensi (faal hamaha)
yang terdapat dalam diri manusia, ia dapat menjadi positif ataupun negatif (fujur
dan taqwaha) tergantung dari manusia untuk dapat mengendalikannya. Allah
telah memberikan manusia potensi lain sebagai pengendali, yaitu akal, nurani
dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang dapat mengarahkan dirinya
kepada fitrah (kebersihan sikap dan perilaku). Manusia menjadi
berbeda dengan makhluq lain di dunia ini, karena fungsi akal yang dimilikinya.
Bahkan manusia akan lebih ‘Alim (mengerti maksud firman Tuhan) dengan Malaikat,
karena akal yang dipunyainya. Dan apabila
akal tidak dimanfaatkan dengan benar, justru akan menimbulkan kekacauan dan
ketegangan antar manusia. Ketegangan dan kekacauan ini muncul, lantaran pikiran
dan perasaan seseorang, ditunggangi oleh kepentingan yang selalu muncul dalam
diri manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment