FILSAFAT ILMU, Pengertian dan Objek Filsafat
- Get link
- X
- Other Apps
Filsafat pengetahuan (Theori of Knowledge Erkennistlehre, Kennesleer atau Epistimologi) sekitar abad ke-18. Pengetahuan berbeda dengan ilmu terutama dalam pemakiannya. Ilmu lebih menitik beratkan pada aspek teoritisasi dari sejumlah pengetahuan yang di peroleh dan dimiliki manusia, sedangkan pengetahuan tidak mensyaratkan teorisasi dan pengujian. Meskipun begitu pengetahuan adalah sejumlah informasi yang menjadi landasan awal bagi lahirnya Ilmu. Tanpa didahului oleh pengetahuan, ilmu tidak akan ada dan tidak mungkin lahir.[2]. Pada saat itu, Immanuel Kant menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara lengkap. Adanya kekaburan mengenai batas-batas antara ilmu yang satu dengan yang lain.[3] sebab mengapa dia mengatakan hal tersebut. Saat itulah, filsafat ilmu mulai menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan.
PENGERTIAN
DAN OBYEK TELAAH FILSAFAT ILMU
A.
Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang
dengan memberikan alternatifnya, di satu sisi kita berhadapan dengan kemajuan teknologi beserta dampak
negatifnya, perubahan demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya
kita akan semakin jauh dari tata nilai dan moral. Disisi lainnya apabila kita
berani menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhirnya kita akan
menjadi manusia terbelakang. Untuk itu kita berusaha untuk mengejar kemajuan
tersebut dengan segala upaya . Dengan semakin jauhnya kita dengan tata nilai
dan moral, akibatnya banyak ilmuan kehilangan bobot kebijaksanaannya. Dengan
demikian apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bersamaan itu pula
manusia kehilangan pendirian dan dihantui kebingungan dan keraguan (skeptis).
Tinggal menunggu malapetaka datang menghancurkan kehidupan manusia.
Mengingat hal tersebut, kita sangat memerlukan suatu ilmu yang
sifatnya memberikan pengarahan atau sence of direction. Dengan ilmu
tersebut manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang di dalamnya memuat
nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Hanya filsafat ilmulah
yang dapat diharapkan mampu memberi perenungan tersebut. filsafat ilmu ini
merupakan cabang dari filsafat yang cakupan makna dan pembahasan di dalamnya
sangat luas dan multi-dimensional. Namun demikian, sebuah pengertian dan
pembahasan awal mesti diberikan sebagai karangka dasar agar kita tidak salah
dalam perjalanan memahami filsafat ilmu ini. Oleh karena itu pengertian/pembahasan
tersebut haruslah bersifat sederhana dan dapat dipahami secara baik sehingga
dapat dijadikan tempat pijakan awal dalam pembahasan materi-materi selanjutnya.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Berfilsafat adalah berfikir dengan sadar, yang mengandung pengertian
secara teliti dan teratur, sesuai dengan aturan-aturan dan hukum-hukum yang
ada. Berfikir secara filsafat harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang
ada pada alam semesta, tidak terpotong-potong. [1]
Dalam penyelidikan untuk mencari apakah filsafat/kebijaksanaan itu,
maka sampailah pada ilmu pengetahuan. Akan tetapi mengejar ilmu pengetahuan
(pengetahuan ilmiah) itu belumlah berfilsafat. Mencari kebijaksanaan itu lebih
tinggi, lebih mengasas dan lebih mendasar lagi. Dengan lain perkatan ilmu
pengetahuan (pengetahuan ilmiah) belum boleh disebut “filsafat atau
“kebijaksanaan”. Ini tidak selalu demikian halnya dahulu ilmu pengetahuan dan
fisafat dianggap sama saja, jadi sebenarnya hanya ada satu ilmu pengetahuan
pada waktu itu, yaitu: ilmu filsafat. Filsafat disebut juga “materscientiarum”
(induk ilmu pengetahuan). Hanya lama kelamaan diadakan diferensiasi atau
perincian tentang apa yang sungguh-sungguh termasuk filsafat dan apa yang harus
dimasukkan kedalam ilmu pengetahuan itu. Pada waktu sekarang filsafat dan ilmu
pengetahuan itu dibedakan dengan tegas. Jadi dengan demikian pertanyaan pokok
belumlah terjawab apakah filsafat itu? Apakah ilmu/kebijaksanaan itu?[2]
Defenisi filsafat ilmu terdiri dari dua kata, yaitu kata filsafat
dan kata ilmu. Masing-masing memiliki makna yang berbeda dan hakikat yang
berlainan. Kata filsafat berasal dari kata Yunani “filosofia”, yang
berasal dari kata filosofi yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut
juga berasal dari kata Yunani “philosopis” yang berasal dari kata kerja “philein”
yang berarti mencintai, atau “philia” yang berarti cinta, dan “sophia”
yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy
yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.[3]
Dari pengertian lain philosophia adalah seorang “pecinta
kebijaksanaan” kemudian “kebijaksanaan” ini sering diartikan “hikmah” (dalam
bahasa Arab yang berarti “ilmu”). Cinta artinya hasrat yang besar atau
yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran
sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filasafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Inilah arti secara mendasar dan
masih bersipat sederhana.[4]
Selanjutnya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa
Indonesia, menurut Harun Nasution bukan berasal dari bahasa Arab falsafah
dan bukan pula dari bahasa Barat Philosophy. Di sini dipertanyakan
tentang apakah fil diambil dari bahasa Barat dan safah dari bahasa Arab,
sehingga terjadi gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata falsafat. [5]
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari
bahasa Arab karena orang Arab lebih dahulu dating dan sekaligus mempengaruhi
bahasa Indonesia daripada orang dan Bahasa Inggris. Oleh karena itu dia
konsisten menggunakan kata falsafah, bukan filsafat. Buku-bukunya mengenai
“filsafat” ditulis dengan falsafah, seperti falsafah agama dan falsafah dan mistisme
dalam Islam.[6]
Dalam buku Filsafat Ilmu karangan Amsal Bahtiar telah diluruskan adanya
pengertian atau defenisi yang bermacam-macam itu terungkapkan juga oleh Sidi
Gazalba, bahwa para filosof mempunyai pengertian atau defenisi tentang filsafat
sendiri-sendiri. Sebagai contoh ia mengemukakan beberapa pengertian filsafat
menurut beberapa ahli, antara lain:
-
Plato, mengartikan bahwa filsafat tidaklah lain daripada pengetahuan
tentang segala yang ada.
-
Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelediki sebab dan
asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
-
Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala
pengetahuan dan pekerjaan.
-
Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre : ilmu dari ilmu-ilmu,
yakni ilmu yang umum yang menjadi dasar segala ilmu.[7]
Kemudian menurut
Karl Jaspers, Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki dan menentukan tujuan
terakhir serta makna terdalam dari relitas manusia.[8]
Dari beberapa
arti di atas kita dapat memahami filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu
ilmu meskipun bukan ilmu biasa yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran, Filsafat bolelah disebut sebagai suatu usaha untuk
berfikir radikal dan menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya. Hal yang membawa pada suatu
kesimpulan universal dan kenyataan particular atau khusus, dari hal yang
sederhana sampai yang terkompleks.[9]
Demikian beberapa pengertian tentang filsafat dari berbagai ahli.
Selanjutnya
pengertian Ilmu. Istilah ilmu diambil dari bahasa Arab; “alima, ya’lamu”,
‘ilman” yang berarti mengerti atau memahami benar-benar. Dalam bahasa
Inggris istilah ilmu berasal dari kata science, yang berasal dari bahasa
Latin scienta dari bentuk kata kerja scire, yang berarti
mempelajari dan mengetahui. Istilah ilmu dan sains menurut Mulyadhi Kartanegara
(2003:1) tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains
lebih terbatas pada bidang-bidang fisika atau inderawi, sedangkan ilmu
melampaui pada bidang-bidang nonfisika, seperti metafisika.[10]
Menurut The
Liang Gie (1996:88) ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode merupakan
satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia
yang dilaksanakan dengan metode tertentu yang akhirnya aktivitas metodis itu
menghasilkan pengetahuan ilmiah. Menurut W. Atmojo (1998:324) ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
dibidang (pengetahuan) itu. Kemudian menurut Sumarna (2006 : 153) Ilmu
dihasilkan dari pengetahuan ilmiah, yang berangkat dari perpaduan proses
berfikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris). Jadi proses berfikir
inilah yang membedakan antara ilmu dan pengetahuan. Kemudian pengertian “ilmu “, dalam kamus bahasa Indonesia ilmu
berarti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang pengetahuan itu. [11]
Orang-orang
yang memepelajari Bahasa arab mengalami sedikit kebingungan tatkala mengahdapi
kata “ilmu”. Dalam bahasa arab kata al-ilm berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata “ilmu”
dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Ilmu dalam
arti science itu hanya sebagian dari al-Ilm dalam bahasa Arab.
