Salam teman-teman, Postingan kali ini tentang memahami isi kandungan dari Al-Qur'an dengan menggunakan kaedah MUTLAQ dan MUQAYYAD, selain dari Munasabah ayat dan lain sebagainya dari postingan yang lalu, ternyata ada cara lain lagi bang untuk memahami makna ayat yang disampaikan oleh Allah kepada hanbanya.
Sekarang kita melihat Apa sih itu ......?
MUTLAQ dan MUQAYYAD
1. Pengertian
Mut}laq dan Muqayyad
a. Pengertian
Mut}laq
Kata mut}laq (مطلق) berasal
dari akar kata طلق yang terdiri dari huruf ط, ل dan قasal
keumuman hukumnya satu, yaitu menunjuk pada meninggalkan (membiarkan kosong)
dan menyuruh (dengan mengutus utusan).
Sedangkan pengertian
mut}laq menurut istilah para ulama adalah sebagai berikut:
1) Menurut
al-Amidi>,
sebagaimana yang dikutip oleh Mohammad Nor Ichwan, mut}laq adalah suatu
lafaz yang menujukkan atas dalil-dalil yang mencakup seluruh jenis.
2) Menurut ‘Abd
al-Rah}ma>>n bin Ju>dilla>h al-Bana>ni> al-Ma>liki>, sebagaimana
yang dikutip oleh Mohammad Nor Ichwan, mut}laq adalah suatu lafaz yang
menunjukkan kepada sesuatu yang maknanya tidak terikat oleh batasan tertentu.
3) Menurut Manna‘
al-Qat}t}a>n, mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan atas suatu
hakikat tanpa ada batas.
4) Menurut ‘Abd
al-Wahha>b Khala>f, mut}laq adalah lafaz yang menunjukkan kepada
satuan yang tidak dibatasi secara lafaz dengan batasan apa saja.
5) Menurut Muh}ammad
Jawad Mug}niyyah, sebagaimana yang dikutip oleh Romli SA, mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan
kepada sesuatu pengertian tanpa diikat oleh batasan tertentu.
6) Menurut Khalid
bin ‘Us\\ma>n, mut}laq adalah lafaz yang diterima untuk satuan yang
tidak ditetapkan gambaran hakikat sempurna untuk jenisnya.
Dari pengertian yang
dikemukakan oleh para ulama di atas, dapat ditarik satu benang merah bahwa yang
dimaksud dengan mut}laq adalah suatu lafaz yang menunjukkan kepada satu
satuan tertentu tetapi dan tidak memiliki pembatasan. Contohnya:
Terjemahnya: Dan
mereka yang menzhihar isterinya, kemudian menarik kembali apa yang mereka
ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Muja>dilah/ 58: 3)
Lafaz رقبة di dalam ayat di atas termasuk kategori mut}laq,
sebab tidak adanya batasan baik berupa sifat tertentu, atau keadaan yang
lainnya. Sehingga makna mudak yang
dimaksud mencakup budak yang beriman dan budak yang kafir.
b. Pengertian
Muqayyad
Kata muqayyad
(مقيد) berasal dari akar kata قيد terdiri dari huruf ق, ي dan د, yang berarti sesuatu yang dikenal atau diketahui. Istilah ini
kemudian digunakan untuk segala sesuatu yang terikat. Jadi pada wilayah ini, muqayyad
(sesuatu yang terikat) adalah antonim dari mutlak (sesuatu yang tidak terikat).
Sedangkan muqayyad
menurut istilah adalah sebagai berikut:
1) Menurut Kha>lid
bin ‘Us\ma>n, muqayyad adalah lafaz yang diberikan kepada sesuatu
yang telah ditentukan atau kepada sesuatu yang tida ditentukan yang disifatkan dengan perintah tambahan atas
hakikat yang melengkapi jenisnya.
2) Menurut
‘Abd al-Wahha>b Khala>f, muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan
kepada satuan yang dibatasi secara lafaz dengan batasan apa saja.
3) Menurut
Syaikh Khud}ari Beik, sebagaimana yang dikutip oleh Romli SA, muqayyad
adalah lafaz yang menunjukkan kepada suatu objek atau
beberapa objek (فرد atau أفراد) yang dibatasi oleh lafaz tertentu.
4) Menurut
Manna‘ al-Qat}t}a>n, muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan atas
suatu hakikat dengan adanya batasan.
