apa sih itu ma'rifah dan nakirah, ??
ternyat dalam memahami Alqur'an, banyak juga yach yang harus kita persiapkan .
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Seseorang yang
hendak menafsirkan Alqur’an hendaknya terlebih dahulu mengetahui dan menyakini
dengan baik bahwa Alqur’an berisi berbagai informasi keilmuan dan mengayomi
segala bentuk kemaslahatan manusia, yaitu dengan cara menguraikan ilmu dan
merangsang orang untuk meraih kemaslahatan. Selanjutnya hendaknya ia jadikan
tata cara dan aturan penafsiran Alqur’an sebagai suluh pandangan dan pemikiran,
serta mempergunakannya untuk mengamati berbagai peristiwa yang telah lalu
maupun yang akan datang.
Oleh karena itu,
salah satu upaya meraih kebenaran teks dan konteks sebuah ayat dalam artian
untuk menggapai sebuah penafsiran yang baik, maka dibutuhkan ilmu alat. Dengan
ilmu alat, bisa lebih mudah mengaplikasikan makna-makna Alqur’an dalam
kehidupan sosial. Apalagi mengenai ayat-ayat Alqur’an yang berkategori mutasya>bih, tentu kian rumit dan pelik. Dengan
demikian, dalam menafsirkan Alqur’an al-Zahabi> menyebutkan pengetahuan-pengetahuan
tertentu
yang diperlukan yang berkaitan dengan ayat-ayat Alqur’an yang ditafsirkan.
Persoalannya adalah bagaimana
merumuskan sebuah metode tafsir yang mampu menjadi alat untuk menafsirkan
al-Qur’an secara baik, dialektis, reformatif, komunikatif serta mampu menjawab
perubahan dan perkembangan problem kontemporer yang dihadapi umat manusia. Untuk mencapai
tujuan tersebut perlu adanya penelusuran sejarah tentang berbagai upaya ulama
dalam mengembangkan kaidah-kaidah penafsiran. Tujuannya adalah untuk mengetahui
prosedur kerja para ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur’an sehingga
penafsiran tersebut dapat digunakan secara fungsional oleh masyarakat Islam
dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan.
Kaidah-kaidah
ini kemudian dapat digunakan sebagai referensi bagi pemikir Islam kontemporer
untuk mengembangkan kaidah penafsiran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun
kaidah-kaidah penafsiran di sini tidak berperan sebagai alat justifikasi
benar-salah terhadap suatu penafsiran al-Qur’an. Akan tetapi kaidah-kaidah ini
lebih berfungsi sebagai pengawal metodologis agar tafsir yang dihasilkan
bersifat obyektif dan ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan. Sebab produk
tafsir pada dasarnya adalah produk pemikiran manusia yang dibatasi oleh ruang
dan waktu. Untuk itu, salah satu kaidah penafsiran yang akan dibahas lebih jauh
adalah kaidah al-Ta’ri>f dan al-Tanki>r dalam al-Qur’an
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari
latar belakang masalah diatas maka penulis memberikan rumusan masalah
1.
Bagaimana pengertian ism ma’rifah
dan ism nakirah?
2.
Bagaimana penggunaan ism
ma’rifah dalam al-Qur’an?
3.
Bagaimana penggunaan ism
nakirah dalam al-Qur’an serta
4.
Bagaimana makna ketika terjadi
penggabungan antara ma’rifah dan nakirah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian al-Ta’ri>f
(ma’rifah)
dan al-Tanki>r (nakirah)
Ism dari segi
diketahui dan tidak diketahui terbagi dua yaitu ism ta’ri>f (ma’rifah) dan ism tanki>r (nakirah). Ma’rifah berarti
sesuatu yang dicapai dari padanya.
Adapun dalam Mu’jam Maqa>yis al-Lugah, ma’rifah
diartikan sesuatu yang dikenal.