Karena itu kata science seharusnya diterjemahkan sain saja. Maksudnya
agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu
(sain) dengan kata al-ilm yang berarti kowlwgde.[12]
Andi Hakim
Nasution dalam bukunya Panduan berfikir dan meneliti secara ilmiah bagi remaja
mengemukakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang sudah ditata,[13]
Pengertian lain
ilmu juga suatu cara menemukan kenyatan-kenyataan yang dapat digunakan menerangkan
suatu masalah.[14]
Kemudian
Burhanuddin dalam buku pengantar filsafat mengemukakan bahwa ilmu pada
prinsifnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common
sence, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-sehari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat
dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.[15]
Selanjutnya
Bambang Marhiyanto dalam bukunya yang berjudul cara berfikir yang baik
mengemukakan bahwa sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dikembangkan secara
akal dapat dikatakan sebagai ilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, manusia dapat
menemukan berbagai hal yang bermanfaat bagi kepentingan ummat. Tanpa mempunyai
ilmu niscaya anda akan tertinggal jauh dengan keadaan jaman yang serba modern
ini. Adanya ilmu pengetahuan karena manusia mempunyai akal dan pikiran. Dari
pengalaman-pengalaman yang telah dialaminya itu lalu dikembangkan secara
akalnya, lalu dipikirkannya masak-masak dan terciptalah ilmu pengetahuan yang
baru.[16]
Dari berbagai
pengertian di atas antara filsafat dan ilmu maka akan digabungkan kata filsafat
dan ilmu menjadi “filsafat ilmu” sehingga kita bisa menemukan pengertian secara sederhana walaupun merumuskan
pengertian atau defenisi tertentu tidaklah mudah, begitu juga defenisi filsafat
ilmu. Beberapa ahli telah memberikan defenisi tentang filsafat ilmu ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
-
Michael
V. Berry, filsafat ilmu adalah “the study of the inner logic of scientific
theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific
method.” Menurut Berry filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika intern
dan teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah. Bagi Barry filsafat ilmu adalah ilmu yang dipakai untuk
menelaah tentang logika, teori-teori ilmiah, serta upaya pelaksanaannya untuk
menghasilkan suatu metode atau teori ilmiyah. Dalam ilmu filsafat, logika
termasuk bagian ilmu yang dianggap berat dan sulit, perlu latihan dan pemahaman
yang serius agar seseorang dapat memahami logika secara baik dan sempurna. [17]
-
May
Brodbeck, ia memberikan defenisi filsafat sebagai: “the ethically and
philosophically neutral analysis, desciptoin and clarification of the
foundations of science”. Filsafat ilmu bagi Brodbeck adalah suatu analisis
netral yang secara etis dan falsafi, pelukisan dan penjelasan mengenai
landasan-landasan ilmu. Bagi Brodback, ilmu itui harus bisa menganalisis, etis,
dan filosofis, sehingga ilmu itu dapat dimanfaatkan secara benar dan relevan.[18]
-
Lewis
White Beck, filsafat ilmu adalah ilmu yang mempertanyakan dan menilai
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai-nilai dan
pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
-
Menurut
Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Filasafat ilmu erat kaitannya dengan filasafat pengetahuan atau epistemologi,
yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman
manusia, juga mengenai logika dan metodologi.[19]
Setelah
dipahami pengertian filsafat dan ilmu, dan filsafat ilmu maka dapat disimpulkan
bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu,
sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan dalam landasan
ontologis, epistemologis dan aksiologis.
C.
Obyek
Telaah Filsafat Imu
Isi filsafat ditentukan oleh obyek yang dipikirkan. Obyek adalah
sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu penelaan atau penelitian
tentang pengetahuan. Dan setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai obyek, baik
obyek yang bersifat materiil maupun obyek formal. Obyek yang dipikirkan oleh
filosof adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Obyek yang
diselidiki oleh filsafat ini meliputi obyek materiil dan obyek formal.[20]
Obyek materil
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia
adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek pormalnya adalah metode
untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan
deduktif. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memilki obyek material dan obyek formal.