Sebagai contoh ayat
Alquran sebagai berikut:
$tBur c%x. ?`ÏB÷sßJÏ9 br& @çFø)t $·ZÏB÷sãB wÎ) $\«sÜyz 4 `tBur @tFs% $·YÏB÷sãB $\«sÜyz ãÌóstGsù 7pt7s%u 7poYÏB÷sB ×ptÏur îpyJ¯=|¡B #n<Î) ÿ¾Ï&Î#÷dr& HwÎ) br& (#qè%£¢Át 4 bÎ*sù c%x. `ÏB BQöqs% 5irßtã öNä3©9 uqèdur ÑÆÏB÷sãB ãÌóstGsù 7pt6s%u 7poYÏB÷sB ( bÎ)ur c%2 `ÏB ¤Qöqs% öNà6oY÷t/ OßgoY÷t/ur ×,»sVÏiB ×ptÏsù îpyJ¯=|¡B #n<Î) ¾Ï&Î#÷dr& ãÌøtrBur 7pt6s%u 7poYÏB÷sB ( `yJsù öN©9 ôÉft ãP$uÅÁsù Èûøïtôgx© Èû÷üyèÎ/$tFtFãB Zpt/öqs? z`ÏiB «!$# 3 c%x.ur ª!$# $¸JÎ=tã $VJÅ6ym ÇÒËÈ
Terjemahnya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh
seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang beriman. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada
Allah. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Nisa>’/
4: 92)
Pada ayat di atas
terdapat beberapa lafaz yang muqayyad, yaitu:
1) Lafaz قتل (membunuh)
di-taqyid-kan dengan lafaz خطأ (karena
salah), sehingga kewajiban membayar kafarat hanya berlaku pada kasus pembunuhan
secara tidak sengaja atau lalai, bukan yang lainnya;
2) Lafaz رقبة (hamba
sahaya) di-taqyid-kan dengan lafaz مؤمنة (yang
beriman), sehingga budak yang selain mukmin tidak termasuk di dalamnya;
3) Lafaz دية
(denda) di-taqyid-kan dengan lafazمسلمة
(yang diserahkan).
Maksudnya denda itu harus diserahkan langsung kepada keluarga yang terbunuh.
2. Kaidah-Kaidah
Mut}laq dan Muqayyad dalam Pembahasan Tafsir
Di dalam kitab “Qawa>‘id
al-Tafsi>r Jam‘an wa Dira>sah” karya Kha>lid bin ‘Us\ma>n,
disebutkan empat macam kaidah yang berkenaan dengan mut}laq dan muqayyad,
yaitu:
أ-
الأصل ابقاء المطلق على اطلاقه حتى يرد
ما يقيده
ب-
المطلق يحمل على الكامل
ت-
اذا ورد على المطلق قيدان مختلفتان,
وأمكن ترجيح أحدهما على الأخر, وجب حمل المطلق على أرجحهما
ث-
الاء طلاق يقتضي المساوة
Artinya: a. Pada
asalnya yang mutlak di tetapkan atas kemutlakannya, hingga ada yang memuqayyadkannya;
b. Yang mut}laq itu mengantarkan pada
(makna) sempurna;
c. Apabila pada yang mut}laq terdapat dua taqyid
yang berbeda, dan memungkinkan mentarjih salah salah satu dari keduanya, maka
yang paling ra>jih} harus diambil;
d. Yang mutlak itu menetapkan persamaan.
Berikut
penjelasan kaidah-kaidah yang dimaksud:
a. Kaidah pertama
الأصل
ابقاء المطلق على اطلاقه حتى يرد ما يقيده
Artinya: Pada
asalnya yang mutlak ditetapkan atas kemutlakannya, hingga ada yang me-muqayyad-kannya.