Jadi yang dimaksud ism ta’ri>f (ma’ri>fah) adalah ism (kata benda) konkrit atau
abstrak yang menunjuk kepada benda tertentu. Ism al-ma’rifah dalam bahasa
arab terdiri atas: al-d}ama>’ir, ism ‘alam, ism isya>rat, ism al-ma>usu>l,
ism yang dima’rifakan dengan alif lam, ism yang disandarkan pada ism
yang berbentuk ma’rifah maka
ism tersebut menjadi ma’rifah meskipun
sesungguhnya berbentuk nakirah, dan berbentuk muna>da yang ditentukan
artinya ism nakirah yang dikhususkan dengan huruf nida sehingga
statusnya berubah menjadi ma’rifah.
Sedangkan tanki>r (ism al-naki>rah)
secara bahasa tidak tahu, kata benda indefinite,
adapun dalam kamus al-Munjid nakirah diartikan mengingkari
sesuatu lawan dari ma’rifah. Jadi
tanki>r (ism al-naki>rah) adalah ism (kata benda)
yang tidak dikenal/tidak tentu atau yang tidak menunjukkan kepada sesuatu atau
seseorang tertentu. Sementara Mustafah al-Ghulayaini memberikan defenisi bahwa tanki>r
adalah ism yang tidak memiliki makna tertentu.
Adapun ciri-ciri nakirah adalah semua ism yang tidak beralif lam
dan bukan termasuk dalam salah-satu cabang ism ma’rifah.
B.
Penggunaan Ism al-Ta’ri>f
Penggunaan ism ta’ri>f (ma’rifah) mempunyai beberapa fungsi yang berbeda sesuai
dengan macamnya.
- Ta’ri>f dengan ism d}ami>r (kata ganti) karena keadaan menghendaki demikian,
baik d}ami>r mutakallim, mukha>tab maupun ga>ib.
- Ta’ri>f dengan ism ‘alam (nama) berfungsi untuk:
a.
لإحضاره بعينه فى
ذهن السامع ابتداء باسم مختص به: menghadirkan pemilik nama itu dalam hati
pendengar dengan cara menyebutkan namanya yang khas seperti (Q.S. al-Fath/48: 29)
محمد رسول الله
Terjemahnya:
Muhammad itu adalah utusan Allah
Nama
Nabi Muhammad yang disebutkan pada awal ayat diatas adalah merupakan bentuk ism
alam (ma’rifah) sehingga menjadikan kehadiran beliau sangat melekat dalam hati
pendengar
b.
لتعظيمهuntuk mengagungkan, memuliakan
seperti penyebutan nama ya’kub dengan nama laqabnya Isra>il yang berfungsi sebagai pujian dan keagungannya
c.
اهانته menghinakan/merendahkan seperti (Q.S
al-Lahab/111: 1)
تبت يدا أبي لهب وتب
Terjemahnya:
Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Kata
Abu Lahab dalam ayat ini ditujukan untuk menghina dan merendahkan Abu Lahab
sekaligus juga berfungsi sebagai kina>yah (sindiran)
terhadap dirinya
- Ta’ri>f dengan ism isya>rah (kata tunjuk) berfungsi untuk:
a.
لبيان حاله فى القرب
menjelaskan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu dekat,
seperti (Q.S.
Luqman/31: 11)
هذا خلق الله فأروني ماذا
خلق الذين من دونه بل الظالمون في ضلال مبين
Terjemahnya:
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku
apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah sebenarnya
orang-orang yang dzalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.
Kata
هذ dalam
ayat ini menunjukkan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu dekat sehingga untuk
memahami hal yang dimaksud menjadi mudah.
b.
لبيان حاله فى البعد Menjelaskan keadaannya dengan menggunakan “kata tunjuk jauh” seperti (Q.S. al-Baqarah/2: 5)
أولئك على هدى من ربهم
وأولئك هم المفلحون
Terjemahnya:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
c.