Obyek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada
yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak
adalah alam metafisika. Sebagian filosofi membagi obyek material filsafat atas
tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan
yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang
yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.[21]
Beberapa
filosof memberikan pandangan tentang obyek filsafat tersebut, menurut Oemar
Amin Hoesin menulis tentang lapangan penyelidikan filsafat sebagai berikut:
“Oleh
karena manusia mempunyai pikiran atau akal yang aktif maka ia mempunyai
kecenderungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap
segala yang ada dan yang mungkin ada. Obyek sebagai tersebut di atas adalah
menjadi obyek materil filsafat”[22]
“Obyek formal filsafat tidak lain ialah mencari keterangan yang
sedalam-dalamnya tentang obyek materil filsafat ( segala sesuatu tang ada dan
mungkin ada)”.[23]
A.C. Ewing
dalam bukunya yang berjudul “The fundamental Questions of Philosophy” menulis
sebagai berikut:
“Pernyataan-pernyataan pokok filsafat ialah Truth (kebenaran),
Matte (materi), Mind(budi), the relation of Matter and Mind (hubungan materi
atau budi), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab), Fredoom
(kemerdekaan), Monism versus Pluraliusm (monism lawan Pluralisme) dan God
(Tuhan)”.[24]
menurut Poedjawijatna
(1980: 8) obyek materil filsafat ialah yang ada dan yang munkin ada. Obyek
filsafat materil ini meliputi segala dari keseluruhan ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu. Hampir senada dengan Podjawijatna, Mohammad Noor (1981: 12)
berpendapat bahwa obyek filsafat itu dibedakan atas obyek materil dan non
materil. Obyek materil mencakup segala sesuatu yang ada dan munkin ada, baik
materiil kongkret,fisik. Sedangkan obyek non material meliputi hal-hal yang
abstrak, dan psikis. [25]
Jadi dengan
melihat dari beberapa pendapat mengenai obyek filsafat ini dapat dipahami bahwa
obyek filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan kata lain, obyek filasafat
ini tak terbatas,yang dalam pandangan Louis O. Kattsoff dalam Burhanuddin Salam
(1988:39), bahwa lapangan kerja filsafat ini bukan main luasnya, yaitu meliputi
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin .diketahui
manusia. Begitu luasnya kajian atau obyek filsafat ini menyangkut hal-hal yang
fisik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik
ini juga meliputi alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah
manusia. Sedangkan hal-hal yang psikis atau nonfisik ini adala masalah Tuhan,
kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan, dan lainnya.
Tentang obyek
materil filasafat ini banyak yang sama dengan obyek materiil sains, namun
bedanya dalam dua hal, yaitu pertama, sains meyelidiki obyek materiil
yang empiris, sementara filsafat menyelidiki bagian obyek yang abstarak. Kedua,
ada obyek materiil filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains,
seperti tuhan, hari akhir, yaitu obyek materiil yang selamanya tidak empiris.[26]
Obyek
pengetahuan sain (yaitu obyek-obyek yang diteliti sain) ialah semua obyek yang
empiris. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer,
1994:105) menyatakan bahwa obyek kajian sain hanyalah obyek yang berada dalam
ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman di sini adalah
pengalaman inderawi. Obyek kajian sain haruslah obyek-obyek yang empiris sebab
bukti-bukti yang harus ia temukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti
empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam
hipotesis.[27]
Perlu juga
ditambahkan bahwa munculnya garapan obyek materil dan formal filasafat ilmu ini
merupakan perkembangan dari pemikiran era abad 20 dimana lahirnya aliran-aliran
pemikiran yang bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian. Seperti rasionalisme,
empirisme dan lain-lain, diantara pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat suatu
limu pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang
diperoleh dari sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab sedangkan
prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.[28]
D.
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas penulis dapat
memberikan kesimpulan sederhana sebagai berikut:
a.
Filsafat
Ilmu merupakan cabang filasafat yang melakukan penelaahan mendalam terhadap
hakekat ilmu secara sistematis, sehingga mampu menjawab beberapa persoalan
dalam landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
b.
Obyek
telaah filsafat ilmu meliputi obyek materiil dan obyek formal dimana materiil
merupakan bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan) dan
formal adalah sudut pandang dari mana hal atau bahan tersebut dipandang dan
dianggap benar selama tidak merugikan kedudukan filsafat sebagai ilmu.
[4] M. Solihin, Perkembangan Pemikiran Filasafat dari Klasik Hingga Modern, (Cet. 1, Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 13.
[7] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 4.