Dari
kaidah di atas dipahami bahwa setiap lafaz yang dikehendaki oleh nas-nas mut}laq,
maka pengamalannya didasarkan pada kemutlakannya, kecuali terdapat dalil yang
menunjukkan muqayyad-nya. Misalnya:
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 `yJsù yÍky ãNä3YÏB tök¤¶9$# çmôJÝÁuù=sù ( `tBur tb$2 $³ÒÍsD ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& 3 ßÌã ª!$# ãNà6Î/ tó¡ãø9$# wur ßÌã ãNà6Î/ uô£ãèø9$# (#qè=ÏJò6çGÏ9ur no£Ïèø9$# (#rçÉi9x6çGÏ9ur ©!$# 4n?tã $tB öNä31yyd öNà6¯=yès9ur crãä3ô±n@ ÇÊÑÎÈ
Terjemahnya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur. (QS. al-Baqarah/ 2: 185)
من أيام di dalam ayat di atas adalah mut}laq, dan tidak ada muqayyad
di dalamnya yang menunjukkan harus dilakukan secara berurutan ataukah harus
secara terpisah. Sehingga seseorang yang meng-qad}a’ puasanya hanyalah
mencukupkan jumlah harinya saja, dan tidak ada nas lain yang menunjukkan ke-muqayyad-annya.
Sedang untuk contoh sebaliknya, yaitu muqayyad, dapat dilihat pada
halaman sebelumnya.
b. Kaidah
kedua
المطلق يحمل على الكامل
Artinya: Yang mut}laq itu
mengantarkan pada (makna) sempurna.
Kaidah
ini sering kita jumpai dalam wilayah hadis dan Alquran, yaitu sesuatu lafaz
yang mutlak, tetapi dipahami dengan makna yang jelas lagi sempurna.
Seperti lafaz النداء yang
dipahami sebagai seruan mu’az\in, seperti yang disebutkan dalam hadis
berikut:
حدثنا
علي بن عياش قال حدثنا شعيب بن أبي حمزة عن محمد المنكدر عن جابر عن عبد الله أن
رسول الله صعم. قال: من قال حين يسمع النداء "أللهم رب هذه الدعوة التامة
والصلاة القائمة أت محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه مقاما محودا الذى وعدته"
حلت له شفاعتي يوم القيامة
Sedang dalam Alquran misalnya:
!$yJ¯RÎ) ßNöÏBé& ÷br& yç6ôãr& Uu ÍnÉ»yd Íot$ù#t7ø9$# Ï%©!$# $ygtB§ym ¼ã&s!ur @à2 &äóÓx« ( ßNöÏBé&ur ÷br& tbqä.r& z`ÏB tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÇÒÊÈ
Terjemahnya:
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya
suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri. (QS. al-Naml/ 27: 91)
Yang
dimaksud dengan lafaz البلدة dalam
ayat di atas adalah Makkah al-Mukarramah. Hal ini dipahami dari kalimat
(انما أمرت أن أعبد رب هذه البلدة).
c. Kaidah
ketiga
اذا ورد على المطلق قيدان مختلفتان,
وأمكن ترجيح أحدهما على الأخر, وجب حمل المطلق على أرجحهما
Artinya:
Apabila pada yang mut}laq terdapat dua taqyid yang berbeda, dan
memungkinkan mentarjih salah salah satu dari keduanya, maka yang paling rajih
harus diambil.
Maksud
dari kaidah ini adalah apabila terdapat dua taqyid yang berbeda, maka
terdapat dua alternatif yang bisa ditempuh, yaitu; pertama, kedua taqyid
tersebut ditarjih, dan taqyid yang lebih dekat kepada yang mut}laq-lah
yang diambil. Kedua, apabila keduanya mempunyai kedudukan yang sama (tidak ada
yang lebih rajih), maka keduanya tidak ada yang ditetapkan kepada yang mut}laq.
Contoh:
1) Memilih
salah satu dari dua taqyid yang lebih dekat kepada yang mut}laq
Kafarat
sumpah yang memberikan muqqayyad dalam firman Allah dalam QS. al-Ma>idah/ 5:
89
(فيصام ثلاثة أيام). dan
kafarat z}iha>r dalam QS. al-Muja>dilah/ 58: 4
(
فمن لم يجد فصيام شهرين متتابعين ). Dalam ayat lain dibicarakan pula
tentang puasa dalam masalah haji tamattu‘ yang me-muqayyad-kan secara
berbeda, yaitu QS. al-Baqarah/ 2: 196
( فصيام ثلاثة أيام في الحج وسبعة اذا
رجعتم ).
Dalam
kasus di atas, tidak diragukan lagi bahwa kafarat sumpah lebih dekat kepada
kafarat z}iha>r dibandingkan dengan masalah haji tamattu‘,
karena keduanya sama-sama kafarat. Sehingga puasa kafarat sumpah harus
dilakukan dengan cara berurutan ( بالتتابع ) karena di-muqayyad-kan oleh kafarat z}iha>r
yang di-muqayyad-kan dengan cara berurutan ( بالتتابع ).