لقصد تحقيره بالقرب Menghinakan dengan memakai kata tunjuk dekat, seperti ; (Q. S. Al-Anbiya>/21: 36)
أهذا الذي يذكر آلهتكم
Terjemahnya:
Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?
Contoh
lain (Q.S.
al-Ankabut/29: 64)
وما هذه الحياة الدنيا
إلا لهو ولعب وإن الدار الآخرة لهي الحيوان لو كانوا يعلمون
Terjemahnya:
Dan tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
d.
لقصد تعظيمه باالبعد Memuliakan dengan memakai kata tunjuk jauh, seperti (Q.S. al-Baqarah/2: 2)
ذلك الكتاب لا ريب فيه
هدى للمتقين
Terjemahnya:
Kitab (Al
Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
e.
للتنبيهuntuk mengingatkan bahwa sesuatu yang ditunjuk yang diberi beberapa sifat itu sangat layak dengan sifat
yang disebutkan sesudah isim isyarah tersebut. Misalnya dalam Alqur’an (Q.S.
al-Baqarah/2: 5)
أولئك على هدى من ربهم
وأولئك هم المفلحون
Terjemahnya:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
- Ta’ri>f dengan ism mau>su>l (kata ganti
penghubung) berfungsi untuk:
a.
لكراهة ذكره بخاص اسمه, اما سترا عليه, او اهانة
له او لغير ذلك
Karena tidak disukainya menyebutkan nama sebenarnya untuk
menutupinya atau
menghina atau disebabkan hal lain, seperti pada firman Allah (Q.S. al-Ahqa>f/46: 17)
والذي قال لوالديه أف
لكما
Terjemahnya:
Dan
orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya
b.
لإرادة العموم untuk menunjukkan arti umum, seperti (Q.S. al-Ankabut/29: 69)
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم
سبلنا وإن الله لمع المحسنين
Terjemahnya:
Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik.
Kata الذين dalam ayat ini menunjukkan arti yang umum
c.
للإختصارuntuk meringkas
kalimat, seperti (Q.S. al-Ahzab/33: 69)
يا أيها الذين آمنوا لا
تكونوا كالذين آذوا موسى فبرأه الله مما قالوا ...
Terjemahnya:
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa;
maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan.
Kata كالذين dalam ayat ini menunjukkan sebuah ringkasan kalimat artinya andai kata nama-nama orang yang mengatakan itu disebutkan
tentulah pembicaraan (kalimat) itu menjadi panjang.
- Ta’ri>f dengan alif lam berfungsi untuk :
a.
معهود ذكرىuntuk menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui karena telah disebutkan. Seperti (Q.S. an-Nur/24: 35)
الله نور السماوات والأرض مثل نوره كمشكاة فيها مصباح المصباح
في زجاجة الزجاجة
كأنها كوكب دري
Terjemahnya:
Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara.
b.
معهود ذهنى untuk menunjukkan
sesuatu yang sudah diketahui bagi pendengar
seperti (Q. S. al-Fath/48: 18)
لقد رضي الله عن المؤمنين
إذ يبايعونك تحت الشجرة
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang
mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon
c.
معهود حضورىSesuatu yang sudah diketahui
karena ia hadir saat itu seperti (Q. S. al-Maidah/5: 3)
اليوم أكملت لكم دينكم
Terjemahnya:
Pada hari ini
telah kusempurnakan untukmu agamamu
d.
لاستغراق الافرادuntuk mencakup semua satuannya seperti (َQ.
S. al-‘Asr/103: 2). Ini diketahui
karena ada pengecualian sesudahnya
إن الإنسان لفي خسر
Terjemahnya:
Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian
e.
لاستغراق خصائص الافراد untuk mencakup segala karakteristik jenis seperti (Q.S. al-Baqarah/2: 3)
ذلك الكتاب
Terjemahnya: Kitab (Alqur’an) itu
Maksudnya kitab yang sempurna petunjuknya dan mencakup semua isi kitab yang
diturunkan dengan segala karakteristiknya.
f.