[24] ibid., h. 64
- Get link
- X
- Other Apps
KATEGORI UMUM
MOTIVASI IBADAH = adalah situs MOTIVASI IBADAH terkait dengan aktifitas ibadah, semangat ibadah dan kajian ibadah lainnya
MOTIVASI OLAHRAGA = adalah situs OLAH RAGA terkait dengan aktifitas atau info Olah Raga, kegiatan olah raga, jenis olah raga baik domestik maupun international
MOTIVASI TRAVELING = adalah situs MOTIVASI TRAVELING terkait dengan Objek Wisata, Info Traveling, Domestik, International, Haji dan Umrah dan Kegiatan Traveling lainnya
MAKALAH TAFSIR HADIS = adalah situs ARTIKEL ILMIYAH terkait dengan kajian keagamaan, al-Qur'an dan Hadis dan kajian ibadah lainnya
GALERI BUNGA = adalah situs BISNIS dari motivasi ibadah sebagai SPONSOR UTAMA pembuatan semua situs yang terkait. Berisi produk bunga
FORTUNE FAMILY TV = adalah Chanel Youtube terkait dengan situs MOTIVASI IBADAH yang berisi video keluarga, tutorial, bisnis, kajian keagamaan, al-Qur'an dan Hadis dan kajian ibadah lainnya
BERITA TERBARU !!
-
-
EURO 2024 - Inggris Finalis tetap dikritik, Rodri Spanyol Pemain Terbaik - *FINALIS EURO 2024 - *Berbenturan antara timnas Spanyol vs Inggris dalam partai puncak Euro 2024 yang memberikan hasil 2 - 1 , Spanyol taklukkan Inggris me...4 months ago
-
Sudah Pernah Lihat KUPU KUPU RAKSASA ?, Wajib TONTON ! - Kupu kupu tidak hanya terlihat banyak di taman, ini yang paling istimewa, kenapa ? Ukurannya hingga 1 meter x 1 meter. Bisa terbangkan manusia di pundak...7 months ago
-
VIDEO - Penyaluran Zakat Langsung Ke Mustahik YATIM DHUAFA - Sanggar Tamarunang Makassar - VIDEO - Penyaluran Zakat Langsung Ke Mustahik YATIM DHUAFA - Sanggar Tamarunang MakassarSalah satu video saat penyaluran zakat sedekah langsung ke mustahiq...8 months ago
-
RONALDO DI LAUT MERAH 'Red Sea' - Salam Traveler Pariwisata viral yang di ulas kali dalam motivasi travel adalah 'Red Sea'. Uda tahu kan red sea itu ?? Atau mungkin sudah pernah ke sana, pa...8 months ago
-
KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS - *KRITERIA KEPALA NEGARA DALAM PERSPEKTIF HADIS* Pendahuluan latar belakang Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah dua sumber utama ajaran Islam. Oleh karena i...1 year ago
Popular posts from this blog
BIL MA'TSUR ( TAFSIR AYAT DENGAN AYAT )
download TAFSIR AL-NASAFIY
cara atau Kaedah al-Jarh Wa al-Ta’dil Serta Aplikasinya
CARA MELAKUKAN TAKHRIJ HADIS
HADIS TARBAWIY DAN AKHLAK (BERKURANGNYA IMAN KARENA MAKSIAT)
kaedah 'ATAF - AL-'ATFU DALAM AL-QUR'AN
cara TAMBAHAN - kaedah ZIYADAH DALAM AL-QUR'AN
apa contoh MUKJIZAT AL-QUR'AN (Pengertian dan Pembagiannya)
cara melakukan MUNASABAH AYAT
QAWAIDH AL-TAHDIS (Pengertian , Ruang Lingkup dan Urgensinya )
BACA JUGA - Link Pilihan
- GALERI BUNGA - Bunga Bambu, Produk Daerah Lokal Bernilai Tinggi
- GALERI BUNGA - Bunga Hias Ruang Tamu
- GALERI BUNGA - Bunga Lampu Hias-Home Dekor
- GALERI BUNGA - Bunga Trending, Bunga Lampu Hias
- GALERI BUNGA - TRENDING, Bunga Lampu Hias Home Decor
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Hadis Tarbawiy dan Akhlak-Berkurangnya iman karena Maksiat
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Cara Hidup Sehat
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Cara Melakukan Takhrij
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Kaedah Al-Jarh Wa Al-Ta'dil
- MAKALAH TAFSIR HADIS - Manusia Dalam Perspektif Al-Qur'an
- MOTIVASI IBADAH - Contoh Mukjizat Al- Qur'an
- MOTIVASI IBADAH - CORONA VIRUS COVID 19 dalam ibadah
- MOTIVASI IBADAH - Covid 19 dan Tantangan Pendidikan
- MOTIVASI IBADAH - Larangan Menyiksa Hewan
- MOTIVASI IBADAH - Sedekah Yang Dilarang
Comments
Post a Comment