2) Dua taqyid
yang mempunyai kedudukan sama (tidak ada yang lebih ra>jih}), maka
keduanya tidak ada yang ditetapkan kepada yang mut}laq.
Sedangkan
dalam kasus yang kedua ini dapat kita lihat dalam kasus meng-qad}a’
puasa Ramadhan dari aspek kemutlakannya dalam firmanAllah QS. al-Baqarah/ 2: 185
( فعدة من أيام أخر ) dengan taqyid
puasa kafarat z}iha>r yang dilakukan secara berurutan dalam QS. al-Muja>dilah/
58: 4 (
فمن لم يجد فصيام شهرين متتابعين ). Begitu
pula dengan taqyid puasa haji tamattu‘ yang secara terpisah QS.
al-Baqarah/ 2: 196 ( فصيام ثلاثة أيام
في الحج وسبعة اذا رجعتم ).
Dalam
masalah meng-qad}a’ puasa Ramadhan di atas sedikitpun tidak mempunyai
hubungan yang dekat dengan salah satu dari dua taqyid di atas. Olehnya
itu, pelaksanaan puasa qada’ tersebut tetap pada kedudukan mut}laq-nya,
dan terserah kepada orang yang berpuasa untuk melakukannya secara berurutan
ataukah secara terpisah.
d. Kaidah
keempat
الاء طلاق يقتضي المساوة
Artinya: Yang mutlak itu
menetapkan persamaan.
Kaidah
ini menjelaskan bahwa sesuatu yang mut}laq itu menetapkan persamaan,
atau tidak membeda-bedakan. Contoh:
1) Firman
Allah tentang kafarat sumpah dalam QS. al-Ma>idah/ 5: 89 (فيصام ثلاثة أيام). Waktu
pelaksanaannya baik itu di awal bulan, di pertengahan ataupun di akhirnya sama
saja tanpa ada perbedaan.
2) Dalam QS. al-Muja>dilah/
58: 4 disebutkan (فاءطعام ستين
مسكينا). Persamaan di dalam ayat ini nampak dari tidak dibedakannya
jenis antara laki-laki dan wanita, besar dan kecilnya.
IMPLIKASI
Demikianlah apa yang
dapat penulis tuangkan dalam tulisan ini, kritik dan saran yang sifatnya
membangun tetap penulis nantikan, utamanya dari Bapak Dosen Pembina Mata Kuliah
Qawa>‘id al-Tafsi>r, untuk perbaikan di waktu mendatang. Semoga tulisan
ini membawa manfaat, dan kesempurnaan hanya milik Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu> Zaid,
Nas}r H}a>mid, Mafhu>m al-Na>s} Dira>sah fi> ‘Ulu>m
al-Qur’a>n, diterjemah oleh Khoiron Nahdliyyin dengan judul, Tekstualitas
Alquran; Kritik terhadap Ulumul Quran, Cet. II; Yogyakarta: LKiS, 2002.
Ibn Fa>ris,
Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yis
al-lug{ah, Juz VI, Cet. III; t.tp.: Da>r al-Fikr, 1972.
Munawir, Ahmad
Warson, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, Cet. 14; Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997.
Al-Sabt, Kha>lid
bin‘Us\ma>n, Qawa>‘id al-Tafsi>r Jam‘an wa Dira>sah, Cet. I;
Madi>nah: Da>r al-‘Affa>n, 1421 H.
Ichwan, Mohammad
Nor, Memahami Bahasa Alquran; Refelksi atas Persoalan Linguistik, Cet.
I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Abu> al-H}usain
Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yis al-Lug{ah, Juz
VI (Cet. III; t.tp.: Da>r al-Fikr, 1972), h. 420. Lihat juga Ahmad
Warson Munawir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Cet. 14; Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), h. 239.
Nama lengkapnya
adalah Saif al-Di>n ibn ‘Ali ibn ‘Ali
ibn Muh}ammad ibn Sa>lim al-S|a’labi> al-Ami>di> al-H{anbali>.
Lihat Mohammad Nor Ichwan, op. cit., h. 217.
Kha>lid
bin‘Us\ma>n Al-Sabt, Qawa>‘id al-Tafsi>r Jam‘an wa Dira>sah (Cet.
I; Madi>nah: Da>r al-‘Affa>n, 1421 H.), h. 619.
Comments
Post a Comment