لتعريف الماهية والحقيقة
والجنسUntuk menerangkan esensi, hakikat dan jenis seperti dalam
surah (Q.S.
al-Anbiya>/21: 30)
وجعلنا من الماء كل شيء
حي
Terjemahnya:
Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
C.
Penggunaan ism nakirah
Penggunaan isim nakirah ini mempunyai beberapa fungsi,
diantaranya:
1.
ارادة الوحدة(Untuk menunjukkan satu), contoh dalam
Alqur’an (Q.S.
Ya>sin/36:
20)
dan (Q.S. al-Qas}as}/28: 20)
وجاء من أقصى المدينة رجل يسعى, وجاء رجل من أقصى المدينة
يسعى
Terjemahnya:
Dan datanglah
dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas, Dan
datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas
Kata
“رجل” maksudnya adalah seorang laki-laki
2.
ارادة النوع(Untuk menunjukkan jenis/macam), seperti dalam Alqur’an (Q.S.
al-Baqarah/2: 7)
ختم الله على قلوبهم وعلى
سمعهم وعلى أبصارهم غشاوة ولهم عذاب عظيم
Terjemahnya:
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka,
dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Kata
غشاوة yang dimaksud
dalam ayat ini adalah jenis tutup yang belum dikenal oleh manusia, karena dapat
menutupi apa yang tidak dapat ditutupi oleh penutup lainnya.
Contoh yang lain (Q.S. al- Baqarah/2: 96)
ولتجدنهم أحرص الناس على حياة
Terjemahnya:
Dan sungguh kamu
akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia)
Kata حياة dalam ayat diatas
diartikan sesuatu macam dari kehidupan, yaitu mencari tambahan untuk masa
depan, sebab keinginan itu bukan terhadap masa lalu atau masa sekarang.
الوحدة والنوعية معا (untuk menunjukkan “satu” dan “jenis/macam” sekaligus) Misalnya dalam Alqur’an(Q.S.
an-Nur/24: 45).
والله خلق كل دابة من ماء فمنهم من يمشي على
بطنه ومنهم من يمشي على رجلين ومنهم
من يمشي على أربع يخلق الله ما
يشاء إن الله على كل شيء قدير
Terjemahnya:
Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Maksudnya setiap macam dari segala macam binatang itu berasal dari suatu
macam air dan setiap individu (satu) binatang itu berasal dari satu nutfah.
3.
التعظيمuntuk membesarkan (memuliakan) keadaan, seperti dalam Alqur’an (Q.S.
al-Baqarah/2: 279).
فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من الله ورسوله
Terjemahnya:
Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu.
Maksud حربialah peperangan yang besar atau dahsyat.
4.
التكثير(untuk menunjukkan arti
banyak) seperti dalam Alqur’an (Q.S.
asy-Syuara/26:
41)
فلما جاء السحرة قالوا لفرعون أئن لنا لأجرا إن كنا نحن الغالبين
Terjemahnya:
Maka tatkala ahli-ahli
sihir datang, mereka bertanya kepada Fir`aun: "Apakah kami sungguh-sungguh
mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?"
Maksud أجرا adalah
pahala yang banyak
التعظيم والتكثير
معا untuk membesarkan dan menunjukkan banyak (gabungan no 4
dan 5) misalnya
dalam Alqur’an (Q.S. Fa>tir/35: 4).
وإن يكذبوك فقد كذبت رسل من قبلك وإلى الله ترجع الأمور
Terjemahnya:
Dan jika mereka
mendustakan kamu (sesudah kamu beri peringatan), maka sungguh telah didustakan
pula rasul-rasul sebelum kamu. Dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala
urusan.
Maksudnya rasul-rasul yang
mulia dan banyak jumlahnya.
5.
التحقيرuntuk meremehkan, misalnya dalam Alqur’an (Q.S.‘Abasa/80: 18).
من أي شيء خلقه
Terjemahnya: Dari apakah Allah
menciptakannya?
Yakni Allah
menciptakan dari sesuatu yang hina, rendah dan teramat remeh.
6.
التقليلuntuk menyatakan sedikit,
seperti
(Q.S.
al-Taubah/9: 72).
وعد
الله المؤمنين والمؤمنات جنات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها ومساكن طيبة في جنات
عدن )ورضوان من الله أكبر( ذلك هو الفوز العظيم
Terjemahnya:
Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Adn. Dan keridaan Allah
adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
Maksud dari ayat diatas adalah keridhaan yang sedikit dari Allah itu lebih
besar dari pada surga, karena keridahaan itu pangkal dari segala kebahagiaan.
Selain itu ibn Nas}i>r al-Sa’di> mengatakan bahwa apabila
menemukan kata berbentuk naki>rah dalam konteks pembicaraan yang
menafikan (al-Nafy>) perngertian kata tersebut, mengandung larangan
(al-Nahy), atau kata itu dipersyaratkan (al-syarth) atau pengertiannya
dipertanyakan (istifha>m) maka semua pergertian kata nakirah tersebut
menunjuk pada pengertian yang bersifat umum
Contoh kata nakirah yang
dinafikan antara lain ketika al-Qur’an menyebutkan sifat hari kiamat (Q.S.
al-Infithar/82: 19)
يوم
لا تملك نفس لنفس شيئا والأمر يومئذ لله
Terjemahnya:
(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun
untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan
Allah.
Kata al-Nafs dalam ayat ini bersifat
umum, siapa pun orangnya, berkedudukan sama ditinjau dari segi ketidakmampuan
membantu orang lain. Demikian juga pengertian kata syay’a yang terdapat dalam
ayat diatas menunjukkan pengertian umum, yaitu pada hari kiamat apapun tidak
dapat diberikan kepada orang lain, baik sesuatu yang berguna ataupun dapat
menghindarkan bahaya siksa yang akan menimpa orang lain.
Adapun
contoh kata nakirah dalam konteks larangan seperti dalam Alqur’an (Q.S.
al-Nisa’/4: 36)
واعبدوا
الله ولا تشركوا به شيئا
Terjemahnya:
Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Larangan mempersekutukan Allah dalam
ayat diatas bersifat umum mencakup segala sesuatu yang mengandung unsur syirik
baik berbentuk niat, perkataan dan perbuatan maupun syirik besar, kecil, nyata (al-jali>), maupun tersembunyi (al-Kahfi>).
D.
Kaidah yang Berhubungan
dengan Ma’rifah dan Nakirah
Apabila sebuah ism disebutkan dua kali maka dalam
hal ini ada empat kemungkinan: kedua-duanya ma’rifah, kedua-duanya nakirah,
yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah, dan yang pertama
ma’rifah sedang yang kedua nakirah.
- فان
كانا معرفتين فالثانى هوالاول غالبا
Artinya: apabila kedua-duanya ma’rifah maka pada umumnya yang kedua merupakan hakikat yang pertama. Misalnya (Q. S. al-Fatihah/1: 6-7)
اهدنا الصراط المستقيم
(6) صراط الذين أنعمت عليهم
غير المغضوب عليهم ولا الضالين (7)
Terjemahnya:
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Dari
ayat diatas dapat dipahami bahwa lafazh الصراط dima’rifahkan dengan
ال sementara
lafazh صراط dima’rifahkan dengan id}afah
kepada ism mau>shu>l. dari kedua
lafazh
ini mempunyai makna yang sama yaitu berarti jalan.
Contoh lain (Q. S. ar-Rahman/55: 60)
هل
جزاء الإحسان إلا الإحسان
Terjemahnya: Tidak ada balasan
kebaikan kecuali kebaikan (pula).
Ayat diatas dapat dipahami bahwa
lafadz الإحسان yang
pertama adalah ma’rifah dan lafadz الإحسان yang kedua
juga ma’rifah. Dan keduanya bermakna kebaikan, sekalipun kebaikan yang dimaksud
yang pertama adalah kebaikan dari sisi perbuatannya sementara yang kedua adalah
kebaikan dari sisi pahalanya
- وان
كانا نكرتين فالثانى غيرالاول غالبا
Artinya: dan jika kedua-duanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang
pertama. Misalnya (Q. S. Ar-Rum/30: 54).
الله
الذي خلقكم من ضعف ثم جعل من بعد ضعف قوة ثم جعل من بعد قوة ضعفا وشيبة
يخلق ما يشاء
وهوالعليم القدير
Terjemahnya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa.
Dalam
ayat diatas kata ضعف terulang sampai tiga kali. ضعف yang pertama adalah nutfah (sperma),
ضعف yang kedua masa bayi. Sedang ضعف yang ketiga adalah masa lanjut usia. Jadi yang dimaksud bukan yang pertama
yaitu dari ketiga kata ضعف
masing-masing
mempunyai makna tersendiri.
- وان
كان الاول نكرة, والثانى معرفة, فاالثانى هو الاول حملا على العهد
Artinya:
dan jika yang pertama nakirah dan yang kedua adalah ma’rifah
maka yang kedua merupakan
hakikat yang pertama, karena itulah yang sudah diketahui.
Misalnya dalam surah (Q. S. al-Muzammil/73: 15-16)
أرسلنا إلى فرعون رسولا
(15)
فعصى فرعون الرسول... (16)
Terjemahnya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang
kafir Mekah) seorang Rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami
telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun.
Pada
ayat diatas lafazh رسول yang pertama adalah nakirah sedangkan lafazh رسول yang kedua
adalah ma’rifah. Jadi dari kedua lafazh diatas mempunyai pengertian yang sama
yaitu nabi Musa.
Contoh lain dalam surah (Q. S.
al-Nur/24: 35)
كمشكاة فيها مصباح المصباح
في زجاجة الزجاجة كأنها كوكب دري
Terjemahnya:
Seperti sebuah lubang yang tak
tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca
itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara
Pada
ayat diatas lafazhمصباح yang pertama adalah nakirah dan lafazh yang
kedua adalah ma’rifah dan keduanya bermakna sama
- وان
كان الآول معرفة, والثانى نكرة, توقف المراد على القرائن, فتارة تقوم قرينة
على التغاير
Artinya: dan jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah,
maka apa yang dimaksudkan bergantung pada qari>nahnya. Terkadang qari>nah menunjukkan pada suatu perubahan. Artinya bahwa terkadang keduanya itu
berbeda, dan
terkadang pula ia menunjukkan bahwa keduanya sama. Adapun
contoh keduanya itu seperti pada firman Allah (Q. S. ar-Rum/30: 55).
ويوم تقوم الساعة يقسم
المجرمون ما لبثوا غير ساعة كذلك كانوا يؤفكون
Terjemahnya:
Dan pada hari
terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "Mereka tidak
berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti demikianlah mereka
selalu dipalingkan (dari kebenaran).
Kata الساعة yang terulang pada ayat diatas memiliki konotasi makna
yang berbeda. Kata الساعة yang pertama diartikan dengan
kiamat, sementara الساعة yang kedua diartikan dengan sesaat
(bukan kiamat)
Adapun contoh yang menunjukkan bahwa keduanya sama, seperti (Q. S. Al-Mu’min/40: 53-54)
ولقد
آتينا موسى الهدى وأورثنا بني إسرائيل الكتاب. هدى وذكرى
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa;
dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israel. Untuk menjadi petunjuk dan
peringatan.
Kedua
ayat diatas menunjukkan bahwa lafal الهدى yang pertama berbentuk ma’rifah diartikan dengan petunjuk
sementara هدى yang kedua berbentuk nakirah dan diartikan dengan
petunjuk pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Galyani, Mustafah, Ja>mi’
al-Duru>s al-‘Arabiyah Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiah, 2004
Comments
Post a Comment